Hafidan Daffara Brahmana,Niat hati ingin menolong seorang wanita dari kejaran para lelaki hidung belang,namun tertipu uang puluhan juta.
Di tinggalkan oleh gadis yang menipu,dan berbulan-bulan mencari nya.Bertemu di sebuah pesta gala dinner,dan langsung merampas ciuman nya.Hafi melibatkan gadis itu dalam konflik pemerasan,hingga meminta ganti rugi menjadi kekasih bayaran nya.
Akan kah hanya sekedar bayaran,atau akan kah selamanya?
Cerita ini adalah lanjutan dari cerita "Takdir cinta Fahira" jika ingin mengetahui pendahulu nya,lebih baik mampir juga di "Takdir Cinta Fahira" 😉😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♍Virgo girL 🥀🌸, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 31 Menyukai Yang Sama
"Daffin,ikut kakak yuk!"
Tak ada angin tak ada hujan Riza mendekati Daffin yang sedang bermain sendiri,tapi bersebelahan dengan Hafi yang sedang duduk di sofa.
"kemana kak?"
"Kafe.."
"Emang Daffin boleh ke Kafe,nanti di marah mamah kak Riza!"
"Di sana bukan kafe orang dewasa Fin,semua umur bebas masuk"
"Termasuk Daffin?"
Riza pun mengangguk, menyingkirkan kaki Hafi untuk bergeser.Lalu duduk di sebelah saudara kembar nya.
"Ckk,reseh!" Gumaman Hafi sangat terdengar oleh Riza.
Riza membisikan sesuatu di telinga Daffin.Wajah anak itu pun senang,dan langsung berlari mencari mamah nya untuk meminta ijin.
Hafi sangat penasaran dengan bisikan Riza barusan di telinga Daffin,namun tak sedikit menurunkan ego dan gengsi nya untuk bertanya.
Daffin,dan mamah Ara yang turun menggunakan lift menghampiri Riza dan Hafi.
"Kau benar ingin mengajak Daffin Za?"
"Iya mah,boleh kan?"
"Boleh,asal jangan pulang malam.Daffin ajak juga kak Hafi!"
"Tapi mah..."
Ara mengerti apa yang akan dilakukan Riza dan Daffin karena bisikan Riza tadi disampaikan oleh Daffin.
"Mamah takut Daffin mengantuk dan rewel disana.Kamu tidak telaten jika menghadapi nya.Cuma Hafi yang bisa"
Ara memohon pada anak nya dengan muka yang memelas.
"Ya sudah!!" Mata Riza beralih ke Hafi "Tapi janji jangan menggangguku di sana?!"
Hafi jengah mendengar ucapan Riza.
Mereka pun pergi bertiga, Ara sudah mewanti-wanti kepada kedua nya untuk menjaga Daffin.
Beberapa saat lalu Daffin berbisik kepada Ara,jika akan bertemu dengan kak Mita di sana.Ara yang mendengar nya sangat senang.
Membiarkan anak nya untuk bersaing,tapi di dalam diri nya,percaya jika salah satu dari mereka tidak lah serius.Karena Ara mengerti mereka.
.
.
Melajukan mobil,Riza yang berada di kursi kemudi.Selalu mengemudi dengan pelan,terlebih lagi di sana ada Daffin.
Hafi mengalah duduk di belakang sendiri karena dia tidak mau Daffin yang dibelakang.
Jika bukan Daffin yang berceloteh,siapa lagi yang akan meramaikan disana.Selalu menjadi penengah jika kakak nya sudah mulai ribut.
Tidak membutuhkan waktu yang lama,mobil terparkir di depan kafe.Pengunjung tidak cukup ramai karena bukan hari libur atau tanggal merah mungkin.
Hafi mengerutkan keningnya.Memandang nama yang tersusun di atas pintu masuk kafe.
Riza membuka pintu kafe,di ikuti Daffin di belakang.Dan kemudian Hafi.
Mata bocah kecil itu melihat ke sana kemari mencari seseorang yang Riza katakan beberapa puluh menit lalu.
"Kak mitaaa!!" suara Daffin membuat Hafi yang masih terpaku setelah menutup pintu,langsung menoleh ke arah Daffin dan seseorang yang dia panggil.
Mita? kenapa dari siang masih disini?
"Haii Daffin?!"
Daffin tanpa aba-aba mencium pipi Mita dan memeluk nya.Hafi dibuat terpaku oleh aksi adik kecilnya.
"Hai Mita?" Riza melambaikan tangan meski berjarak dua meter.
Pandangan Mita beralih ke Hafi.Hanya di balas senyum saja tanpa mengucapkan suatu apapun.
"Senang bisa bertemu kalian kembali" Mita mengangguk.
"Aku juga begitu Mit!" Riza yang menjawab,Hafi masih pura-pura cuek.
"Kata kak Riza,kak Mita bekerja di sini.Dan tadi kak Riza juga mengajakku kesini.Jadi aku mau" Daffin berbicara dengan senyum-senyum karena terlalu senang.
"Benarkah Daffin?" Daffin hanya mengangguk.
"Bagaimana kalau kita cari meja kosong,dan mengobrol di sana?"
Ucapan nyaa di angguki oleh Riza.Mita mengedarkan mata nya mencari meja yang kosong.
"Aku toilet dulu!" Hafi melenggang pergi ke toilet.Dan hanya di jawab dehem man saja oleh Riza.
Meja yang Mita pilihkan adalah meja paling ujung dengan view kolam ikan di sebelah kiri,dan panggung live music di sebelah kanan,lalu depan bisa melihat pengunjung berlalu lalang.
"Mau minum apa?Atau cemilan apa,nanti aku pesan kan." Riza dan Daffin menyebutkan pesanan mereka.Sedangkan lupa memesan untuk Hafi.
Mita pergi dari sana untuk menyiapkan orderan Riza dan Daffin.
.
.
"Kak Hafi lama sekali!"
Tak berselang lama,Hafi kembali dari toilet.Mencuri pandang Mita yang sedang bekerja melayani pengunjung lain.
Beberapa dari mereka ada yang menggoda Mita,namun dia tak menyahuti nya sama sekali.
"Hai Daffin,pesanan datang.Milo coklat untuk Daffin,Espresso Riza,dan.." Mita melirik Hafi.
"Sebenarnya ini punya ku,tadi Riza tidak memesan untuk mu.Tapi jika kau suka tidak apa.Lemon tea" Mita berbicara pada Hafi,kedua lelaki beda umur di sebelahnya melihat mereka.
Hafi hanya mengangguk saja
"Itu juga kesukaan Kak Hafi,kak Hafi dan Kak Mita sama-sama penyuka lemon tea" Daffin berceloteh.
Riza yang melihat itu hanya terdiam.Bola mata nya bergantian melihat kedua nya.
"Sini saja Mit,bergabung dengan kami!" Riza mencekal lengan Mita saat dia akan kembali bekerja.
"Tapi Za,Aku sedang bekerja.Tidak enak dengan bos ku"
"Manggalih?? Dimana dia?"
"Kau tahu,kenal dengan Bang Galih?"
"Dia yang mengenal kami baik!"
"Bang Galih sedang pergi bersama saudara nya,mungkin sebentar lagi pulang.Aku bekerja dulu sebentar ya?"
Mita melirik Hafi yang sedari tadi melihat lengan Mita yang di genggam Riza.Tanpa sengaja tangan Mita menyingkirkan dari sana.
.
.
Jam tangan Daffin menunjukan pukul tujuh lima puluh menit,band yang memainkan music akustik sudah beberapa kali bernyanyi dan menawarkan pengunjung untuk menyumbang lagu.
Tak lama kemudian suara dari vokalis memanggil Hafi.
"Saya dapat sepucuk surat,yang berisi nama seseorang.Untuk menyumbang kan suara emas nya.Saya persilahkan saudara Hafi,boleh tunjuk tangan saudara Hafidan?"
Hafi yang merasa terpanggil,masih diam hingga Daffin bertepuk tangan, mengucapakan nama kakak nya.
"Ulah mu pasti ini Riza!" Ucapan nya kesal dan mengacung kan ibu jari terbalik ke Riza,lelaki itu hanya mengulum senyum.
Mau tidak mau Hafi naik ke panggung yang tingginya hanya lima puluh centimeter.
Duduk di bangku kecil dan mulai memetik gitar.
Hanya sebuah petikan saja,dan belum bersuara,Mita yang sedang melayani pengunjung menoleh ke panggung.
Matanya bertatapan dengan mata Hafi yang dari tadi juga melihat Mita mondar.
Kedua nya saling mengunci pandang.Mita mendekap nampan di dada nya.Ada sesuatu perasaan yang aneh di hati nya muncul.
Jari jemari Hafi bergerak,dan bersuara menenangkan.Seperti tersimpan kesedihan di sana.
Bukan hanya Riza yang bisa menebak saat mendengar nada nya,semua pengunjung juga tau itu intro dari lagu apa.
Bodoh kau Hafi,sudah aku beri kesempatan dari tadi juga tidak bersuara.Haduh kenapa Mamah mengandung kita ditakdirkan kembar?
Riza merasa gemas dengan saudara kembar nya sendiri,dan bergumam dalam hati.
.
.
.
to be continue
lagian mina sekarang sangat bahagia. 😎