Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Beberapa bulan kemudian
Saat ini Luna sedang persiapan untuk magangnya. Dengan bantuan Bu Leni, Luna bisa magang di salah satu perusahaan pakaian ternama yang selalu menyediakan pakaian kasual. Perusahaan C&B, di mana perusahaan itu berfokus dalam membuat pakaian kasual dan sporty.
"Lun, kenapa nggak di P&LuBel aja? Lo kan udah pernah kesana?" Putri merasa sayang dengan keputusan Luna yang memilih C&B sebagai tempat magangnya.
"Ya gapapa sih, aku ingin mencari pengalaman baru. Tapi tetap, tempat impian untuk kerja tetap di P&LuBel," ujar Luna dengan semangat.
Putri hanya menggelengkan kepalanya saja. Luna memang terlihat feminim, namun sebenarnya Luna itu sedikit tomboy.
"Oh iya, habis ini aku harus ke tempat karate, mau ikut?"
"Mau ngapain kesana? Ada latihan?" Putri bingung mendengar Luna akan ke tempat latihan karate. Setahunya, saat ini bukan waktunya mereka untuk latihan.
"Oh... aku harus membantu melatih anak-anak. Pelatih meminta tolong karena kekurangan anggota pengajar. Ikut ya, sekalian bantu gitu!" bujuk Luna
Putri memikirkan kegiatannya sepulang kuliah hari ini. Mengingat bahwa tidak ada yang akan dia lakukan, Putri hanya mengangguk saja. Lagian, dirinya sangat menyukai anak-anak jadi bisa sekalian healing juga. Memikirkan betapa bosannya di tempat kosnya, lebih baik membantu Luna melatih anak-anak.
...****************...
Luna yang melihat dojo tempatnya berlatih begitu ramai anak-anak, merasa senang. Melihat betapa imutnya anak-anak itu nanti saat berlatih, Luna merasa tak sabar untuk membantu melatih mereka.
Pelatih Karno adalah guru karate Luna selama ini. Melihat Luna, muridnya yang paling disayanginya datang membantu, dirinya merasa senang.
"Luna, Putri, kalian datang. Bagaimana kabar kalian, baik?" Karno menyambut kedatangan Luna dan Putri
"Tentu pelatih sangat baik malahan," Putri begitu antusias saat ini. Luna tertawa melihat sikap Putri yang langsung berbaur dengan anak-anak.
Luna yang melihat anak-anak antusias untuk berlatih merasa senang. Begitu juga dengan Putri.
"Kalian ganti baju dulu sana," Karno menyuruh Luna dan Putri mengganti pakaian latihan milik mereka.
...****************...
"Halo anak-anak, hari ini kita akan berlatih dengan kakak cantik ini. Mari berkenalan dulu!"
"Perkenalkan, kakak yang pakai baju biru itu namanya kak Luna, lalu yang pakai baju merah itu namanya kak Putri. Ayo sapa mereka!"
Dengan semangat anak-anak memberi salam. Luna dan Putri pun menjawab sapaan mereka.
Mereka berlatih dengan sistem berkelompok. Murid akan dikelompokkan sesuai dengan sabuk mereka. Dapat dilihat bahwa anak-anak itu ada yang bersabuk putih, kuning, jingga dan hijau. Luna akan melatih anak-anak yang bersabuk putih, Putri akan melatih anak-anak yang bersabuk kuning, dan Pelatih Karno akan melatih anak-anak yang bersabuk jingga dan hijau.
Luna melatih mereka dengan sabar terkait dasar-dasar karate. Anak-anak itu juga menyambut Luna dengan sangat baik.
...****************...
Marcel yang baru saja selesai menyelesaikan meeting di luar kantor, merasa jenuh. Melihat jalanan yang tak asing baginya, teringat jalanan menuju tempat dojo berlatihnya dulu.
Shinsei Dojo, Marcel mengingat nama dojo tempat berlatihnya dulu. Sebelum terjadi kecelakaan dulu, dirinya sering berlatih di dojo tersebut. Namun, akibat kecelakaan itu menyebabkan kebutaan membuatnya berhenti berlatih.
"Apakah dojo itu masih sama atau nggak ya," gumam Marcel saat mengingat kenangannya di dojo tersebut.
"Sean, kita ke Shinsei Dojo," Sean yang mendengar perintah Marcel segera melajukan mobilnya ke tempat yang diinginkan bosnya.
Di luar, Marcel melihat dojo tempat berlatihnya dulu. Banyak yang berubah dari yang terakhir dia ingat.
'Dojo ini sudah sangat besar dibanding yang dia ingat,' batin Marcel saat mengingat-ingat dojo tersebut.
"Tuan, apakah tuan akan masuk ke dalam?" Sean memandangi Marcel yang hanya diam mengamati dari luar. Tatapan Marcel terlihat ingin sekali masuk ke dalam, namun ada keraguan di dalamnya.
"Apakah menurutmu aku bisa masuk dan para guru mengingatku?" Marcel takut dirinya telah dilupakan oleh gurunya. Sudah sangat lama dirinya tak mengunjungi bahkan menghubungi para guru sejak dirinya memilih keluar.
"Lebih baik mencoba, tuan."
Marcel keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki area dojo. Sean yang melihat Marcel yang sedang bernostalgia merasa senang.
...****************...
Marcel mendengar suara latihan anak-anak yang sedang berlatih. Suara semangat anak-anak mengingatkannya akan dirinya dulu yang semangat berlatih.
Yudi, sang pemilik dojo datang berkunjung. Saat akan memasuki area latihan, dirinya menyadari kehadiran seseorang yang berdiri diam area dojo miliknya. Terlihat seseorang itu yang berdiri, mengintip latihan anak-anak. Postur tubuhnya sangat mirip dengan seseorang yang dikenalnya.
"Marcel, kau kah itu?" Yudi mengingat Marcel. Marcel adalah murid yang selalu bersemangat saat latihan. Saat dojo ini masih kecil dulu, Marcel adalah murid kebanggan dan menjadi bintang di dojo. Kemenangan yang dibawa Marcel membuat dojo ini menjadi terkenal. Membuat dojo ini mampu berdiri hingga saat ini.
Marcel menegang. Mendengar seseorang menyapanya, membuatnya gugup. Suara sapaan itu sangat dikenalnya. Suara guru yang melatihnya, terdengar berat.
Melihat ke belakang, sosok gurunya terlihat gagah meskipun sudah tak muda lagi. Garis wajahnya yang berwibawa, tak luntur dimakan usia. Rambutnya yang mulai memutih tak membuat wajah tampannya menghilang.
"Guru," lirih Marcel
Ingin sekali Marcel berlari ke arah gurung dan memberikan salam hormat. Namun, dirinya takut salamnya tak diterima oleh sang guru.
"Beginikah sikap seorang murid yang baru pertama kali menemui gurunya setelah sekian lama?"
"Guru," Marcel merasa terharu. Dengan segera Marcel memberikan salam yang selalu diajarkan dalam dojo ini.
"Sudah lama kau tak berkunjung, bagaimana kabarmu?"
"Baik, guru. Guru sendiri, apa kabar?"
"Hahaha...! Tentu saja baik, lihatlah tubuh tegak ini." Yudi memperlihatkan otot lengannya yang masih terbentuk meskipun sudah berumur.
"Mau bertemu dengan juniormu di dalam, kau pasti merindukan tempatmu berlatih dulu, bukan?"
Yudi menuntun Marcel untuk memasuki area latihan. Marcel pun mengikuti Yudi dari belakang
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.
mmpir punyaku juga kakk😻😻