Sepuluh tahun pernikahan, Chiko merasa sudah tidak ada lagi cinta dengan Humaira.
Chiko mengungkapkan keinginannya untuk bercerai, agar bisa menjalin hubungan yang baru dengan Dinda. Sekertaris baru yang sudah menjadi kekasih Chiko selama beberapa bulan terakhir.
Satu bulan memenuhi keinginan terakhir Humairah sebelum bercerai, membuat Chiko merasa bahwa cintanya kepada sang istri masih sama besarnya seperti dulu.
Akankah Chiko memutuskan kekasihnya? atau tetap pada pendiriannya untuk bercerai dengan sang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idaa_nafishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Humaira
Aku baru saja selesai melakukan pemeriksaan. Aku melihat hasil tes yang menyatakan ada masalah pada ginjal ku.
Beberapa hari belakangan, memang aku selalu merasakan sakit yang luar biasa. Ingin sekali aku bermanja-manja dengan suamiku, sama seperti dulu saat aku jatuh sakit dan selalu dimanja oleh suamiku.
Sayang nya, suamiku yang mulai berada di puncak kesuksesan menjadi gila akan harta dunia, dia mulai sering melakukan perjalanan ke luar kota untuk mengembangkan bisnisnya.
Belakangan aku tahu jika suamiku bermain cinta dengan sekretaris nya.
Dinda.
Seorang wanita cantik dan juga seksi, Aku tidak mengerti. Kenapa suamiku bisa memperkerjakan seorang wanita seksi yang berpakaian serba pendek dan juga ketat untuk menjadi sekretarisnya. Padahal sebelumnya suamiku selalu bekerja akan seorang pria untuk menjadi sekretaris demi menghormati diriku yang menjadi istrinya.
Hari dimana aku memutuskan untuk memberitahu suamiku perihal sakit yang sedang aku derita, aku dikejutkan dengan perkataannya.
"Mas Chiko sebentar lagi pasti pulang, sebaiknya aku cepat menyesuaikan pekerjaan ku."
Aku sangat bersemangat saat aku mendengar suara mobil dari suamiku, aku bergegas melepas celemek yang selalu aku gunakan saat berada di dapur untuk menyambut kepulangan pria yang sudah hidup bersama denganku selama 10 tahun.
Sungguh, Aku tidak menyangka jika Tuhan memberikan aku umur panjang sehingga dengan orang yang aku cintai bisa menjalani bahtera rumah tangga selama 10 tahun.
Aku meletakkan hasil pemeriksaan di meja yang tidak jauh dari dapur, sepertinya aku berencana untuk memberitahu suamiku setelah aku dan dia selesai makan.
Namun, betapa terkejutnya aku saat melihat sikap tidak biasa ditunjukkan oleh suamiku. Bahkan, dia tidak terlihat menikmati makanan yang sudah aku hidangkan.
"Mas, apa kamu baik-baik saja?"
"Humaira, aku ingin cerai."
Deg !!
Bagai disambar petir tanpa angin sebagai pertanda, hatiku begitu terkejut sekaligus terluka mendengar apa yang dikatakan oleh suamiku. Terutama sama dia terang-terangan ingin menikahi wanita yang menjadi sekretarisnya itu.
Aku pun memilih untuk membatalkan niatku untuk memberi tahu nya tentang kondisi ku.
Aku takut jika aku tidak mempunyai umur panjang, jadi Aku meminta dia untuk menemani aku dan anak-anak selama satu bulan penuh, dan melakukan segala sesuatu yang selalu kita lakukan di awal pernikahan, sebagai persyaratan sebelum aku bertanda tangan di surat yang dia berikan kepadaku. Surat perceraian.
Hatiku benar-benar merasa hancur takala suamiku menyetujui syarat yang aku berikan, akhirnya aku mengurungkan niatku untuk memberitahu tentang apa yang aku rasakan dan bisa menciptakan kesan yang bahagia kepada anak-anak.
Aku tidak ingin, jika nanti aku dan suamiku memang benar-benar berpisah. Citra Chiko sebagai ayah di mata anak anak akan hilang, dan berganti kebencian jika suatu saat mereka mengetahui bahwa penyebab perceraian yang terjadi diantara kedua orang tuanya karena orang ketiga.
Setiap malam, Aku berusaha melakukan pendekatan kepada kedua anakku, Aku meminta mereka untuk terus menyayangi Chiko apapun yang terjadi.
Hari ini, aku datang ke rumah sakit untuk melakukan konsultasi.
"Bagaimana? Apa kamu sudah memberitahu jika tentang ini?" tanya sahabat ku. Maaf, aku tidak bisa menyebutkan nama karena sepertinya author telah melupakan nama sahabat ku.
Hiks !!
Maafkan author yang memang selalu melupakan setiap nama tokoh yang dia tulis, untung saja dia tidak melupakan namaku.
Wahai sahabat, bagaimana bisa aku memberitahu kepada suamiku tentang apa yang sedang terjadi padaku. Jika dia sendiri sekarang sedang memikirkan rencananya untuk membangun bahtera rumah tangga bersama dengan wanita yang sudah berhasil membelokkan hatinya.
Ingin rasanya aku datang menemui wanita itu dan mama dimatinya dengan kata-kata kasar, tapi kemudian aku. Aku tidak bisa melakukan itu.
Sakit ini, membuat aku harus bisa menahan diri dan aku tidak boleh terlalu larut dalam emosi.
Aku memilih untuk menikmati waktu bersama dengan suaminya juga anak-anak. Aku juga menikmati waktu berdua bersama dengan suamiku. Ada harapan rumah tangga yang sudah 10 tahun aku lalui bersama dengan menyerahkan tetap bertahan walaupun perjalanan rumah tangga kami sedang dihantam ombak ujian yang sangat besar
Di sela sela kebahagiaan karena suamiku mulai menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya benar-benar tulus tanpa dibuat-buat lagi, aku menyempatkan diri untuk membuat sebuah catatan yang berisi foto dan kata-kata indah.
"Sebenarnya sangat lucu aku membuat ini seolah-olah memang hidupku tidak akan lama lagi," ucapkan sambil meneteskan air mata.
Satu bulan berlalu, aku pikir suamiku sudah mendapatkan hidayah Dan Dia memutuskan untuk tetap mempertahankan rumah tangga ini karena memang aku lihat banyak sekali perubahan dalam dirinya.
Ternyata aku salah. Dia tetap ingin kita bercerai.
Malam itu, kondisiku benar-benar sangat tidak. Mungkin efek dari aku yang terlalu banyak pikiran dan begadang karena memang aku ingin puas melihat wajah suami dan juga kedua aku.
Aku menghubungi sahabat ku. Kebetulan dia mengatakan bahwa di salah satu perusahaan besar yang ada di luar negara, ada pengobatan untuk penderita ginjal.
Aku pergi setelah menandatangani surat perceraian, meletakkan nya di tempat semula dan pergi setelah melakukan sholat subuh.
Aku langsung terbang hari itu juga. Di rumah sakit, aku bertemu dengan orang yang juga mengalami sakit yang sama.
Bapak Holik namanya, ternyata beliau sudah menderita sakit itu selama beberapa tahun terakhir, beliau tidak mempunyai keluarga.
Hingga kemudian, secara tidak sengaja Pak Holik melihat tanda yang ada di kakiku. Lalu memberikan sebuah foto bayi kepada ku.
"Humaira, Kenapa kamu memiliki tanda yang sama persis seperti putriku yang hilang?" ucapnya saat mengeluarkan foto itu dan memberikannya kepadaku
Aku mengamati foto itu kemudian pandanganku fokus melihat ke arah gelang yang dipakai oleh bayi kecil itu.
Walaupun ragu, Aku mengeluarkan gelang yang sama persis ada di foto itu dan memberikan pada Pak Holik.
"Dari mana kamu mendapatkan ini?"
"Kata bibi dulu, aku harus selalu membawa benda ini kemanapun aku pergi. Katanya mungkin ini bisa membawaku pada keluargaku, tapi aku sudah berusaha mencarinya selama 15 tahun terakhir. Tapi aku tidak pernah menemukan nya."
"Humaira, kamu putri ku."
Sungguh kebahagiaan yang sangat melimpah terutama untukku setelah mengetahui bahwa hasil tes DNA menunjukkan jika aku adalah anak kandung yang selama ini di cari oleh Pak Holik.
Dua minggu aku bersama dengan ayah yang memang sudah aku rindukan sejak aku mengerti kerasnya kehidupan rumah tangga.
Pak Holik memutuskan untuk mendonorkan ginjal nya kepada ku. Aku merasa tidak pantas, tapi beliau berkata..
"Humaira, aku hidup karena memang aku menunggu untuk bisa bertemu dengan kamu. Seperti janjiku kepada almarhum ibu kamu, aku berjanji bahwa aku akan menemukan putrinya dia akan memastikan bahwa hidupnya akan baik-baik saja."
Walaupun berat, aku akhirnya melakukan operasi transplantasi ginjal. Sepanjang memasuki ruangan operasi aku tidak henti-hentinya menangis karena menganggap bahwa takdir Tuhan terlalu kejam untukku.
"Tuhan, Kenapa kamu mau mempertemukan aku dengan ayahku cinta ternyata aku harus kembali dipisahkan?" lirihku.
Subhanallah, sungguh maha besar Allah. Saat aku membuka mata paskah operasi transportasi ginjal. Sahabat ku mengatakan bahwa saat detik terakhir ada dua pasien yang meninggal dunia dan mempunyai kartu donor ginjal. Setelah dilakukan pemeriksaan, ginjal kedua pasien yang baru saja meninggal dunia itu cocok dengan ginjal milikku dan juga milik ayah.
Dua Minggu menjalani pengobatan, aku dibawa ke rumah Pak Holik. Sederhana, tapi di dalamnya menyimpan banyak sesuatu yang indah.
"Cerita tentang hidup mu padaku. Aku ingin mendengarnya."
Aku menceritakan semua perjalanan hidupku hingga sampai pada titik akhir dimana Aku harus berpisah dengan kedua putriku.
"Minggu depan, kamu bisa kembali pada kedua putrimu. Tapi kepulangan mu hanya untuk menjemput mereka karena aku juga ingin bertemu dengan cucuku."
"Alhamdulillah.."
"Sebelum itu, kamu harus tahu bahwa aku sudah membuat pelajaran terhadap suami kamu."
"Pelajaran?" tanya Humaira.
Rupanya Pak Holik untuk orang-orang yang untuk menyelidiki tentang suami Humaira setelah Pak Holik mengetahui bahwa Humaira adalah putrinya.
Pak Holik sangat murka setelah mengetahui kenyataan bahwa Humaira baru saja bercerai.
Pak Holik memerintahkan orang kepercayaan nya untuk memantau Chiko dan menghancurkan bisnis nya di waktu yang tepat.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
jadi gak nyambung bacanya
saya baca maraton 👍👍👍❤️❤️