11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Morgan telah kembali tiba di kediaman Nugroho setelah sebelumnya pulang ke rumah orang tuanya untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah memastikan penampilannya benar-benar sempurna, Morgan langsung mengetuk pintu kediaman Nugroho tersebut.
Cklek!
"Kenapa ke sini lagi? Ada yang ketinggalan?" tanya Ayah Ardan dengan tatapan penuh selidik.
"Mm hai Yah."
"Yah?"
Morgan terlalu panik hingga tanpa sadar memanggil Ayah Ardan dengan sebutan Ayah. "Mm iya, eh mm tidak maksudku Om."
"Oh," Ayah Ardan mengangguk mengerti tapi dengan tatapan penuh selidik yang masih tampak ketara. "Jadi ada apa kesini lagi?" tanya Ayah Ardan.
"Mmm aku, aku mau bertemu Naina, Om." jawaban paling aman Morgan berikan pada Ayah Ardan.
"Yakin mau ketemu Naina? Bukan Aunty-nya 'kan?"
"Mmm itu, sebenarnya iya. Aku ingin bertemu Naina bersama Aunty-nya juga."
Sudah ayah Ardan duga kalau kedatangan Morgan bukan untuk menemui cucunya, melainkan putrinya. Ingin menghalang, tapi ayah Ardan tak tega. Terlebih melihat kedatangan istrinya membuat ayah Ardan mau tak mau mengajak Morgan untuk masuk.
"Anggi." panggil Bunda Gita.
"Hm, aku sudah tulis di pintu jangan diganggu, kenapa masih diganggu juga?" pekik Anggi kesal.
Bagaimana tidak kesal, seharian menjaga Naina membuatnya lelah dan akhirnya menempelkan tulisan di pintu yang berisikan peringatan agar tidak mengganggunya malam ini, tapi kenapa bundanya justru memanggilnya? Menyebalkan!
"Anggi keluar sebentar," perintah Bunda Gita.
"Haish! Iya iya."
Cklek!
Morgan terpana melihat Anggi yang begitu cantik malam ini. Tidak, Anggi bukan hnya cantik tapi juga begitu memesona. Bagaimana tidak? Jika biasanya Morgan selalu melihat Anggi yang all out dalam setiap penampilan, kini Anggi terlihat begitu sederhana dengan balutan piyama ping yang cukup kebesaran di tubuhnya, bahkan jika biasanya Anggi selalu cantik dengan hiasan make-up, maka malam ini Anggi benar-benar begitu alami tanpa polesan apapun.
Jika Morgan terpana dengan Anggi, maka lain hal dengan Anggi yang justru menatap Morgan aneh. Pasalnya, Morgan sudah izin pulang tadi, tapi kenapa kini malah kembali, pikirnya.
"Mau apa dia ke sini Bun?"
"Temani sebentar ya, Bunda mau ngurus Naina di dalam."
Bunda Gita telah berlalu, tapi Ayah Ardan masih belum berniat pergi. "Ayo kita duduk, Yah." ajak Anggi.
"Tidak, Ayah juga akan bermain dengan Naina. Ingat, jangan macam-macam di rumah Ayah!"
"Iya Ayah."
Setelah kepergian kedua orang tuanya, kini Anggi menatap Morgan yang masih belum berkedip. Hingga inisiatif gila 'pun muncul dalam otak Anggi. Ia sengaja memajukan tubuhnya hingga hanya berjarak beberapa senti saja, tapi Morgan masih tetap belum bereaksi. Dengan inisiatif yang lebih kuat dari sebelumnya, kini Anggi dengan sengaja meniup wajah Morgan hingga membuat laki-laki itu tersadar.
"Kenapa bengong begitu, pasti mikir jorok ya?" tuding Anggi.
"Bukan mikir jorok, tapi aku jadi berpikir bagaimana kalau kita benar-benar menikah, seperti permintaan ayahmu."
"Jangan membual."
Anggi mendahului Morgan menuju teras. Tidak lupa ia menguncir rambutnya asal hingga beberapa helai rambutnya tampak tak beraturan. Sungguh, di mata Morgan, Anggi benar-benar tampak berbeda malam ini.
"Jadi kenapa kau kembali ke sini?" tanya Anggi.
"Aku—"
"Jangan bilang kalau kau merindukanku karena aku tidak akan percaya!" cetus Anggi lebih dulu karena ia merasa bahwa Morgan pasti akan membual lagi.
"Kau bisa membaca pikiranku ternyata? Ahh kau memang yang terbaik. I love you."
"Ahaha I'm sorry darling, but I don't love you."
"Seriously?"
"Of course!"
"Tapi aku tidak peduli, pokoknya aku mencintaimu, Anggi."
"I don't care."