Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.
Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pahlawan sombong
Di Kota Elvaria, Rio akhirnya berhasil masuk tanpa harus melewati penjaga gerbang secara langsung. Entah bagaimana, dia telah menemukan celah lain untuk masuk, kemungkinan besar dengan memanfaatkan kemampuan menyusupnya yang luar biasa.
Dengan topeng hitam yang menutupi sebagian wajahnya, Rio berjalan perlahan menyusuri jalanan kota yang mulai ramai. Topeng itu bukan hanya menutupi identitasnya, tapi juga membuat aura misterius menyelimutinya. Orang-orang yang berpapasan dengannya hanya sempat melirik sejenak, lalu segera mengalihkan pandangan, seolah enggan berurusan dengan sosok yang begitu sunyi namun mencolok.
Rio menatap sekelilingnya dalam diam. Bangunan tinggi bergaya kerajaan, bendera-bendera dengan simbol Elvaria, dan para warga yang membicarakan cahaya aneh di langit pagi tadi.
“Ada yang tidak beres...” gumamnya dalam
Perut Rio mulai keroncongan setelah seharian berjalan tanpa henti.
“Cari tempat makan dulu, ah...” gumamnya pelan di balik topeng.
Dengan langkah santai, Rio berjalan menyusuri lorong-lorong kota Elvaria, matanya tajam mencari kedai makanan yang tidak terlalu mencolok... dan tentu saja, tidak mahal.
Ia melewati beberapa restoran besar yang tampak mewah, dengan pelayan berdiri tegak dan papan menu yang terlihat mahal hanya dari font-nya saja. Rio menggeleng kecil.
“Yang begini... bisa habis duit simpananku,” pikirnya.
Setelah berbelok ke jalan yang sedikit lebih sempit, ia menemukan sebuah kedai kecil di sudut gang. Kedai itu tampak sederhana, tapi ramai dengan pelanggan. Aroma makanan panas keluar dari dapurnya, membuat Rio menelan ludah.
“Ini dia.”
Tanpa ragu, Rio masuk dan duduk di salah satu meja kosong, mengamati menu yang tertempel di dinding. Murah, sederhana, dan cukup menggugah selera, sesuai dengan apa yang dia cari.
Namun, sebelum Rio sempat memanggil pelayan dan memesan makanan…
CRAAK!!
Pintu kedai terbuka lebar dengan kasar, membuat lonceng kecil di atasnya berdenting keras. Seluruh pengunjung langsung menoleh.
Masuklah lima orang dengan pakaian asing dan aura mencolok. Mereka adalah sekelompok pahlawan dari dunia lain, yang baru saja dipanggil ke dunia ini pagi tadi. Cara mereka melangkah penuh percaya diri, bahkan bisa dibilang... sombong.
Mereka langsung berjalan ke meja tengah tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada pemilik kedai, bahkan tidak melihat pelanggan lain. Salah satu dari mereka, seorang gadis berambut merah panjang, Arisa Yukino berkata keras dengan nada manja namun angkuh:
“Hoi! Pelayan! Cepat bawa makanan terenak di tempat ini! Dan buat cepat, aku benci menunggu.”
Seisi kedai menjadi hening. Beberapa pelanggan tampak tidak senang, tapi tak satu pun berani bersuara.
Rio yang duduk di sudut, diam sambil memperhatikan mereka dari balik topengnya.
“Mereka... yang tadi jatuh dari langit itu?” bisiknya dalam hati.
Tatapan Rio mengarah pada satu di antara mereka, gadis muda berambut pendek dan wajah polos, Hana Mizuki. Tidak seperti yang lain, dia tampak gelisah, bahkan menunduk dengan rasa tidak enak pada pelanggan sekitar.
“Mereka terlalu mencolok…” pikir Rio. Tangannya perlahan menggenggam cangkir kosong di hadapannya. “Tapi... ini menarik.”
Namun dari keramaian itu, salah satu pahlawan dunia lain...Kaito Renji, pemuda berambut hitam kebiruan dengan mata tajam penuh percaya diri, menoleh ke arah Rio yang duduk sendirian di sudut kedai.
Tatapannya tenang… tapi penuh kesombongan terselubung.
“Oi, oi, oi…” katanya sambil menyipitkan mata. “Kenapa ada orang aneh duduk di pojok dengan topeng lusuh? Ini kedai makan, bukan panggung sandiwara.”
Dia bangkit dari kursinya, berjalan perlahan mendekati Rio sambil mengedarkan pandangan meremehkan.
Beberapa pengunjung mulai melirik penuh rasa cemas. Pemilik kedai pun tak berani menyela.
Kaito berdiri di depan Rio, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan.
“Oi, aku ngomong sama kamu, orang gila,” katanya tajam, masih dengan nada tenang, tapi jelas ingin mempermalukan Rio.
Rio masih tetap diam.
Ia hanya duduk tenang di tempatnya, satu tangan menyentuh gelas kosong, sementara wajahnya tersembunyi di balik topeng hitam itu. Matanya tak terlihat, tapi tekanan udaranya perlahan berubah.
Kaito kehilangan kesabaran.
“Hei! Jangan sok diam kau!!” bentaknya tiba-tiba...BRAK!
Dia menendang kaki meja tempat Rio duduk hingga bergeser beberapa inci ke belakang. Suara benturan membuat seluruh ruangan terdiam kaku.
Tapi... bahkan setelah itu, Rio masih tetap tidak bereaksi.
Hanya ada keheningan. Nafas Rio stabil, tubuhnya tidak bergerak… tapi hawa dingin seakan mulai merayap ke seluruh ruangan.
Kaito Renji semakin emosi.
Ia mencengkeram kerah baju Rio dengan kasar, wajahnya didekatkan hingga hanya berjarak beberapa inci.
"Aku tanya kau malah diam, dasar pengecut!" bentaknya lantang, tatapan matanya penuh kesombongan.
Namun…
Dalam sekejap...suasana berubah drastis.
Rio mengangkat tangannya perlahan… dan mencengkeram balik pergelangan tangan Kaito yang menahannya.
Dengan suara berat dan tajam, dia berucap:
"Lepaskan tanganmu… atau kau akan menyesal."
Saat kata-kata itu terucap, hawa dingin menyelimuti ruangan.
Aura gelap dan menekan tiba-tiba meledak dari tubuh Rio, meskipun dia masih duduk diam di tempatnya.
Tekanan itu begitu besar… hingga membuat jantung orang-orang di sekitar berdetak lebih cepat.
Tubuh Kaito gemetar tanpa sadar. Tangan yang tadi mencengkeram Rio kini mulai bergetar hebat.
"A... a-apa… ini… aura... ini bukan aura orang biasa…" katanya pelan, suaranya mengandung kepanikan.
Rio menatapnya tajam dari balik topeng. Mata yang tersembunyi di baliknya seakan menusuk ke dalam jiwanya.
Tak sanggup menahan tekanan itu, Kaito spontan melepaskan genggamannya dan jatuh berlutut, wajahnya pucat.
"A-apa itu tadi...?" bisiknya, masih gemetar. “Sihir macam apa yang dia miliki…?”
Seluruh orang di kedai itu terdiam membeku.
Semua mata tertuju pada sosok bertopeng yang kini kembali tenang, seolah tak terjadi apa pun.
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.
Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.