Turun Ranjang
Fawwas, seorang dokter ahli bedah tidak menyangka harus mengalami kejadian yang menyenangkan sekaligus memilukan dalam waktu yang bersamaan. Saat putrinya dilahirkan, sang istri meninggal karena pendarahan hebat.
Ketika rasa kehilangan masih melekat, Fawwas diminta untuk menikahi sang adik ipar. Dia adalah Aara, yang juga merupakan seorang dokter kandungan. Jelas Fawwas menolak keras, belum 40 hari istrinya tiada dia harus menikah lagi. Fawwas yang sangat mencintai istrinya itu bahkan berjanji untuk tidak akan menikah lagi.
Tapi desakan dari keluarga dan mertua yang tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang lain membuat Fawwas terpaksa menerima pernikahan tersebut. Terlebih, itu juga merupakan wasiat terakhir dari sang istri meskipun hanya tersirat.
Bagaimana Fawwas menjalani pernikahan nya?
Apakah dia bisa menerima adik iparnya menjadi istri dan ibu untuk putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IB 31: Seperti Baru
Fawwas berjalan memasuki lobi rumah sakit dengan perasaan yang begitu ringan. Ternyata memang tidak buruk untuk menerima pernikahan mereka. Ia merasa kembali hidup. Hatinya berbunga setiap kali Aara memperlakukannya layaknya istri kepada suami.
" Apakah aku jatuh cinta lagi. Aaah sepetinya aku harus membawakan hadiah untuk istriku. Sudah setengah tahun kami bersama, dan aku bahkan belum pernah memberikan apapun kepadanya. Sekedar ucapan terimakasih karena sudah merawat Nei pun belum pernah kuberikan. Tck, aku sungguh pria dan suami yang buruk," gumam Fawwas. Ia merutuki dirinya sendiri, tapi dibalik itu senyum tidak lepas dari bibirnya. Beberapa orang menatap Fawwas dengan tatapan yang aneh. Tapi dia tidak peduli.
Fawwas dikenal sebagai dokter yang ramah, namun dia tidak murah senyum. Dalam arti kata, dia tidak melemparkan senyum ke sembarang orang. Maka dari itu, orang yang mengenal Fawwas merasa sedikit aneh ketika melihat dirinya seperti saat ini.
Plak!
Sebuah tepukan sedikit keras mendarat di punggung Fawwas membuat pria itu tersingkat. Kaget pastinya, saat dia tengah sibuk memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan kepada sang istri, tiba-tiba dia dikagetkan oleh seseorang. Fawwas langsung reflek menoleh ke arah orang tersebut. " Sialan kau Nis, membuatku kaget saja," ucapnya. Nisya hanya tersenyum sambil memperlihatkan deretan gigi-gigi putihnya. Untuk beberapa saat keduanya saling terdiam, hingga Nisya yang akhirnya memulai percakapan.
" Sepertinya sedang bahagia, aku dengan kusak-kusuk di belakang tadi bahwa sepanjang memasuki gedung rumah sakit kau tersenyum. Sungguh merinding," ucap Nisya sambil menggosok kedua lengannya.
" Tck, mereka hanya kurang bahan gosip. Aku merasa biasa saja, tidak ada yang istimewa. Ya sudah, aku duluan ya. Banyak pasien yang harus ku periksa. Semoga hari ini tidak sibuk."
" Yaak! Jangan bicara begitu, kau tahu itu kalimat keramat!" teriak Nisya keras. Tapi agaknya Fawwas tidak peduli, dia hanya menaikkan satu sudut bibirnya dan mengangkat salah satu tangannya ke udara lalu melambaikannya. Nisya sungguh kesal, sudah jadi rahasia umum bagi mereka yang bekerja di rumah sakit untuk tidak boleh mengatakan bahwa mereka tidak sibuk atau begitu tenang. Satu hal yang akan terjadi adalah kebalikannya. Dan sepertinya hal tersebut langsung terjadi. Beberapa ambulan datang.
" Aaah benar-benar Si Fawwas, dia membuat aku tidak bisa santai untuk hari ini. Tapi, aku melihat ada yang aneh dari dirinya. Wajahnya begitu cerah, rona bahagia jelas terlihat dari sorot matanya. Apakah dia punya kekasih baru, aah tidak mungkin. Dia begitu mencintai almarhumah istrinya. Jadi hal tersebut tidak mungkin terjadi. Fa, masihkan ada kesempatanku untuk mendapatkan hatimu?" lirih Nisya. Hatinya ternyata tidak bisa begitu saja keluar dari belenggu rasa cinta terhadap pria yang sudah lama jadi temannya itu.
Sedangkan Fawwas, dia begitu santai di dalam ruangannya. Sesekali dia melihat ke arah ponsel. Ia berharap ada pesan yang diterimanya. Ya, sebelum berangkat ke rumah sakit tadi, ia mengatakan kepada Aara untuk menghubunginya ketika ada sesuatu di rumah. Tapi setelah sekitar satu jam lamanya, tidak ada satu pun pesan dari Aara.
" Apa memang biasanya seperti ini? Mengapa aku seperti ABG yang barus aja berpacaran, aiiish sungguh merepotkan," keluh Fawwas. Ia sendiri merasa aneh dengan dirinya. Keanehan yang ia rasakan setelah dirinya memutuskan untuk mengakui keberadaan Aara dalam hidupnya, namun dia mengakui bahwa sekarang semuanya lebih berwarna.
Brak!!!
Pintu ruangannya dibuka secara paksa. Fawwas menghela nafasnya kasar, ia terlihat kesal. Sedari pagi tadi rupanya sudah dua kali dibuat kaget oleh orang.
" Tck, apa yang mau kau lakukan sekarang dr. Arsyad Dafar Sanusi. Apakah kau sedang bermain-main lagi?" sengit Fawwas melihat seseorang yang tidak ingin dia lihat muncul di ruangan miliknya.
" Apa maksudmu hah! Apa maksudmu mengatakan kepada dewan penilai bahwa aku tidak pantas menjadi kandidat kepala bagian departemen bedah!" teriak Arsyad keras. Wajahnya terlihat sungguh marah, tampaknya pria itu sungguh marah. Tapi Fawwas hanya bergeming, ia menautkan jari-jarinya untuk menyangga dagu.
" Kau, jangan diam saja. Aku yakin ini adalah perbuatanmu! Apa kau takut bersaing denganku?" imbuh Arsyad.
" Haaah, tidak ada yang aku takutkan dari dirimu, bocah egois yang selalu berlindung di bawah nama besar ayahnya. Dan apa yang kamu katakan tadi, aku sama sekali tidak mengerti. Lagi pula, aku tidak pernah berurusan dengan pihak terkait untuk hal tersebut. Jadi jangan menuduhku tanpa bukti," tegas Fawwas. Ia sungguh kesal, mood nya yang baik tiba-tiba rusak karena ulah bocah manja di depannya.
Arsyad tak lagi bicara, dia meninggalkan ruangan Fawwas sambil membanting pintu dengan sangat keras. Fawwas hanya diam, dia sedang tidak ingin ribut dengan Arsyad. Ia lalu memikirkan tuduhan dari Arsyad tadi. Sebuah pertanyaan, siapa yang melakukan itu.
Ya, RSMH sedang mengadakan pemilihan untuk meregenerasi atau mengganti pimpinan departemen bedah. Dr. Sanusi sudah masuk dalam masa pensiun, maka dari itu pemimpin departemen bedah harus segera dipilih untuk menggantikan dr. Sanusi. Dan Fawwas juga menjadi salah satu kandidat bersama Arsyad juga Nisya. Tapi dia tidak tahu mengenai rumor Arsyad yang dicabut dari kandidat.
" Apalagi ini, baru aku ingin menikmati hidupku bersama anak istri. Lagi pula, siapa yang melakukan itu. Aah aku harus menemui Appa untuk bertanya lebih lanjut perihal ini."
TBC
kita pasti bisa...
memang betul trauma seseirqng akan susah untuk di lupakan...memakan waktu...
itu juga ku alami sendiri,sampai skrng masih harus pergi kaunseling..untuk menyembuhkan rasa trauma yg sdh 2 thn lbh...hhuuuffzz.../Sweat/
skrng tugasmu untuk memulihkan keadaan...