NovelToon NovelToon
Janji Yang Kau Ingkari

Janji Yang Kau Ingkari

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Wanita Karir / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: husna_az

Adisti sudah mengabdikan hidupnya pada sang suami. Namun, ternyata semua sia-sia. Kesetiaan yang selalu dia pegang teguh akhirnya dikhianati. Janji yang terucap begitu manis dari bibir Bryan—suaminya, ternyata hanya kepalsuan.

Yang lebih membuatnya terluka, orang-orang yang selama ini dia sayangi justru ikut dalam kebohongan sang suami.

Mampukah Adisti menjalani kehidupan rumah tangganya yang sudah tidak sehat dan penuh kepalsuan?

Ataukah memilih berpisah dan memulai hidupnya yang baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Rahasia masing-masing

"Bryan, Mama mau minta uang," ucap Lusi sambil menadahkan tangannya ke depan sang putra.

"Aku juga nggak punya uang, Ma. Mama 'kan tahu kalau aku belum bekerja," sahut Bryan yang tatapannya terus fokus pada ponselnya.

"Gimana mau kerja kalau kamu setiap hari selalu di rumah terus. Cari kerja itu keluar sana! Sebagai laki-laki kamu harus tanggung jawab. Ini juga semua gara-gara kamu nikahin wanita tidak berguna itu jadi sekarang kamu harus cari pekerjaan. Kalau bisa gajinya lebih tinggi daripada yang kemarin."

Bryan mengusap rambutnya frustasi. Dari kemarin dia sudah cukup bingung dengan lamarannya yang belum keterima. Semua usaha juga sudah dilakukan, memang belum ada rezeki saja untuknya.

"Kalau boleh aku juga maunya seperti itu, Ma, tapi semua tidak semudah yang Mama pikirkan. Aku juga sudah melamar ke mana-mana, tapi semua tidak ada yang mau menerimaku. Apalagi setelah tahu siapa aku sebelumnya, mereka semua menolak mentah-mentah. Aku yakin ini semua pasti ada campur tangan dari Adisti. Mereka pasti menyebarkan berita yang tidak benar tentang aku dan akhirnya tidak ada yang mau menerima aku bekerja."

"Bagaimana bisa seperti itu? Kamu kalau sudah tahu jika kamu difitnah, segera jelaskan semuanya, kenapa kamu hanya diam saja? Kenapa tidak memberontak? Seharusnya kamu bisa membela diri, katakan pada semua orang jika apa yang dikatakan Adisti itu bohong. Kenapa kamu malah menerimanya begitu saja! Dasar kamu itu memang laki-laki bod*h. Sudah dibod*hi temanmu untuk menikahi wanita yang tidak berguna, sekarang namamu jelek karena istrimu," ujar Lusi dengan geram. Ingin sekali mencabik-cabik wajah Bryan jika saja tidak ingat jika pria itu anaknya.

"Dari tadi Mama ngoceh melulu tidak ada hentinya, lebih baik Mama pulang saja, aku pusing dengar Mama aja terus ngomel sepanjang hari."

"Kamu mengusir Mama? Kamu lupa kalau rumah kontrakan ini siapa yang bayar? Mama juga, kan? Jangan sampai setelah kontrakan ini selesai kamu ikut numpang di rumah Mama. Apa lagi sampai bawa benalu itu, Mama tidak Sudi."

"Kenapa Mama bicara seperti itu? Bagaimanapun juga Sahna itu istriku, harusnya Mama mendukung kami. Sekarang dia juga sedang hamil cucu mama, dia juga tidak boleh stres jadi, jangan tambah beban pikirannya."

Bryan juga sebenarnya kesal dengan Sahna karena wanita itu yang secara tidak langsung, sudah membuat dirinya kehilangan semuanya. Akan tetapi, dia juga tidak tega melihat wanita hamil itu selalu dipojokkan. Selama ini Bryan sudah sangat menunggu kehadiran sang buah hati, sekarang sudah sampai sejauh ini bagaimana bisa dia angkat tangan begitu saja.

"Mama tidak peduli, yang penting sekarang kamu cari kerja dan hasilnya kamu berikan sama Mama. Kamu harus jadi anak berbakti."

Bryan jengah dengan Lusi, dari dulu mamanya itu selalu melakukan apa pun sesuka hatinya. Dia merasa menjadi pria yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, semua harus atas persetujuan mamanya. Hanya saat ada Adisti mamanya itu mau mendengarkan. Itu juga karena uang yang dimiliki istrinya.

"Terserah Mama, aku mau keluar saja. Terlalu lama di rumah bikin kepala pusing." Bryan pun segera beranjak dari sana dan pergi meninggalkan mamanya.

"Bryan! Kamu mau ke mana?"

"Bukannya Mama yang bilang kalau aku harus cari kerja yang gajinya lebih besar dari kemarin." Bryan segera pergi tanpa menunggu sahutan dari mamanya, yang ada nanti akan semakin panjang.

Sementara itu, Sahna yang dari tadi mendengar pembicaraan suami dan mertuanya pun merasa geram. Mama Lusi selalu saja seenaknya sendiri dalam melakukan sesuatu. Sudah jelas jika Bryan juga memiliki istri, tidak seharusnya dia banyak menuntut. Apalagi untuk biaya persalinan juga mereka belum punya tabungan.

Kalau seperti ini Sahna juga menyesal menikah dengan Bryan. Padahal sebelumnya Arsylla menjanjikan banyak hal, kalau pria itu orang kaya, punya segalanya. Ternyata semua milik istrinya dan sang suami tidak memiliki apa-apa. Sahna kembali ke kamar, dia berniat untuk menghubungi sepupunya dan meminta pertanggungjawaban darinya.

"Halo, Arsila. Sekarang aku harus bagaimana? Kamu sudah berbohong sama aku. Selama ini kamu bilang Bryan itu orang kaya, bisa memenuhi semua keinginanku. Ternyata dia pria miskin, bahkan lebih miskin daripada kedua orang tuaku. Aku tidak mau tahu, kamu harus tanggung jawab."

"Apa? Tanggung jawab? Memang selama menikah dengan Bryan apa yang sudah kamu berikan padaku? Tidak ada! Kamu kira cuman kamu saja yang hancur? Aku juga hancur. Aku sudah dipecat dan aku diusir oleh Adisti dari apartemen," jawab Arsylla yang berada di seberang telepon dengan kesal. Dia sudah kehilangan banyak hal, bagaimana bisa Sahna bicara seperti itu.

"Apa? Jadi maksudmu apartemen yang kamu tempati selama ini itu juga milik Adisti?" tanya Sahna dengan wajah tidak percaya.

Selama ini dia pikir Arsylla sudah hidup enak di kota, nyatanya sama saja seperti dirinya. Bahkan sepupunya itu lebih parah karena menumpang hidup dan pada orang lain. Sungguh bod*h sekali dirinya karena tidak mencari tahu semuanya lebih dulu.

Arsylla hanya diam tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Sahna. Dia malu sekaligus kesal, kenapa sepupunya harus bertanya tentang hal itu. Selama ini gadis itu sudah berusaha menutupi semuanya dari para keluarga. Arsylla juga selalu mengatakan bahwa dirinya sudah sukses dan bisa membeli apa pun yang dia mau.

Gadis itu emang bisa membeli semuanya. Namun, itu juga atas dukungan dari Adisti. Kalau hanya mengandalkan gajinya saja, mana mungkin cukup untuk kehidupannya. Belum lagi harus mengirim uang pada kedua orang tuanya karena memang adiknya juga masih sekolah.

"Selama ini aku selalu iri sama kamu. Kamu selalu bisa membeli apa pun yang kamu inginkan, bahkan terkadang kamu pulang juga dengan menggunakan mobil mewah, tapi ternyata aku salah. Semua itu bukan milikmu, kamu hanya numpang pada sahabatmu yang sekarang sudah kamu khianati. Seharusnya kamu malu, kalau aku jadi kamu, sudah pasti aku bunuh diri karena tidak sanggup menahan semua rasa malu," ucap Sahna dengan nada sinis.

"Memangnya kenapa kalau aku menumpang pada orang lain? Aku tidak seperti dirimu yang berpikiran sempit. Kenapa aku harus bunuh diri? Aku masih punya tanggung jawab yaitu kedua orang tua dan adik-adikku. Mereka masih sangat membutuhkan aku, aku juga tidak mungkin mengabaikan meraka."

"Memangnya sekarang kamu bisa apa? Pekerjaan saja sudah tidak punya. Aku yakin kalau orang tua kamu tahu mengenai apa yang terjadi padamu, pasti mereka akan sangat malu karena anak yang selalu mereka banggakan ternyata hanyalah seorang pembohong."

Arsylla sedikit terusik dengan kalimat yang diucapkan Sahna. Meskipun dirinya di sini dalam keadaan sulit, tetapi dia tidak akan membiarkan keluarganya susah. Gadis itu memang telah berbuat jahat pada sahabatnya. Namun, tidak akan sanggup melihat kesedihan di wajah ibunya.

"Kamu mau apa? Jangan macam-macam denganku. Kamu juga harus ingat kalau kartumu juga ada padaku. Kalau aku mengatakan kamu adalah seorang pelakor, kira-kira apa yang akan dikatakan oleh warga? Kamu tentu sangat tahu bagaimana reaksi mereka, kan? Mereka paling anti dengan wanita perebut suami orang."

Arsylla menyeringai, dia bukan orang yang mudah kalah, apalagi dengan seorang sepupu seperti Sahna yang hanya wanita amatiran. Gadis itu bisa kalah dengan Adisti, tapi tidak dengan Sahna. Arsylla akan membalas semua orang yang telah mengusik kehidupannya. Seandainya saja dia bisa membalas Adisti, pasti akan dilakukannya.

"Br*ngsek! Kamu memang sengaja membuat aku berada dalam masalah ini? Kamu ingin semua manfaatkan keadaanku?"

"Ha ha ha ha ... ke mana saja kamu selama ini? Kenapa baru sekarang kamu sadar kalau sudah aku manfaatkan sepupuku yang bod*h. Aku memang sengaja membuatmu menikah dengan Bryan karena aku ingin balas dendam pada istrinya. Juga pada keluargamu yang selalu saja merasa paling berkuasa di keluarga besar. Aku ingin tahu bagaimana reaksi mereka saat tahu tentang putri mereka."

Sahna gelagapan, dia tidak menyangka jika Arsylla bisa seperti sekarang ini. Wanita itu memang tidak mengatakan pada keluarganya mengenai dirinya yang hanya istri kedua. Kemarin saat acara tujuh bulanan dia bisa meyakinkan keluarganya jika Adisti hanya mantan kekasih Bryan yang terobsesi. Bagaimana nanti jika Arsylla yang berbicara? Pasti semua akan kacau.

"Kamu jangan macam-macam, Arsylla!"

"Ho ho ho ... kamu tenang dulu dong, Sayang. Jangan terlalu emosi begitu, kita sama-sama saling memegang rahasia jadi, aku harap kamu bisa menutup mulutmu. Ingat! Satu kata saja yang keluar dari mulutnya, aku bisa membongkar seluruh apa yang ada dalam dirimu jadi, berhati-hatilah. Jangan sampai mulutmu salah berucap."

Arsylla mematikan sambungan telepon begitu saja. Dia tidak mau terlalu membuang waktu dengan orang seperti Sahna. Sekarang hidupnya sudah kacau balau. Namun, Arsylla bukanlah wanita yang mudah menyerah. Gadis itu ingin kembali seperti dulu lagi.

Sekarang Adisty sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dia harus mencari seseorang yang bisa dimanfaatkan demi membuat dirinya bisa seperti dulu lagi. Arsylla teringat seseorang dari masa lalu, gadis itu pun mencari nomornya dan mencoba untuk menghubunginya. Mudah-mudahan saja nomornya masih aktif dan dia bisa memanfaatkan situasi.

Sekarang ini orang itu pasti senang karena Adisti dan Bryan sudah berpisah. Bukankah dari dulu itu yang diharapkannya. Panggilan tersambung. Namun, tidak juga diangkat, hingga panggilan berakhir. Arsylla kesal, tetapi tetap mencoba untuk menghubunginya kembali dan akhirnya panggilan pun diangkat.

"Halo." Suara serak dari ujung sambungan telepon terdengar, suara yang dari dulu Arsylla sukai.

1
Soraya
mampir thor
Nurhayati Nia
pagar makan tanaman kamu mah arsyla
Nurhayati Nia
mampir thorr
Dini Mariani s
Buruk
Dini Mariani s
cerdik Adisti...lanjut thor
vi
karyamu bagus Thor
Iyas Masriyah
Luar biasa
Iyas Masriyah
Lumayan
C I W I
Luar biasa
abu😻acii
aku suka karakter wanita tanguh ngk lemah👍
Dewa Dewi
iya betul
Warijah Warijah
Terimasih Thor novelnya, tetap semangat ya /Drool//Drool//Drool/
Warijah Warijah
Terimasih Thor novelnya, tetap semangat ya /Drool//Drool//Drool/
Reader
knp mesti selalu drama 'nolak dibawa ke RS' sii, dah pingsan jugaaa🤭
Hanisah Nisa
thanks Thor...
Putu Suciptawati
lanjut lanjut
Putu Suciptawati
akhirnya yg ditunggu2 up juga🙏🙏🙏
Hanisah Nisa
lanjut
Aghitsna Agis
lanjut thor jgn lama2 mks
Nora♡~
💪💪💪terus thor.. harap2lah Irin dan haris kena karma dari perbuatannya nya... selamat yaa... Rio❤vira... semoga Adisti❤yasa dikurniakan zuriat kembar terus 🥰🥰🥰lanjut..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!