Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia
Sementara itu, Austin saat ini masih berdiri di tempat dan menatap siluet sosok wanita yang berjalan meninggalkannya, sedangkan ia belum selesai berbicara.
Karena merasa tidak diperdulikan untuk pertama kali oleh seorang wanita biasa, tentu saja membuatnya refleks tertawa terbahak-bahak sambil berkacak pinggang.
Bahkan ia kini tidak berkedip menatap siluet wanita yang sudah masuk ke ruang kerjanya. Saat ini, pikirannya mulai mengarah pada cara untuk bisa menaklukkan wanita yang dianggap sangat dingin itu.
Entah mengapa rasa penasarannya kini semakin besar untuk bisa menghancurkan kerasnya hati wanita yang sama sekali tidak terpesona dengannya.
“Permainan semakin menarik." Austin kini tersenyum menyeringai saat mendapatkan sebuah ide di kepala untuk bisa semakin dekat dengan wanita yang malah pergi meninggalkannya.
"Dia pasti akan sedang berbicara dengan Mirza. Sekarang wanita arogan itu sudah masuk ke dalam perangkapku. Jadi, aku akan bisa mencari tahu tentang kelemahanmu.”
Kemudian tanpa membuang waktu, ia melangkahkan kaki panjangnya untuk berjalan menuju ke ruang kerjanya. Begitu sampai di dalam, melihat wanita dan teman baiknya.
Ia merasa aneh melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
'Bagaimana bisa wanita itu sudah berbincang dan terlihat sangat akrab seperti orang yang sudah saling mengenal cukup lama dengan Mirza. Sementara saat berbicara denganku, selalu ngegas penuh emosi,' umpat Austin yang tentu saja sangat kesal melihat interaksi antara teman baiknya yang berprofesi sebagai dokter.
Melihat itu, ia sangat iri ketika temannya bisa berbicara lepas dan wanita itu menampilkan senyuman lebar yang terukir dari bibirnya. Bahkan seperti seseorang yang sudah lama saling mengenal saja.
Tentu saja ia tidak terima karena yang pertama kali mengenal adalah dirinya.
Tidak membuang waktu, Austin berakting bersikap biasa dengan menyembunyikan kekesalan yang dialami dengan mengulas senyuman tipis.
"Wah ... kalian ternyata bisa langsung cocok. Padahal baru pertama kali bertemu." Kemudian Austin langsung mendaratkan tubuhnya di sebelah wanita yang tengah menguji kesabarannya.
Meskipun merasa tidak nyaman ketika pria yang tidak disukai duduk di sebelahnya, tapi Diandra berakting tersenyum simpul demi mengimbangi akting kekasih palsunya tersebut agar tidak ada kecurigaan.
"Hanya sebuah hal biasa mengenai perkenalan dan mengacu pada hal-hal kecil seperti keseharian. Bukankah seperti itu yang dilakukan oleh orang yang baru berkenalan?"
Diandra kini beralih menatap ke arah pria yang tadi sempat ia tanya nama. ", Bukankah begitu, Mirza?"
Sementara itu, sosok pria yang tak lain bernama Mirza berusia 30 tahun tersebut kini tersenyum simpul sambil menganggukkan kepala untuk membenarkan.
“Ternyata kekasihmu ini berasal dari kota yang dulu menjadi tempat aku magang. Seandainya dulu aku berjumpa dengannya saat masih magang, mungkin saja kami bisa mempunyai hubungan spesial."
"Aku benar-benar sangat menyayangkan kenapa malah berakhir di tanganmu,” ucap Mirza yang saat ini tengah menggoda sahabatnya agar cemburu.
Refleks Austin bertepuk tangan ketika mendapatkan sindiran dari sahabat yang ingin sekali ditinju perutnya. "Apa sekarang kau ingin curhat padaku jika selama ini iri pada nasib baikku?"
Austin sudah berteman dengan Mirza semenjak masih awal kuliah dan tentunya sudah tahu seperti apa sosok pria yang dari dulu tidak pernah mau dekat dengan wanita manapun.
Namun, sekarang malah berbicara seolah seperti mempunyai sebuah ketertarikan pada wanita yang diincarnya dan tentu saja tidak akan membiarkan itu terjadi.
Apalagi selama ini sering melihat hubungan pertemanan selalu hancur hanya karena mencintai orang yang sama dan ia tidak ingin itu terjadi padanya.
Apalagi sudah menganggap Mirza sebagai saudara sendiri. Tidak mau jika Mirza menjadi saingannya untuk mendapatkan wanita arogan dan datar yang menurutnya tidak berperasaan itu.
“Sepertinya kamu tadi salah makan sebelum datang ke sini. Sejak kapan seorang Mirza Naashir tertarik pada wanita? Bukannya dulu kamu hanya tertarik pada pemahaman yang kuat di bidang kimia, fisika, dan matematika?"
Austin tahu mengenai minat dan nilai yang cemerlang pada pelajaran Biologi yang selalu menjadi hal utama dari temannya. Padahal ia sangat pusing dengan pelajaran itu saat sekolah dulu.
Bahkan untuk menjadi dokter hebat tidaklah semudah itu karena juga perlu modal pemahaman konsep yang baik seputar kimia, fisika, dan matematika.
Hingga Mirza yang seolah tengah merasa seperti reuni pada kenangan membosankan ketika sekolah hingga kuliah dulu, membuatnya hanya tersenyum masam.
"Kau benar juga. Setelah kupikirkan, baru menyadari jika hidupku sangat datar dulu saat sekolah dan kuliah. Apalagi selalu dikatai kutu buku dan menjadi semua teman minder dengan kepintaranku."
Kalimat terakhir dari Mirza berhasil membuat wajah Diandra berbinar. "Aku dari dulu paling kagum pada teman yang pintar mata pelajaran itu. Apalagi otakku sangat tumpul dan merasa rendah diri."
"Seolah aku bagaikan pohon ciplukan di bawah pohon kelapa yang tinggi." Diandra mengakhiri perkataan dengan terkekeh karena peribahasanya.
Sementara itu, Austin dan Mirza refleks langsung bersitatap serta langsung berbicara bersamaan. "Ciplukan?"
Tentunya Diandra tahu jika orang kota jarang mengetahui tanaman liar yang dulu sering tumbuh di sebelah rumah dan suka memakannya. Namun, sekarang bisa dijumpai di Mall dan tidak pernah menyangka jika buah kecil itu mempunyai banyak manfaat dan diperjualbelikan.
"Lihat saja di mesin pencarian jika ingin tahu. Itu enak dan banyak manfaatnya. Mulai dari daun yang memiliki efek anti inflasi dan analgesic yang bisa menenangkan sekaligus mempercepat proses penyembuhan."
"Jadi, orang tuaku dulu selalu memakai ramuan alami jika aku terluka. Entah mereka tahu dari mana. Sementara buah ciplukan katanya memiliki kandungan asam oleat dan linoleat yang sudah terbukti ampuh dalam proses penurunan kolesterol jahat atau LDL sekaligus bisa meningkatkan kadar kolesterol baik."
"Orang zaman dulu memang tahu mengenai manfaat dari tanaman liar. Termasuk orang tuaku." Diandra menepuk jidat karena merasa jika terlalu banyak bicara pada dua pria di hadapannya.
"Lupakan saja ceritaku tadi. Lebih baik kalian ceritakan mengenai masa lalu saat kuliah dulu. Khususnya kamu, Dokter."
“Sepertinya kamu sangat penasaran dengan masa lalu Mirza, Sayang. Memang dia dulu punya sebuah cerita buruk saat duduk di bangku kuliah." Kemudian Austin tersenyum jahat.
Ia melirik sekilas ke arah sahabatnya yang tengah menatapnya dengan tajam. Seolah ingin memberikan kode untuk mengancamnya agar tidak memberitahukan sebuah rahasia kelam seorang Mirza.
Refleks Mirza langsung mengepalkan tangan dan mengarahkan tinju pada sosok sahabat yang mulai memberikan sebuah warning padanya.
"Bukankah kau juga punya sebuah hal buruk di masa lalu? Apa kau ingin aku mengatakan pada kekasihmu juga?" Mirza kini merasa puas karena bisa membalas dendam pada sahabat yang ingin mencemarkan nama baiknya.
"Katakan saja! Aku ingin tahu punya berapa nyawa kau ini!" sarkas Austin yang kini tidak ingin kalah ketika mendapatkan sebuah ancaman.
Berpikir bahwa ia dan sahabatnya mempunyai rahasia buruk yang harus sama-sama dijaga, jadi merasa impas dan yakin jika Mirza tidak akan pernah mengatakan hal yang selama ini ditutupi dari para wanita.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...