Rima selalu disudutkan keluarga mertua karena belum juga hamil setelah menikah 4 tahun dengan Arjun. Dari hasil pemeriksaan, ternyata yang bermasalah bukanlah dirinya, melainkan sang suami. Arjun tak dapat memiliki keturunan.
Rasa cintanya yang besar terhadap suami dan tidak tega melihat Arjun sedih membuat Rima ragu mengatakan kebenarannya. Tanpa sengaja sang ayah mertua mengetahui kenyataan itu. Memiliki ketertarikan pada Rima sejak lama, membuat ide licik Sandi bermain. Berkedok rasa simpati, ia membujuk Rima untuk melakukan hubungan terlarang dengannya agar bisa hamil. Ia berjanji akan merahasiakan segalanya dari keluarga.
Kebimbangan telah membutakan mata Rima. Ia menerima tawaran sang ayah mertua dan melakukan hubungan terlarang dengannya. Satu bulan kemudian, Rima dinyatakan hamil. Ia mengandung benih ayah mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Perjalanan Pulang
"Terima kasih, sudah menjemput kami. Kamu terlihat semakin cantik, Rima," kata ayah mertua dengan senyum lebar.
Lelaki itu mengucapkannya dengan nada lirih. Ia sengaja berdiri di dekat Rima saat yang lain sibuk dengan tingkah laku Arjun.
Rima hanya mengangguk dan tersenyum kecil, ia tidak berani mengucapkan kata-kata apapun. Lelaki itu di hadapan banyak orang masih berani mengatakan hal semacam itu kepadanya. Ia bersyukur tak ada yang mendengar perkataan mertua gila itu.
"Renjun sangat lucu. Pasti kalian bahagia memilikinya. Kamu harus berterima kasih kepada Papa," kata Sandi dengan nada lirih.
Rima hanya tersenyum tersenyum kikuk dan berusaha menjaga jarak dengan ayah mertuanya. Lelaki itu semakin lama semakin menyeramkan. Kehidupan yang awalnya berjalan lancar seakan kini dihantui teror keberadaan Sandi. Ia merasa sangat gugup dan khawatir.
Rima mendekat ke arah Arjun, ia menggandeng lengan Arjun dan menyandarkan diri padanya. Membuat Arjun keheranan dengan sikap istrinya.
"Kenapa, Sayang?" tanya Arjun.
"Mas, aku agak pusing. Kita pulang sekarang saja, ya," bujuk Rima.
Arjun mengangguk. "Ma, kita pulang sekarang saja, ya! Di rumah kami sudah menyiapkan makan malam," ucapnya.
Suni yang tengah bercengkrama dengan cucu pertamanya merasa terganggu dengan selaan Arjun. Padahal ia baru merasa akrab dengan cucunya.
"Baiklah, kita pulang sekarang. Tapi, Renjun ikut mobil Mama, ya!" pinta Suni.
Rima tak mampu mencegahnya. Suni lebih dulu menggendong Renjun menuju ke arah mobil.
"Biarkan saja ya, Mama kan baru ketemu Renjun. Dia pasti sangat merindukannya," ucap Arjun.
Rima hanya mengangguk setuju. Mereka akhirnya menuju ke mobil yang telah dipersiapkan.
Suni dan Sandi naik mobil yang sama. Suni membawa serta Renjun dalam mobilnya.
"Mama ... Mama ... Aku mau ikut Mama," rengek Renjun. Anak itu tak mau hanya naik mobil dengan nenek yang baru dikenalnya.
"Rima, naiklah! Renjun maunya sama kamu," kata Sandi.
Rima terlihat muak dengan lelaki itu. Mendengar ucapannya yang sok bijak semakin membuatnya ingin memaki dan memukulinya.
"Renjun biasanya nyaman dengan Tante Yunita. Yun, kamu ikut mobil Renjun!" perintah Rima.
Yunita merasa tidak nyaman. Ini juga pertama kalinya ia bertemu dengan mertua Rima. "Em, tapi ...." Yunita berusaha menolak kemauan Rima.
"Renjun mau Mama sama Tante Yunita! Papa juga!" sahut Renjun. Anak itu seperti menegaskan bahwa ia kurang suka dengan neneknya.
"Aduh, repot kalau Renjun sudah begini. Mama sama Papa berdua saja di mobil ini. Biar kami naik mobil yang belakang," usul Arjun.
"Mama mau pangku cucu sendiri masa tidak boleh, Jun," kata Suni dengan nada memelas.
Mendengar ucapan sang ibu membuat Arjun tidak tega.
"Sudahlah, mobilnya juga luas. Muat kok. Kalian naik saja ke sini semua. Ayo, cepat masuk! Renjun pasti akan suka!" ajak Sandi.
Ia bangkit dari kursinya menuju ke kursi belakang. Sementara, Arjun duduk di kursi depan samping sopir. Tersisa Rima dan Yunita yang kebingungan memilih posisi. Rima tak mau di belakang bersama Sandi. Begitu pula dengan Yunita yang tak mau berdekatan dengan orang yang belum dikenalnya.
"Rima, duduk di belakang sama Papa. Biar Yunita duduk di sampingku!" pinta Suni.
Rima menelan ludah. Mereka sudah terlalu lama diam di luar. Ia terpaksa masuk lebih dulu ke dalam mobil disusul kemudian oleh Yunita.
Rima berusaha membuang pandangannya. Ia tak mau melihat sosok lelaki yang ada di sampingnya.
Mobil mulai berjalan. Perasaan Rima tetap tidak tenang. Di depannya ada ibu mertua yang tengah bersenda gurau dengan Renjun dan Yunita. Sementara, ia merasa Sandi terus memperhatikannya.
Tangan Sandi secara nakal menyentuh tangan Rima. Secara reflek Rima menjauhkan tangannya. Ia menggeser posisi duduk sampai mepet ke dekat jendela. Ia ketakutan namun tak bisa berteriak meminta pertolongan.
Sandi terlihat marah dengan respon yang Rima berikan. Melihat kondisi dalam mobil yang tengah ramai oleh celotehan Renjun, Sandi merasa punya kesempatan. Ia menggeser duduknya sampai dekat dengan Rima.
"Sambutanmu sangat tidak sopan, Rima. Papa hanya merindukanmu dan sikapmu seperti ini?" protes Sandi.
Napas Rima terasa sesak. Lelaki itu selalu mengatakan hal yang bertolak belakang dengan perbuatannya. Lelaki itu bahkan sering mengirimkan chat mesvm kepadanya. Bahkan lebih parah Sandi pernah mengirimkan foto tanpa mengenakan pakaian sama sekali kepada Rima.
"Kalau kamu sedingin ini, aku tidak punya pilihan selain memaksamu, Rima. Aku juga tidak peduli jika orang lain tahu hubungan di antara kita. Apa aku perlu mengatakannya?" ancam Sandi.
Rima hanya bisa diam dan mengalihkan pandangan ke arah kaca jendela. Padahal jantungnya berdegup kencang. Ia ketakutan sdengan kelakuan lelaki itu terhadapnya.
jujur lebih bsik
diriku adalah masa depanku
by Namira althaf. 💐💐