Ruby baru saja bercerai dari suaminya, dan dia memutuskan untuk menghibur diri bersama kedua sahabatnya di sebuah bar.
Tapi sebuah kejadian konyol di dalam toilet bar mempertemukan Ruby dengan Dinan dan lelaki tampan itu meminta pertanggungjawaban Ruby. Tak ingin terlibat masalah, Ruby pun memilih untuk kabur dari Dinan.
Seminggu kemudian mereka bertemu lagi, dan sialnya ternyata Dinan adalah CEO di perusahaan tempat Ruby bekerja. Namun Dinan terlihat seperti tidak mengingat Ruby.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nantikan kisah seru mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZiOzil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31.
Made Kris baru saja selesai menandakan tangani surat kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Dinan, dan dia berjanji akan segera mengirimkan hasil desainnya. Dinan benar-benar senang, karena usahanya jauh-jauh datang ke Bali ternyata tidak sia-sia.
“Kamu beruntung memiliki asisten pribadi seperti dia, karena dia benar-benar luar biasa.” Ujar Made Kris, membuat Ruby tersipu-sipu.
“Iya, Pak. Saya memang tidak salah pilih pendamping.” Sahut Dinan.
Ruby sontak menatap Bos tampan itu karena mendengar kata-katanya.
“Maksud saya pendamping dalam bekerja.” Ralat Dinan cepat sembari melirik Ruby.
Made Kris tersenyum, dia bisa menangkap ada sesuatu yang tak biasa dari sikap dan cara Dinan memandang Ruby.
“Tapi kalian berdua lebih cocok jadi pasangan hidup daripada sekedar rekan kerja, saya melihat chemistry yang kuat di antara kalian.” Ledek Made Kris.
Wajah Dinan dan Ruby memerah, keduanya tersipu malu.
“Ini serius! Mungkin kalian bisa pikirkan untuk mencoba menjalin hubungan lebih dari sekedar Bos dan asisten.” Cetus Made Kris.
“Akan saya pertimbangkan saran anda.” Jawab Dinan asal, membuat Ruby sontak melotot ke arahnya, tapi Dinan cuek saja.
“Saya tunggu kabar baiknya.” Lanjut Made Kris yang tak bisa berhenti menggoda pasangan itu.
Kali ini Dinan tertawa dan tak membalas kata-kata Made Kris sebab Ruby sedang menatapnya dengan sorot tajam.
Keduanya pun akhirnya pamit undur diri dari kediaman Made Kris.
Di perjalanan pulang, Dinan kembali menggoda Ruby yang sedari tadi diam membisu.
“Kamu tidak ingin mempertimbangkan ucapan Pak Made Kris tadi?” Tanya Dinan.
“Ucapan yang mana, Mas?”
“Tentang chemistry dan menjalin hubungan lebih dari sekedar Bos dan asisten.”
Ruby tertegun dan mendadak salah tingkah, dia tahu maksud Dinan. Dia berusaha mengendalikan diri agar tetap bersikap tenang.
“Oh, iya-iya. Pak Made Kris paling bisa kalau bercanda.” Jawab Ruby, dia sengaja pura-pura tidak mengerti maksud Bosnya itu.
Wajah Dinan sontak masam, dia tahu Ruby sedang menghindar.
“Habis ini kita ke mana, Mas? Apa mau langsung ke hotel?” Ruby mengalihkan pembicaraan.
Meskipun sedikit kesal, Dinan tetap menjawab dengan baik. “Kamu maunya ke mana? Bilang saja!”
“Benar, Mas?” Ruby memastikan dengan mata berbinar.
Dinan mengangguk. “Karena kamu sudah berhasil membujuk Pak Made Kris, kamu saya beri hadiah. Kamu boleh ke mana saja yang kamu mau, saya akan turuti.”
“Asyik!” Pekik Ruby girang. “Kalau begitu bagaimana kalau main di pantai, Mas?”
Dinan mengernyitkan keningnya. “Mataharinya terlalu terik, apa tidak takut kulitmu terbakar? Cari tempat lain saja!”
Ruby seketika cemberut dan menggerutu dalam hati. “Bukankah tadi dia bilang akan menuruti ke mana pun aku mau? Tapi sekarang apa?”
“Bagaimana kalau menonton film? Kita ke pantainya sore saja.” Lanjut Dinan.
Ruby menghela napas pasrah. “Ya sudahlah. Terserah Mas saja, deh.”
“Baiklah, sekarang kita cari bioskop!”
Setelah tiba di bioskop serta membeli tiket, Ruby dan Dinan pun duduk berdampingan di dalam bioskop, dengan pop corn di pangkuan janda cantik itu. Mereka memilih menonton film romantis komedi yang sedang viral. Suasana bioskop cukup lengang, tak banyak orang yang menonton film di siang hari begini.
Film pun dimulai, tak ada pembicaraan antara Dinan dan Ruby, keduanya hanya diam menikmati tontonan di hadapannya. Namun di menit ke dua puluh, Dinan tiba-tiba menyandarkan kepalanya di pundak Ruby, membuat janda cantik itu terkejut dan sontak meliriknya.
“Mas!” Tegur Ruby pelan, tapi tak ada reaksi apa-apa dari Dinan.
“Astaga, jangan-jangan dia tertidur.”
Ruby pun membetulkan posisi kepala Dinan agar lelaki itu bisa bersandar dengan nyaman, dan dia pun kembali menyimak film yang sedang diputar.
Hampir dua jam, akhirnya film selesai, lampu bioskop juga telah dinyalakan kembali. Dengan perlahan-lahan, Ruby membangunkan Dinan yang sebenarnya memang tidak tidur.
“Mas, bangun! Filmnya sudah habis.”
Dinan membuka matanya. “Sudah habis, ya? Cepat sekali?”
Dengan malas dia mengangkat kepalanya dari pundak Ruby sembari menarik lengannya ke atas untuk meregangkan otot-ototnya. Meskipun orang-orang sudah mulai beranjak meninggalkan ruang bioskop, tapi mereka masih terpaku di tempatnya.
“Apanya yang cepat, Mas? Sudah hampir dua jam dan pundak saya keram karena menahan kepalanya Mas.” Ucap Ruby dengan bibir yang manyun. “Ngapain mengajak nonton, kalau Mas malah tidur?”
“Habis dekat kamu rasanya nyaman sekali, saya jadi mengantuk.” Kilah Dinan seenaknya. “Andai saja bisa seperti ini setiap hari, pasti saya akan tidur nyenyak terus.”
Ruby tertegun mendengar kalimat yang dilontarkan Dinan itu, tapi lagi-lagi dia berusaha mengendalikan diri nya agar tidak terbawa perasaan.
“Kalau tidur nyenyak terus, kapan Mas kerjanya? Bisa bangkrut perusahaan.” Seloroh Ruby demi menutupi rasa gugupnya.
“Eh, sudah ada yang berani melawan rupanya.” Ledek Dinan sambil melirik Ruby.
Janda cantik itu meringis. “Habis Mas ada-ada saja!”
Dinan terkekeh, kemudian menatap Ruby. “Bagaimana? Filmnya bagus, kan? Apalagi saat protagonis prianya rela terluka demi wanita yang dia cintai, itu keren banget.”
Ruby mengernyitkan keningnya. “Mas kok tahu? Bukannya tadi Mas tidur?”
Dinan kembali terkekeh lalu menjawab dengan santai. “Saya sudah pernah menonton film ini sebelumnya.”
“Kalau sudah pernah, kenapa masih memilih film ini?”
“Agar kamu juga menontonnya.” Jawab Dinan asal.
“Pantas saja Mas tidur, ternyata sudah tahu jalan ceritanya.” Gerutu Ruby.
“Kalau itu tidak sengaja, saya tertidur tadi.” Sanggah Dinan.
Ruby mencibir. “Alasan saja!”
“Hei, semakin berani, ya?” Dinan melotot sembari mengacak-acak rambut wanita itu.
“Ya ampun, Mas. Rambut saya berantakan jadinya!” Protes Ruby.
Dinan menghentikan kelakuannya dan tertawa.
Ruby merapikan rambutnya yang berserakan akibat ulah Dinan tadi, bibir merah mudanya mengerucut membuat Dinan gemas.
“Sini saya bantu rapikan.” Dinan ikut merapikan rambut Ruby, dan anehnya wanita itu tak menolak.
“Sudah, sekarang sudah rapi.” Ujar Dinan. “Ya sudah, yuk!”
Ruby mengangguk. Keduanya pun beranjak meninggalkan ruang bioskop yang sudah sepi.
💘💘💘