ADILA ARSYAF
Setelah semua yang ku korbankan ternyata hanya sakit yang aku dapatkan. Semuanya meninggalkan aku ketika aku tidak punya apa apa lagi. Hingga akhirnya aku hanya bisa menunggu malaikat mau menjemput ku.
Tapi ternyata tuhan masih memberikan aku satu kesempatan lagi.
pengen tau bagaimana perjalanan Adila menjadi wanita kuat, cuss baca👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Ini belum berakhir, masih banyak rencana yang akan Adila jalankan khusus untuk mereka berdua.
.
.
Langit malam benar benar tenang tapi tidak bisa menenangkan untuk perempuan yang sedang di hantam oleh kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Apakah takdir begitu pilih kasih terhadap dirinya?
Apakah hanya Adila yang boleh merasakan bagaimana dicintai hingga Joan tidak mau melepaskannya, sedangkan dia hanya menjadi tempat pelampiasan.
Apakah hanya Adila yang boleh merasakan bagaimana hangatnya keluarga? Apakah hanya Adila yang boleh merasakan hidup berkecukupan tanpa harus memikirkan apakah besok masih bisa makan atau tidak?
Apakah hanya Adila yang boleh merasakan hidup seenak itu, apakah dirinya tidak boleh merasakan itu?
Hidup dengan kesenjangan sosial sejak kecil membuat Molly merasa dunia ini kejam untuk dirinya.
Benar apa yang orang bilang, dunia itu kejam untuk orang miskin. Mereka dijadikan barang bersyukur karena tetap tersenyum dikala kesusahan tapi tahukah mereka bagaimana kami orang miskin harus tetap tersenyum meskipun perut kelaparan agar tidak dikatai minta minta sama orang orang.
Menahan segala pembulian hanya karena tidak sederajat dengan mereka.
Orang miskin harus berteman dengan orang miskin juga agar mereka tidak harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang jauh berbeda.
Itulah yang Molly rasakan saat ia berteman dengan Adila. Pada saat awal pertemanan mereka Molly benar benar tulus berteman dengan Adila.
Tapi semenjak banyak sekali orang yang membandingkan membuat Molly merasa harus lebih dari Adila. Dia selalu berpikir bahwa dia selalu di bawah Adila. Molly merasa rendah diri di samping Adila.
Saat masuk kerja di perusahaan tempat ia bekerja sekarang, dia harus banting tulang belajar dan mencari informasi informasi tentang perusahaan tapi kenapa Molly dengan mudah masuk ke dalam perusahaan bahkan langsung mendapatkan posisi yang bagus.
Di tengah gelapnya malam Molly terus berjalan di tengah ramainya jalan di kota itu. Suara mobil dan motor memang berisik tapi tidak seberisik kepala Adila saat ini.
Apakah ia terlalu berambisi untuk setara dengan mereka?
Tapi jika tidak seperti ini dia akan tetap menjadi anak orang miskin yang hanya bisa makan telur hingga sampai muak dengan telur dan tidak mau lagi makan itu.
Seorang anak yang hanya bisa menatap orang berpakaian rapi yang begitu mahal, yang satu pakaian mereka bisa buat makan mereka selama satu bulan.
Molly tidak ingin menjadi seperti itu lagi, biarlah dia seperti ini. Biarkanlah dia menjadi gadis gila yang mengambil pacar temannya karena ingin Adila merasakan sakit yang ia rasakan sedari kecil.
Rasa sakit yang ia rasakan seperti dendam tak bertuan dalam diri Molly, dia ingin melampiaskan rasa sakit itu dan Adila adalah objek yang tepat.
Tiba tiba sebuah tangan meraih lengan Molly dan dengan cepat Molly menghapus air mata yang mengalir di pipinya sedari tadi.
"Maaf.. Maafkan aku, sayang." Joan berdiri tegap di belakang Molly sambil memeluk Molly dari belakang.
"Aku melakukan semua ini untuk kita, aku sama sekali tidak ingin melepaskan kamu karena di hatiku hanya ada kamu seorang." Ucapkan manis dan janji janji kosong adalah keahlian Joan.
Molly hanya tersenyum hambar mendengar hal itu.
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author
bye bye
udh d ksh ksmptan lg,msa ga d mnfaatin.....ga ush tkut,lwan aja mreka yg mnindasmu.....smngttt.....
udh mmpir....slm knl y....
aku ko gmes sih sm adila...pdhl udh d ksh ksmptan kedua,tp msh aja mau pduli sm joan....mngkn krna msh pnya hti nurani,mkanya dia jd labil....
crazy uup dong thoor 😢