NovelToon NovelToon
Dendam Si Kembar

Dendam Si Kembar

Status: tamat
Genre:Anak Kembar / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Tamat
Popularitas:146.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Freya Alana

Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.

Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.

Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga-Kosong

Dara membanting pintu kamar mandi tepat di depan wajah Alamsyah. Hatinya mencelos melihat tidak ada jendela satu pun di sana. Meski dia harus berhadapan dengan anjing-anjing penjaga, setidaknya ia mencoba jika ada peluang.

Air segar mengalir dari keran. Dara meraup dan membasahi wajahnya. Di pandangnya pantulan cermin.

“This is it? Aku bakal mati di sini?”

Tidak mau berlama-lama, Dara segera berganti pakaian. Ia ingin segera mengetahui apakah dugaannya benar mengenai siapa yang ada di balik duka keluarganya.

Di kamar mandi ada handuk, karena Alamsyah tidak membawakan kerudung, maka Dara memakai handuk sebagai penggantinya. Tak rela mahkotanya dilihat oleh bedebah macam Alamsyah.

Terdengar pintu diketuk.

“Baby, yuk, ngapain lama-lama? Abang kangen.” Terdengar suara Alamsyah terkekeh. Dia benar-benar menganggap enteng Dara.

Tak berapa lama Dara membuka pintu. Alamsyah menatap handuk yang membungkus rambut Dara.

“Aku mau bicara,” ucap wanita itu dengan nada dingin.

Alamsyah mengangkat alis tapi kemudian memutuskan untuk mengikuti permainan Dara.

Alamsyah mendorong Dara untuk masuk ke kamar tempatnya disekap. Tak ada pilihan lain, Dara pun menuruti Alamsyah.

Ada satu kursi di sana selain tempat tidur dan nakas. Dara memilih duduk di kursi ketimbang di tempat tidur. Alamsyah menggelengkan kepala, mau tidak mau salut dengan sifat Dara yang keras kepala.

Setelah Dara duduk, Alamsya melepas rantai kaki. Lecet di beberapa bagian, Dara mengusap pergelangan kakinya.

Walau terganggu dengan ubel-ubel yang menutupi rambut, tapi Alamsyah terus mengawasi Dara yang kini juga diam menatapnya.

“Straight to the point aja. Dalang ini semua Opa Anwar kan?” Tanya Dara tanpa tedeng aling-aling.

Mantan anggota pasukan khusus itu tersenyum.

“Kalau ya, apa pengaruhnya?”

“Kalau aku hidup melewati hari ini, Opa Anwar akan merasakan pembalasanku.”

Mendengar kalimat tersebut, Alamsyah tertawa terbahak-bahak hingga keluar air mata.

“Bravo! Aku akui, dari semua yang mati di tanganku, kamulah yang paling lucu. Kuberi tahu, ya. Pertama, hidupmu tinggal beberapa jam lagi. Kedua, kalau pun kamu tetap hidup, tidak akan aku melepaskanmu. Kita akan selalu bersama, Baby.”

“Naudzubillah.” Dara menjawab asal. Pikirannya kini berfokus pada Anwar. Betapa laki-laki tua itu sudah merenggut kehidupan bahagia yang bisa saja ia miliki.

Sorot mata Alamsyah berubah dingin.

“Kamu bilang apa?”

Dara mengulang kata terakhir yang diucapkan, “Naudzubillah.”

Alamsyah berdiri gegas mendekati Dara. Entah mendapat kekuatan dari mana, dengan sigap Dara mengarahkan tendangan ke area vital milik musuhnya.

Tak menyangka, Alamsyah tersungkur merasakan sakit yang luar biasa. Dara langsung berlari ke arah pintu sambil berharap Alamsyah sungguh-sungguh menganggapnya enteng sehingga tidak menguncinya.

Harapan Dara terkabul. Kunci masih tergantung di balik pintu. Alamsyah berhasil menguasai diri namun kalah cepat karena Dara langsung mengunci pintu dari luar.

Alamsyah berteriak bagai orang kesetanan.

Dara bersyukur karena tidak ada anjing di sekitarnya. Ia segera menuju dapur dan langsung membuka lemari di bawah sink. Mencari cairan pembersih. Tanpa pikir panjang ia menumpahkan cairan pembersih lantai ke baju dan tubuhnya. Dihiraukan rasa gatal yang menyengat.

Alamsyah mulai menendangi pintu sambil berteriak. Mata Dara mencari satu benda lagi yang diharapkan bisa melindungi dari anjing-anjing penjaga.

Begitu melihat sebotol cuka, ia langsung meraih dan menumpahkan ke sekujur tubuh.

Dari luar, anjing-anjing mendengar kegaduhan dan beberapa masuk ke dalam rumah. Begitu melihat Dara, mereka langsung mendekat namun baru beberapa langkah anjing-anjing penjaga itu berhenti.

Dara tetap berjalan sambil berusaha tenang. Alamsyah masih berusaha mendobrak pintu. Dara yakin dengan kekuatannya, pintu akan roboh dalam hitungan menit.

Begitu tiba di halaman, Dara menelan liur. Ada sekitar lima belas anjing lalu lalang. Dara terus bergerak menuju gerbang. Mencium bau cairan pembersih dari citrus dan amonia, ditambah bau cuka yang menyengat, anjing-anjing itu menyingkir.

Dari dalam rumah teriakan Alamsyah masih terdengar. Disertai sumpah serapah dan ancaman yang membuat Dara bergidig.

Tiba di depan gerbang, Dara terpikir laki-laki jahat itu mungkin memasang pengaman misalnya pagar listrik. Dara mengambil ranting di dekatnya dan melempar ke pagar. Tidak ada percikan api seperti yang dia lihat di film-film action.

Memberanikan diri, Dara memegang besi gerbang. Ia kemudian mulai memanjat, walau sulit karena kedua tangannya masih diborgol.

Gamis yang dikenakan tidak kalah menyulitkan. Namun Dara terus berjuang hingga akhirnya ia berhasil berada di luar pagar.

Tanpa pikir panjang, Dara berlari mengikuti jalan. Tanpa alas kaki, di siang yang cukup panas di Bali.

Di saat yang bersamaan, Alamsyah telah berhasil memecah double glass di kamar tempatnya menyekap Dara. Ia langsung mengambil mobil untuk mengejar tawanannya.

Di jalanan, Dara berteriak-teriak menggunakan Bahasa Bali.

“Tuluuuung. Tuluuuuung ….” Teriakan panik dan ketakutan. Benar kata Alamsyah, jarak villa dan tempat keramaian sangat jauh.

Dara berhenti ketika mendengar bunyi mobil distarter.

“Tuluuuung!” Teriaknya lagi.

Ia melihat persimpangan dan lari ke mana saja asalkan jauh dari Alamsyah.

Seorang ibu pengendara motor melintas membonceng putranya.

“Ngindih tulung …” Dara memohon.

Melihat kondisi Dara yang acak-acakan terlebih lagi dengan borgol di kedua pergelangan tangan, si ibu langsung menyuruhnya naik.

Wanita itu langsung melarikan motornya sekencang mungkin menuju desa.

“Matur suksma.”

“Ada apa, Gek?”

“Saya diculik. Bisa bawa saya ke kantor polisi?”

“Gek sudah aman. Sebentar lagi sampai desa. Suami saya pecalang di sana.”

“Matur suksma.”

Belum memasuki desa, dari arah berlawanan, Dara melihat iring-iringan mobil. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya. Takut ada Anwar yang ada di dalamnya.

Tak berapa lama setelah berpapasan, mobil berhenti.

“Mbok, terus, Mbok.” Dara mengintip ke belakang.

“Dara!”

“Mbok, stop!” Titah Dara ketika melihat Irsad berdiri di samping mobil.

Dara langsung berlari ke Irsad begitu motor berhenti.

“Irsad….!” Air mata berlinang, sorot matanya lega.

“Ya Allah, Dara.” Irsad melihat Dara yang tidak karuan. Kakinya terpincang-pincang karena lari cukup jauh tanpa alas kaki di siang hari.

Emosi para polisi yang datang bersama Irsad menggelegak melihat Dara masih memakai borgol. Bajunya lepek karena cairan pembersih dan cuka guna memukul mundur anjing-anjing penjaga.

Wanita penyelamat dan putranya langsung dilindungi petugas karena khawatir ada serangan dari Alamsyah.

Irsad memerintahkan anak buahnya untuk membuka borgol ketika sebuah titik merah muncul di dada kiri Dara.

“Nunduk, Dara! Serangan!”

Semua petugas langsung bersiaga penuh.

Tak sampai satu detik terdengar bunyi cetaran lembut.

“Waspada arah pukul sepuluh!” Seru salah satu dari petugas. Dara dan wanita beserta putranya saling memeluk. Sejumlah petugas melindungi mereka.

“Alamsyah!” Panggil Irsad lantang.

“Cukup! Penyamaranmu sudah terbongkar. Kami sudah berhasil membongkar semua identitas palsumu. Kamu udah nggak bisa lagi keluar dari negara ini!” Sambung Irsad lagi.

“Wanna bet?” Balas Alamsyah santai.

Terdengar lagi suara tembakan.

Mereka berada di jalan penghubung antara dua desa. Sebelah kiri mereka persawahan sementara sebelah kanan mereka masih semak dan hutan. Di sanalah Alamsyah bersembunyi di antara pepohonan.

“Dara, apakah Alamsyah bersama orang lain?” Bisik Irsad yang perlu mengukut kekuatan lawan.

“Nggak, kalo iya aku udah dicincang," jawab Dada penuh ketegangan.

"Gek, itu orang yang tinggal di villa atas?" Tanya wanita penyelamat.

"Iya. Dia sudah membunuh kembaranku dan sekarang mau membunuh aku."

Wanita itu mengangguk lalu berbisik ke anaknya.

"Wisnu, kamu tahu kan jalan memutar lewat pematang di bawah? Antar bapak-bapak polisi ini untuk menangkap orang jahat itu."

“Jangan, Bu.” Irsad tidak setuju.

Wisnu, bocah pemberani berumur sepuluh tahun itu menjawab, “Nggak apa-apa, tapi kita harus merangkak sedikit ya. Karena kayak masuk gorong-gorong.”

“Dara, kamu di sini. Mereka akan jagain kamu.”

“Ati-ati Sad. Jangan mati.”

Irsad tertegun, tak bisa menahan senyum tipis lalu berangkat bersama beberapa anak buahnya.”

“Mak, Wisnu berangkat. Doakan.”

“Hati-hati, Nak.”

Alamsyah masih menembak beberapa kali.

“Dara! Keluar kamu Dara. Kamu belum mendengar cerita seluruhnya,” seru Alamsyah. Hatinya panas dikalahkan oleh wanita tanpa keterampilan militer sedikit pun.

Irsad meminta Dara untuk terus bicara dengan Alamsyah untuk mengalihkan perhatian.

Mengacungkan jempol, Dara lalu menjawab Alamsyah.

“Kamu pikir aku nggak bisa cari tau sendiri. Mungkin kamu harus mulai mengakui kalau Alamsyah alias Fero nggak sehebat itu.”

Irsad dan beberapa polisi mendelik mendengar ucapan Dara.

“Ssh, jangan bikin dia marah.” Irsad memperingatkan sambil berbisik.

“Udah kadung. Aku tadi tendang anunya. Kayaknya masih baper,” jawab Dara sambil mengintai dari balik jendela mobil yang sudah pecah terkena tembakan.

“Ini profil Alamsyah. Manfaatkan,” ucap Irsad sambil mengambil tablet dari dalam mobil.

Beberapa tembakan dilancarkan lagi.

Irsad dan anak buahnya menunggu saat yang tepat untuk bergerak. Dara membaca informasi tentang musuhnya. Ia membaca bahwa Alamsyah memiliki satu anak laki-laki tampan bernama Viro.

“Oooy, Alamsyah. Kamu nggak mau tobat? Kasian anak kamu Viro. Apa kamu pikir Viro bakal bangga kalau tau ayahnya bedebah?”

Alamsyah tersentak.

“Waaa, impressive! Bravo Irsad Mumtaz, kamu berhasil menggali data tentangku. Dara, Sayang, yuk ke sini, kita buat anak bareng. Aku janji akan jadi ayah yang baik untuk anak kita.”

“Naudzubillah!”

“Stop saying that! Kamu mengucapkan seolah aku adalah pria hina!”

“Oh bukan? Jadi apa yang bisa diceritakan mengenai seorang Alamsyah?”

Di tempatnya Alamsyah memejamkan mata. Berusaha melawan gelombang kekecewaan pada dirinya. Irsad memanfaatkan waktu untuk bergerak.

“Alamsyah, kamu masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri buat Viro.”

Bayangan Viro yang tertawa lebar, selalu membentangkan tangan setiap mereka bertemu lalu memeluk erat lehernya membuat tenggorokan Alamsyah tercekat.

“Mulai dari Diandra,” seru Alamsyah pada akhirnya.

“Apa?”

“Omamu Diandra, penyebab ini semua terjadi. Mulai dari sana. Dan hati-hati ada musuh baru.”

“Siapa?”

“Katanya kamu pintar? Cari tau sendiri. Dara, hiduplah dengan baik. Kamu adalah salah satu wanita tangguh yang kukenal. Setelah ini kita tidak akan bertemu lagi.”

“Alamsyah, ngomong yang jelas.”

Alamsyah menoleh ke samping, sekolompok polisi kini telah berada di hutan. Ia lalu melancarkan tembakan untuk mempertahankan diri.

“Menyerahlah, Alamsyah!” Teriak Irsad.

“Tidak akan. Pasukan khusus pantang menyerah. Lebih baik mati!”

“Nggak harus seperti itu. Kamu sudah terkepung. Dari prajurit ke prajurit, menyerahlah.”

Alamsyah menghitung peluangnya yang semakin kecil untuk bisa lolos dari sergapan Irsad dan anak buahnya.

Berhasil lolos dari misi-misi berbahaya serta membunuh orang-orang penting, Alamsyah tak percaya kini dirinya dalam posisi terjepit dan itu disebabkan dua manusia bernama Irsad dan Dara.

Alamsyah tidak membawa peralatan tempur. Ia terlalu bernapsu menangkap Dara hingga tidak memperhitungkan kemungkinan lain.

Tak menjawab perintah Irsad, Alamsyah bergerak ke arah berlawanan menuju hutan sambil menembak.

“Lumpuhkan!” Irsad memberi perintah.

Dengan sigap anak buahnya bergerak mengejar Alamsyah.

Dari tempat persembunyiannya Dara mendengar tembakan bersahutan. Lalu hening.

Seorang polisi yang menjaga memberitahukan bahwa Alamsyah telah berhasil dilumpuhkan. Seorang polisi terkena tembakan tapi tidak parah.

“Tiga kosong, Alamsyah.” Setelah berkata itu Dara mendadak lemas.

“Gek … Gek ….” Wanita yang menolongnya panik melihat Dara tiba-tiba terkulai.

Irsad yang kembali bersama para anak buahnya langsung gegas mendatangi Dara kemudian membopongnya ke mobil.

Ia memerintahkan juga beberapa anak buahnya untuk mengantarkan ibu dan anak yang telah dengan gagah berani membantu kerja polisi.

Irsad segera memberi kabar ke Darius bahwa Dara sudah ditemukan dan akan segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

Darius, Fauzan, Arum, dan Askara akan segera terbang ke Bali untuk menemui Dara.

***

Anwar menerima kabar gembira dari Darius bahwa cucu satu-satunya sudah ditemukan.

Melati segera membawa anak-anaknya ke kamar begitu melihat Anwar mengamuk dan menghancurkan barang-barang di sekitarnya.

***

1
Siti Arbainah
kadang yg terlihat baik blum tentu baik dan yg terlihat jahat blum tentu jahat
Siti Arbainah: iya.. mkanya kita gak bisa nilai orang cma dr covernya aja bahkan yg dekat aja bisa lbih jahat 😆
freya alana: Betul banget. Kadang yang santun justru punya niat busuk. 😍😍😍
total 2 replies
Siti Arbainah
curiga sama Adrian sih dalangnya kecelakaan itu
freya alana: Hmmm lanjut kaaak 😍😍😍
total 1 replies
shanairatih
ceritanya keren bgt 👍👍👍👍👍💕💕💕
lapak nasi khansa
👍👍👍👍
freya alana: Makasi dah mampir ya. Sila tengo juga novelku yang lain 💖💖
total 1 replies
Nana
kasian Dara 😭😭😭
freya alana: Lanjyuuut kak ☺️
total 1 replies
Nana
couple somplak 🤣🤣🤣
freya alana: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nana
😭😭😭 gemes bgt sama Dara dari awal bikin ngakak
freya alana: Xixixixi … iya kak 😍
total 1 replies
Nana
udah ada yg punya, patah hati deh Dara gue
freya alana: Hihihi lanjut dulu kaak 😍😍😍
total 1 replies
G
yah tamat
Bundanya Pandu Pharamadina
endingnya
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
freya alana: Makasi kak, maa syaa Allah … met menjalankan ibadah Ramadhan ya kak … 🌹🌹🌹🌹
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
Dara Askara
❤❤❤❤
freya alana: Sejodoh 😍
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
iih mbak Author bikin senam jantung terus, semoga Dara selamat dan bisa membongkar kedok Anwar.
freya alana: Hehehehe 💓
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
hantunya berwujud manusia yah mbak Author🤔
freya alana: Iyaaaah…
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
mampir marathon👍❤
freya alana: Maa syaa Allah… makasi kakaaak 🌹🌹🌹
total 1 replies
Mak mak doyan novel
karya yg keren.
freya alana: Maa syaa Allah, tabarakallah … makasi kakak 💕💕💕
total 1 replies
Mak mak doyan novel
akhirnya selesai juga... ending yang sesuai harapan...happly ever after..
karyamu keren thor. good job
freya alana: Makasi kakak, makasi udah mampir dan kasih komen….. aku pada muh 💕💕💕💕
total 1 replies
Aisyah farhana
seriusan ini Dara mau 12 anak good job lanjutkan seruuu sekali banyak krucil deketan pula lahirnya, pak Adrian ternyata anda juga menyimpan rahasia tapi termaafkan dehh demi Dara sama Askara n anak" juga. karya yg hebat luar biasa kak ditunggu karya selanjutnya makasih sudah buat cerita yg luar biasa enak buat dibaca lanjuuuttt
freya alana: Kak… makasi ya sudah baca novel aku …. semoga selalu sehat dan bahagia…. Aamiin 😘😘😘
total 1 replies
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
wah Dara keluarganya rameee bangeeettt
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️
freya alana: Makasi ya Kak, udah baca novel aku …. Seneng deh. Semoga selalu bahagia n sehar ya Kak … 😘😘😘
total 1 replies
Arie
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
freya alana: Makasi ya Kakak ….
total 1 replies
Aisyah farhana
waaahhhh selamat Dara Anantara n Gadis happy banget samaan lahirannya baby boy pula yeyyyy
freya alana: Hihhi iyaaah. Lanjuuut kaaaak 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!