Ghost Love

HAPPY READING GAYS!!!!

"Halo kak Marta"ucap Vana menelfon marta untuk menayakan perihal gelang yang ia temukan kemarin di gudang belakang sekolah.

"iya Vana, ada apa?"

"Kakak sibuk ngga? '' tanya Vana.

" Ngga sih, emangnya kenapa?"

" Ada hal yang mau aku tanyain ke kakak." jawab Vana.

" Yaudah langsung kerumah aja, kita bicarain dirumah gue."

" Oke kak." jawab Vana yang kemudian mengakiri panggilannya.

Vanapun bersiap-siap mengambil kunci mobil dan kemudian melajukan mobilnya menuju rumah marta.

...######...

" Jadi apa yang mau lo omongin?" tanya Marta ketika Vana sudah duduk di ruang tamunya.

Vana mengeluarkan gelang yang ia temukan di gudang kemudian menunjukkannya ke Marta.

"Kakak tau gelang ini punya siapa?" tanya Vana.

"Itu punya gue kan ta, tadi juga udah gue bilang tapi pacar kesayangan gue ini ngeyel banget mau nanya ke lu." Cerocos Aiden memotong pembicaraan Vana dan Marta.

Marta mengambil gelang yang di letakkan Vana di atas meja, memperhatikan gelang tersebut dengan seksama.

" RAM, gelang ini ___"

"Iya gelang persahabat kalian bertigakan?" ucap Vana memotong ucapan Marta.

"Lo tau? "tanya Marta yang di angguki oleh Vana.

" Aku pernah liat Aiden pake gelang itu." ucap Vana.

" Tapi bukan itu yang mau aku tanyain sekarang. Aku mau tau siapa pemilik dari gelang ini? "lanjut Vana.

" Apa ini punya kak Marta?"

Marta menggeleng," Ini bukan punya gue karna punya gue ada di gue sekaligus punya Aiden. "

" Bentar, gue ambil dulu biar lo percaya." ucap Marta yang kemudian beranjak.

Vana melihat ke arah Aiden," Kamu dengerkan ini bukan punya kamu. "

" Berarti bener itu punya Rendi? Dan dia emang ke sana waktu malem itu?" ucap Aiden yang masih tidak percaya, apa bener Rendi yang membunuhnya?.

Marta kembali dari kamarnya membawa sebuah kotak kecil yang berisi gelang yang berinisial sama dengan apa yang Vana bawa tadi.

" Ini punya gue dan Aiden. Setelah penyelidikan dan kasus Aiden tuntas gue langsung minta gelang ini ke polisi. "jelas Marta.

" Dan berarti gelang yang lo temuin itu punya Rendi. Karna gelang ini kusus kami pesan dan kami buat untuk persahabat kita. ngga ada yang punya selain gue, Aiden dan Rendi." ucap Marta lagi.

" Berarti ngga salah lagi____"

"Lo temuin gelang itu di mana? "tanya Marta tadi ia tidak sempat menanyai itu pada Vana.

" Di gudang belakang sekolah tepat di bawah tempat Aiden gantung diri."

" Berarti___"

Vana menggeleng " Belum pasti juga kak,karna sampai sekarang aku belum tau di mana keberadaan kak Rendi."

"gue tau dia di mana." ucap Marta.

...######...

Vana langsung melajukan mobilnya ke tempat yang beritahu oleh Marta tadi.

"Kemaren gue sempet liat Rendi keluar dari kampus Green Light University, gue rasa dia ngampus di sana. "ucap Marta tadi.

Untuk memastikan ucapan Marta Vana pun kini pergi ke kampus itu lagi, kampus dimana ia menemui Reno dan gengnya.

Vana mengenakan masker untuk menutupi wajahnya agar tidak di kenali oleh Reno jika nanti ia bertemu dengan mereka.

" Kamu di sini aja!!, aku akan cari Rendi dan ngabarin nanti kalau aku udah ketemu dia. "pinta Aiden menyuruh Vana untuk diam di dalam mobil.

" Ngga, kita mencar aja biar ketemuya lebih cepet. "tolak Vana.

" Tapi sayang ___"

" Aku ngga papa, percaya sama aku. Lagian ngga akan ada yang ngenalin aku." ucap Vana meyakinkan Aiden. Vana tau jika Aiden pasti takut Vana terluka jika ia tidak bersamanya.

"Oke tapi kalo terjadi sesuatu kamu harus panggil nama aku biar aku bisa langsung dateng dan nolongin kamu!!"

"Iya. "jawab Vana yang kemudian keluar dari mobil dan berjalan masuk ke kampus tersebut.

Vana mengitari kampus yang besarnya limakali lebih besar dari sekolahnya. Mau bagaiman lagi jika ia bertanya ke orang- orang maka ia akan terlihat mencurigakan terlebih Vana tidak tau jurusan apa yang di ambil oleh Rendi. Vana juga tidak tau nama lengkap serta Fotonya dengan Rendi. Yang hanya punya hanya Foto 3×4 Rendi yang ia ambil di dokumen data siswa.

Vana menaiki tangga demi tangga, melihat ruangan demi ruangan dan menjelajahi koridor- koridor kampus, begitupun dengan Aiden.

Kaki Vana terasa begitu pegal, tubuhnya sudah memohon untuk di istirahatkan karna tak sanggup lagi untuk terus berjalan. Vana Duduk di kursi dekat ruang perpustakaan. Vana membuka maskernya karan merasa pengap.

Reno dan teman- temannya yang memang akan ke perpustakaan tidak sengaja melihat Vana di sana.

"Itu cewek SMA yang waktu itu nanya - nanya ke lo kan Ren? "tunjuk Tristan pada Vana.

Vana masih tidak menyadari jika ada Reno dan teman - temannya yang kini tengah memperhatikannya.

" Bener tu, dia yang neriakin nama Aiden sebelum gue pingsan." ucap Reno.

" Yaudah kita tanyain aja ke dia langsung sekarang!!" ajak Bastian yang di angguki Reno dan Tristan.

Vana tidak sengaja melihat ke arah Reno dan teman-temannya yang berjalan menuju ke tempat ia duduk sekarang.

" Reno?" gumam Vana yang langsung berdiri dan berlari untuk menghindarinya.

Reno dan teman-temannyapun ikut berlari mengejar Vana.

"Aiden "

"Aiden"

"Aiden please! "

Ucap Vana pelan, memanggil - manggil nama Aiden supaya ia datang dan membantu Vana lepas dari kejaran Reno dan teman- temannya.

Mendengar panggilan Vana Aidenpun dengan cepat datang ke tempat Vana. Aiden melihat Vana yang di kejar-kejar oleh Reno dan gengnya.

"Belum kapok ya lo. "ucap Aiden berdiri di depan Reno.

Aiden melayangkan sebuah tong sampah yang terisi penuh ke arah mereka bertiga yang menyebabkan sampah - sampah yang ada di dalamnya berhamburan keluar memenuhi tubuh mereka bertiga.

" ANJING" teriak Rene dan kedua temannya.

Reno dan kedua temannya langsung berbalik badan mencari pelaku yang sudah berani-beraninya menuangkan sampah kepadanya.

Vana melihat ke belakang melihat apakah Reno dan teman-temannya masih mengejarnya atau tidak.

Vana tersenyum, melihat Aiden yang bertindak cepat sehingga bisa membuat Reno dan teman - temannya tidak mengejarnya lagi.

Aiden mengibas-ngibaskan tangannya pada Vana, menyuruh Vana untuk segera pergi dari kampus tersebut, biar soal Reno ia yang mengurusi. Vana mengacungkan jempolnya kemudian menuruti perintah Aiden.

Karna Vana ceroboh juga tergesa-gesa dan tidak memperhatikan jalannya membuat Vana tidak sengaja menabrak seseorang sehingga orang tersebut jatuh dan semua buku - buku yang dia pegangpun berserakan.

"KARISA. "teriak seorang pria yang langsung berlari ke tempat Vana dan gadis itu jatuh.

Karna merasa berselah Vanapun langsung mengumpulkan buku- buku wanita tersebut kemudian memberikannya sambil terus meminta maaf.

" Maaf kak aku ngga sengaja." ucap Vana membantu wanita itu untuk berdiri.

Seorang pria yang meneriaki nama gadis tersebutpun datang dan langsung menanyai keadaannnya.

"Kamu ngga papakan? "tanya pria itu.

Wanita itu menggeleng.

" Kak Rendi? '' ucap Vana setelah wajah pria itu terlihat jelas oleh Vana.

...Bersambung...

Suka banget sama Aiden yang gercep pas liat Vana di kejar- kejar sama Reno. Ngga kebayang deh gimana bentukan Reno dan gengnya pas di tuangin sampah satu tong sama Aiden pasti bau banget ngga sih?.

Ikutin terus kelanjutan cerita ghost love sampe end ya. Jangan lupa like, komen dan shere cerita ini ke teman- teman kalian biar Autor tambah cinta sama kalian:)