Aku Terpanggil Ke Dunia Lain Sebagai Pahlawan Dengan Kemampuan "Menulis" Ku!

Sekelompok Pria itu menghampiri mereka dan mulai menggoda Alisa.

“Hai Nona cantik, sedang apa kau bersama dengan pemuda culun itu? Mana bawa-bawa bocil lagi! Mending temenin kita minum ye kan? Nanti kita bakal muasin kamu semalaman deh.” ucap Salah seorang Pria itu yang menggoda Alisa dengan senyum caboelnya.

“Tidak terimakasih, aku hanya setia kepada tuan ku saja. Jika kau ingin melakukan itu, pergi saja ke rumah bordil sana. Aku tidak sudi dikotori oleh sampah menjijikkan seperti kalian.” ucap Alisa dengan tatapan dingin dan jijik kepada mereka.

Mendengar perkataan Alisa yang menghina mereka, sontak salah satu pria itu menarik tangan Alisa dengan kasar.

“Apa katamu??! Kau tidak tahu siapa kami hah??! Kami adalah petualang Rank B!! Ayo ikut minum-minum dengan kami, Dasar jalang sialan-”

Belum selesai dia berbicara, sebuah pedang katana hitam panjang tiba-tiba berada di leher pria itu. Ya, itu adalah pedang milik Rio. Dia menodongkan pedangnya ke arah leher pria bajingan itu.

“Lepaskan dia atau kepalamu putus...” ucap Rio dengan tatapan dingin yang menusuk serta sedikit mengeluarkan niat membunuh yang cukup kuat hingga membuat kelompok Pria itu, serta semua orang yang ada di ruang makan gemetar ketakutan karena diterpa oleh niat membunuh yang kuat itu.

“M-Monster....!” ucap Pria itu ketakutan dan melepaskan tangan Alisa, kemudian mereka kabur pergi meninggalkan penginapan itu dengan terbirit-birit.

“Huh... Kenapa sih ada bajingan seperti mereka dimana-mana? Dasar...” ucap Rio yang menyarungkan pedangnya dan kembali duduk di mejanya.

Semua orang yang menyaksikan peristiwa tadi merasa sedikit canggung dan takut. Sepertinya ada beberapa orang yang hendak melakukan hal yang sama kepada Alisa namun mereka mengurungkan niatnya karena hal tadi.

Tak lama pesanan mereka berempat sudah siap.

“Ma-Maaf membuatmu menunggu lama!!” ucap Pelayan itu yang membawa pesanan mereka berempat menggunakan troli makanan.

Dia menaruh semua hidangan di atas meja dengan rasa gugup karena dia juga menyaksikan peristiwa tadi.

“Terimakasih.” ucap Rio berterimakasih kepada pelayan itu sembari tersenyum.

Pelayan itu hanya membungkuk kepada Rio kemudian langsung ngacir kembali ke dapur.

Mereka berempat pun menyantap makan malam mereka ditemani dengan suasan ruang makan yang sepi karena kejadian tadi.

Setelah selesai, Rio langsung membayar makanan mereka dan kembali ke kamarnya bersama ketiga pelayannya itu.

Ketika Rio telah masuk ke kamarnya, seisi ruang makan langsung ramai membicarakan apa yang terjadi barusan.

“Hei,hei,hei! Apa-apaan niat membunuh yang menyeramkan tadi??! Tadi aku serasa akan diterkam oleh seekor naga!” ucap salah seorang pengunjung.

“Pemuda itu, penampilannya saja kayak anak muda biasa, tapi aku tak menyangka dia bisa mengeluarkan niat membunuh sekuat itu! Gila banget!” ucap salah seorang pelayan.

Rio yang sedang rebahan di kasurnya, tiba-tiba bersin.

“Aacchooo?! Nng...? Sepertinya ada yang membicarakan ku?” gumam Rio.

Setelah itu mereka berempat pun tidur, tanpa menyadari bahwa Rio sedang digibahin oleh pengunjung Penginapan.

Keesokkan harinya, Rio dan kawan-kawan bersiap untuk berangkat setelah sarapan.

Mereka pergi ke tempat penitipan kuda mereka, dan bersiap berangkat melanjutkan perjalanan mereka menuju kota Prismathis.

Namun ketika mereka menuju ke tempat penitipan kuda, semua orang melihat Rio. Ada yang melihatnya dengan tatapan waspada, gelisah, dan takut.

“Sepertinya kejadian semalam telah menyebar ke seluruh kota ini.” ucap Rio dalam hatinya.

Setelah sampai mereka menyapa pemilik penitipan kuda dan mencari kusir kereta mereka. Lalu bersiap-siap untuk berangkat menuju kota Prismathis.

Rio pun meninggalkan kota persinggahan itu dengan meninggalkan rumor aneh tentangnya.

Dalam perjalanan mereka menghadapi beberapa rintangan seperti, monster, hewan buas dan para bandit yang menyerang mereka.

Tiga hari kemudian, mereka akhirnya sampai di kota pelabuhan kekaisaran Amentys, Kota Prismathis. Namun, ketika mereka hampir sampai di kota. Mereka tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang bertudung di hutan dekat pintu masuk kota.

“Tu-Tuan Rio! Kita sepertinya sedang dikepung!” ucap Si kusir yang sedikit panik.

Rio, Alisa, Mai dan Yui turun dari kereta.

“Aku akan mencoba bicara pada mereka. Kalian bertiga tolong jaga keretanya, jangan sampai mereka melukai pak kusir.” ucap Rio yang maju sendirian.

“Ada apa perlu apa kalian menghentikan kami?” ucap Rio yang bertanya dengan waspada.

“Kau, seorang bangsawan bukan? Apa kau penguasa baru yang ditunjuk oleh Sang kaisar?” ucap salah satu dari mereka, dari suaranya terdengar seperti seorang wanita.

“Ya, aku adalah seorang bangsawan. Namaku adalah Viscount Rio Hartono, aku adalah penguasa baru di kota Prismathis atas perintah Yang Mulia kaisar.” ucap Rio memperkenalkan dirinya sembari menunjukkan belati emas yang meripakan tanda bukti seorang Penguasa.

Wanita itu mengkonfirmasi keaslian belati itu, dan tiba-tiba mereka mulai menodongkan anak panah kepada Rio dan rombongannya.

“Eeekk...?! Mereka hendak membunuh kita??” ucap pak kusir yang ketakutan.

“Ada apa ini? Mengapa kalian berani menodongkan senjata kepada penguasa kota?? Siapa kalian sebenarnya??” ucap Rio yang sedikit kesal.

“Kota ini tidak memerlukan seorang penguasa baru, apalagi dari bangsawan manusia yang kotor dan hina! Kalian telah menyakiti ras kami, Ras Elf dan juga sahabat kami Ras suku duyung. Kalian tidak bisa dimaafkan!” ucap Wanita itu dengan marah.

“Ras Elf? Oh jadi kalian dari Ras Elf?” ucap Rio sedikit terkejut.

“Jangan pura-pura bodoh, aku yakin kau akan melakukan tindak kejahatan seperti pendahulumu kan?!” ucap Wanita itu yang semakin marah. Dia pun menembakkan anak panahnya, sontak Rio langsung menangkisnya menggunakan pedang miliknya.

“Huh... Kau sepertinya tidak mau mendengar perkataan ku yang merupakan perintah dari Yang Mulia kaisar. Itu artinya kalian hendak memberontak kepadanya.” Ucap Rio yang kesal dan mengeluarkan niat membunuhnya.

Diterpa oleh niat membunuh yang sangat kuat, wanita Elf itu gemetar.

“Ap- apa-apaan niat membunuh yang kuat ini??! Ti-Tidak mungkin manusia bisa mengeluarkan niat membunuh sekuat ini??!” ucap Wanita Elf yang gemetaran itu. Bahkan semua rekan-rekannya ada yang pingsan hingga mengeluarkan busa dari mulutnya.

Lalu tiba-tiba Rio menghilang dan sudah berdiri di belakang Wanita Elf itu.

“Eh? Bagaimana... Kapan dia bergerak...? Bukankah sedetik yang lalu dia masih berada di depanku? Kenapa dia tiba-tiba ada di belakang ku?” ucap wanita elf itu dalam hatinya sembari kebingungan. Secara refleks dia berbalik, namun Rio langsung meninju perutnya.

“Uaaghkkk..?!” dan seketika wanita elf itu pingsan.

Melihat pimpinan mereka pingsan, elf lainnya mencoba menyerang Rio tapi Rio menggunakan skill [Clock Up] dan mengalahkan mereka semua, kemudian Rio mengikat mereka semua dengan tali. Total dari penyerang ada 11 orang, 6 orang perempuan dan 5 orang laki-laki.

Rio membangunkan wanita elf yang berbicara dengannya tadi, dan bertanya padanya.

Bersambung.