NovelToon NovelToon
PERMAISURI PENGGANTI

PERMAISURI PENGGANTI

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Ibu Pengganti / Pengganti / Percintaan Konglomerat
Popularitas:586.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: HANA ADACHI

Rani baru saja kehilangan kakaknya, Ratih, yang meninggal karena kecelakaan tepat di depan matanya sendiri. Karena trauma, Rani sampai mengalami amnesia atas kejadian itu. Beberapa bulan pasca tragedi tersebut, Juna, mantan kakak iparnya melamar Rani dengan alasan untuk menjaga Ruby, putri dari Juna dan Ratih. Tapi, pernikahan itu rupanya menjadi awal penderitaan bagi Rani. Karena di malam pertama pernikahan mereka, Juna menodongkan pistol ke dahi Rani dan menatapnya dengan benci sambil berkata "Aku akan memastikan kamu masuk penjara, Pembunuh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. (REVISI) Ada Hubungan Apa?

Juna jelas shock dengan ucapan Ruby yang mengatainya jelek. Selama dua puluh delapan tahun ia hidup, baru kali ini ada yang berani mengucapkan kata jelek padanya. Biasanya orang-orang yang melihatnya akan berkata kalau Juna adalah menantu idaman, karena statusnya sebagai putra konglomerat dan wajahnya yang di atas rata-rata.

"Jun!" teriak Lily pada putranya yang masih terlihat shock. "Cepat antar anakmu itu ke galerinya Bian, kasihan dia!"

"Juna!" Lily memanggil nama putranya sekali lagi, kali ini ditambah bonus pukulan pada bahu Juna. "Kamu dengerin Mami nggak, sih?"

Juna tersentak kaget. "A-apa Mi?"

"Cepat antar anakmu itu ke tempatnya Bian!"

Masih setengah sadar, Juna bergegas pergi ke garasi mobil untuk mengantar putri semata wayangnya.

Sepanjang perjalanan, Ruby masih terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Bian. Juna jelas merasa kesal, bibirnya mengerucut. Tapi dia tidak bisa protes sama sekali karena ini adalah Ruby.

Sampai di galeri pameran, Bian menyambut mereka dengan wajah heran. Sementara Ruby langsung berlari ke pelukannya.

"Om Ganten!" Lagi-lagi, Ruby menyematkan kata 'ganteng' pada lelaki itu.

"Loh, kenapa kalian bisa ada di sini? Galerinya masih berantakan," ujar Bian sembari menggeser-geser barang yang bertumpuk agar Rani dan Juna bisa lewat.

"Sejak bangun tidur, Ruby menangis terus mencari Anda," jelas Rani. "Tangisnya baru berhenti sekarang,"

"Astaga," Bian mengecup kedua pipi Ruby. "Ruby kangen sekali ya sama Om?"

"iya!" angguk Ruby.

Bian dan Rani tertawa. Sedangkan Juna masih memberengut kesal.

"Mari masuk," ajak Bian. "Meskipun pengerjaannya baru lima puluh persen, tapi ada beberapa lukisan yang sudah dipasang. Siapa tahu kalian mau lihat,"

"Memangnya boleh?" tanya Rani.

"Tentu saja boleh," jawab Bian antusias. "Anggap saja ini bonus dari saya," Bian lantas mengalihkan pandangannya pada Juna.

"Anda tidak ikut masuk, Pak?"

"Ya," jawab Juna singkat. Melihat Bian yang berkata penuh lemah lembut membuat rasa kesalnya memuncak. Meski kesal, ia tetap mengikuti Bian dan Rani yang sudah berjalan lebih dulu.

Juna melangkahkan kakinya perlahan sembari matanya melihat-lihat lukisan yang sudah terpajang. Meski kesal, Juna mengakui kalau lukisan hasil karya Bian sangat bagus. Laki-laki itu punya style tersendiri yang membuatnya berbeda dari pelukis lain.

"Saya harus naik gunung dulu untuk bisa mendapatkan lukisan ini," Bian tiba-tiba saja sudah berdiri di sebelah Juna, menjelaskan lukisan di depan mereka tanpa ia minta.

"Kenapa Anda sendirian? Ditinggal kemana anak saya?" Juna mengernyitkan dahi heran.

"Dia bersama ibunya. Sedang bermain warna cat," jawab Bian tak lupa dengan senyum terukir di wajah. "Oh ya, apa istri Anda sudah cerita? Saya pernah bertemu dengan istri Anda sebelumnya,"

"Oh ya? Kapan?" alis Juna terangkat. "Anda ada hubungan apa dengan istri saya?"

"Ah, bukan hubungan seperti itu," Bian buru-buru menjelaskan. "Saya adalah orang yang menolong istri Anda saat dia tersesat di jalanan seorang diri,"

"Oh?" Mata Juna membulat. "Jadi Anda orangnya?"

"Benar," Bian tersenyum. "Saya khawatir sekali dengan keadaan istri Anda waktu itu. Keadaannya tidak baik, bajunya berantakan dan kakinya berdarah-darah. Dia sepertinya sangat ketakutan malam itu. Wajar saja. Seorang wanita muda berjalan sendirian di jalanan sepi, malam-malam pula, pasti ada saja orang yang berniat jahat padanya,"

Entah kenapa Juna merasa tersindir dengan kalimat terakhir Bian. Jelas saja, orang yang sudah berbuat jahat pada Rani kan memang dirinya!

"Saya sangat berterimakasih dengan bantuan Anda," Juna kembali menunjukkan kemampuan aktingnya, ia menjabat erat tangan Bian. "Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada istri saya malam itu kalau tidak ada Anda,"

"Sama-sama," Bian menyambut uluran tangan Juna, sama sekali tak menyadari kalau senyuman pria itu hanya sebuah kepura-puraan. "Sebenarnya apa yang terjadi malam itu, kenapa istri Anda bisa tersesat di sana malam-malam?"

"Istri saya memang punya pola hidup yang lumayan bebas," Juna menghela napas panjang. "Pernikahan kami memang tidak didasarkan suka sama suka, dan dia tidak terima dengan hal itu. Makanya hari itu, dia kabur dengan pria lain," bohongnya.

"Oh ya?" Entah kenapa, Bian merasa tidak percaya begitu saja dengan ucapan Juna. "Lantas, kenapa dia bisa tersesat di sana sendirian?"

"Itu juga pertanyaan saya," Juna pura-pura menerawang jauh. "Mungkin pria itu meninggalkan istri saya di sana. Entahlah, tapi saya bersyukur dia bisa pulang dengan selamat. Dan itu semua berkat Anda,"

Bian tersenyum, tapi entah kenapa dirinya masih merasa janggal. Ia sadar jika bukan ranahnya lagi untuk membahas masalah rumah tangga orang lain. Akhirnya dia menutup mulutnya sampai mereka bertiga berpamitan.

"Bilang bye dulu sama Om," ujar Rani mengajarkan Ruby. Dengan gemas, Ruby melambaikan tangannya. Tapi tak hanya sampai disitu saja, Ruby juga turut mengecup pipi Bian.

"Om ganten becok ke lumah Uby kan?" tanya Ruby dengan wajah penuh harap.

(Om Ganteng besok ke rumah Ruby kan?)

"Bukan besok sayang, tapi tiga hari lagi," Bian mengangkat ketiga jarinya. "Ruby harus sabar ya.. Sampai Om datang, jangan menangis seperti tadi,"

"Iya!" Ruby menganggukkan kepalanya semangat.

"Terimakasih atas waktunya," Rani tersenyum kepada Bian. "Maaf kalau kami datang saat Anda sedang sibuk,"

"Tidak masalah," Bian balas tersenyum. "Kapan-kapan, jika ingin ke sini, datang saja sesuka hati,"

Juna melirik Bian dan Rani bergantian. Mengernyitkan dahi heran saat melihat senyuman mereka berdua.

"Kamu ada hubungan apa dengan laki-laki itu?" tembak Juna tanpa basa-basi saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Rani yang duduk di sebelahnya sontak membelalakkan mata, terkejut dengan pertanyaan Juna yang tiba-tiba.

"Kami tidak ada hubungan apa-apa,"

"Oh ya? Kenapa Bian bilang padaku kalau kalian pernah bertemu sebelumnya?"

Rani menghela napas panjang. "Kalau begitu, Bian juga pasti bilang kan bagaimana awalnya kita bertemu? Dia adalah orang yang menolongku saat aku ditinggal sendirian di jalanan sepi. Dia adalah orang yang menghubungi polisi untuk mengantar aku pulang,"

"Oh ya? Yakin tidak ada hubungan lain?"

"Astaga.." Rani lagi-lagi hanya mampu menghela napas panjang. "Percuma aku menjelaskan apapun, karena kamu tetap tidak akan percaya,"

CKITT!

Tiba-tiba saja, Juna sudah menginjak pedal rem. Sangat mendadak sampai tubuh Rani condong ke depan. Rani buru-buru mengecek keadaan Ruby yang sedang tertidur di bangku belakang, untunglah anak itu tidak terbangun.

"Kak, apa-apaan sih? Kalau Ruby bangun gimana? Kamu—"

"Turun," tanpa membiarkan Rani menyelesaikan ucapannya, Juna terlebih dulu memberi titah.

"Kak?" Rani menatap suaminya tidak percaya. Lagi-lagi ia akan ditinggalkan di tengah jalan begitu saja?

"Kamu bilang percuma menjelaskan apapun padaku. Ya sudah, kalau percuma, turun saja,"

Rani memejamkan matanya sambil mengatur napas agar marahnya tidak meledak-ledak.

"Lalu bagaimana dengan Ruby? Bagaimana kalau dia mencariku—"

"Aku ayahnya, aku bisa mengurusnya sendiri," Juna menolehkan kepalanya pada Rani dengan tidak sabar. "Mau turun sendiri atau aku paksa turun?"

Rani menatap wajah suaminya itu sekali lagi. Percuma berdebat dengan lelaki itu sekarang. Tanpa menunggu perintah yang kedua, Rani membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan itu dengan sukarela. Setelah Rani menutup pintu mobil dari luar, Juna langsung menancap gas dan melajukan kendaraan roda empat itu dengan cepat.

"Huffttt.." Rani menyugar rambutnya ke belakang. Untunglah Juna membiarkannya membawa handphone, jadi ia bisa memesan taksi online. Saat sedang sibuk mencari kendaraan di aplikasi, tiba-tiba Rani dikejutkan dengan suara klakson dari belakang. Rani reflek menoleh, dan matanya membulat melihat siapa yang datang menghampirinya.

"Rani?"

1
Dede Bleher
tak aneh.
kalau sudah jatuh baru mengharapkan bini yg sudah di sakiti!
kalau aku ma ya milih pergi!
akukaya
gila.... kau tak ada hak bodoh..... undang-undang mcm apa itu?
akukaya
ada CCTV.....
Ibelmizzel
mampir Thor 💪🏼💪🏼💪🏼
Meity Mei
mungkin Rani amnesia
Noerlina Akbar
Lumayan
Angelica James
keren bangettt ✨️
Anugrah Senjakala
Luar biasa
putupu
juna anj 🤬
Sri Ariyanti
Luar biasa
Ita rahmawati
bagus kyknya
Ita rahmawati
emang orang kaya gk punya pembantu ya 🤭
ttep suka 🤗
Ita rahmawati
aih udah tamat aja,,padahal lg manis² nya 😅
Ita rahmawati
waaàhhhh
Ita rahmawati
akhirnya
Luh Somenasih
kalo aku jadi rani sih mending kabur aja
Ita rahmawati
weh si rani udh mulai berani ya
Ita rahmawati
demi balas dendam justru kamu jd lebih kejam dari bu lily,,bu lily gk sengaja nabrak istrimu tp kamu sengaja membunuh mantu sm suaminya 🥺
Ita rahmawati
tiada maaf bagimu gtu ran 🤣
Ita rahmawati
walaupun perselingkuhan bani itu direncanakan dn merupakan jebakan tp ttep aja bani nya terjebak,,nyesek bgt gk sih jd bu lily 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!