"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Follow
Selepas kepergian Jordan dan Merry ....
Suasana semakin dingin mencekam, bagaimana tidak, Ellea yang lugu dan manis seakan berubah jadi singa seperti Gavin. Sontak saja Gavin merasa kaget, melihat perubahan yang terjadi pada Ellea. Entah ada angin apa, sehingga Ellea bisa seperti itu.Setelah Jordan dan Merry pergi, Ellea terlihat masuk ke kamarnya dan membereskan sesuatu.
"Ellea," Gavin mengikuti Ellea ke kamarnya.
"Ya?"
"Kau serius dengan ucapanmu?" Gavin penasaran.
"Ucapan? Ucapan yang mana, ya?" Ellea seakan pura-pura lupa.
"Apa kau memang serius akan menikah denganku?"
Ellea menggeleng,
"Kau! Apa maksudmu!"
Ellea menghela napas, "Aku terbawa suasana tadi. Orang tuamu begitu menyebalkan. Maafkan aku, apa dramaku sudah bagus?"
"Jadi, ucapanmu itu hanya main-main?" tanya Gavin.
Ellea mengangguk,
Gavin tersenyum sembari mengangkat alis, "Sayangnya, ucapanmu kuanggap serius, dan aku akan segera menikahimu dalam waktu dekat ini!" Tegas Gavin.
"Jadi, Jordan Alexander itu Papamu ya? Dia masih sehat rupanya." Tambah Ellea.
"Kau mengenalnya?" Gavin mengernyitkan dahinya.
Ellea menggeleng, "Tidak."
"Sepertinya kau mengenal Papaku!" Jelas Gavin.
Ellea tak menjawab. Ia terus fokus membereskan pakaian di kopernya. Gavin keluar dari kamar Ellea, ia melihat Daniel sedang bermain dengan Aaron. Gavin pun kembali mendekati mereka. Gavin merasa, bahwa Ellea dan Daniel terkesan ingin melawan kedua orang tuanya. Sebenarnya, Gavin menyayangkan hal itu terjadi. Namun, Gavin sadar, jika semua ini berawal karena orang tua Gavin yang membuat Ellea kesal.
"Daniel, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Gavin.
"Daddy, aku sedang bermain bersama sekretaris Aaron. Dia sangat payah sekali, aku berkali-kali menang dan dia masih saja belum berhasil."
"Kau bermain Rubic?" tanya Gavin.
Daniel mengangguk, "Ya, aku telah mengubah semua warnanya menjadi sama. Hampir empat kali aku mengubahnya. Tapi, sekretaris Aaron belum satu kali pun membuat semua warnanya sama." Jawab Daniel.
"Sekretaris Aaron tak tahu apa-apa. Jangankan bermain game, mendapatkan wanita saja, dia tak bisa!" Ledek Gavin.
"Mendapatkan wanita itu, memang sulit ya Daddy?" tanya Daniel polos.
"Sulit bagi sekretaris Aaron, tapi mudah bagi Daddy. Buktinya saja, Mommy-mu dan Daddy akan segera menikah." Gavin sombong.
"Tapi Mommy bilang, Mommy tak mencintai Daddy. Mommy terpaksa melakukannya, karena aku. Jika semua bukan karena aku, mungkin Mommy akan menolak Daddy habis-habisan. Untuk itu, Daddy harus bersyukur memiliki aku. Dengan adanya diriku, Daddy bisa dengan mudahnya mendapatkan Mommy. Jika saja aku tak ada, mungkin nasib Daddy akan sama seperti sekretaris Aaron. Bukan begitu, Daddy?" Daniel benar-benar polos.
Wajah Gavin memerah, ia sungguh malu mendapat serangan dari anaknya sendiri. Aaron ingin tertawa, namun ia menahannya. Jika saja Aaron berani menertawakan Gavin, tamatlah sudah riwayat Aaron. Ellea pun sebenarnya mendengar ucapan Daniel, ia tertawa puas dalam hatinya. Namun, ia tak menggubris hal itu, karena Gavin, pasti akan kalah dengan anaknya sendiri.
Ellea hanya mampu tertawa kecil, ia sungguh tak mengerti, kenapa Daniel bisa sepintar itu dalam berkata. Ellea pun mengambil sebuah tas, dan keluar dari kamarnya. Ellea akan bertemu dengan seseorang. Ia sudah berjanji akan menemuinya. Tak mungkin Ellea mengelak, karena sudah berkali-kali pertemuan itu gagal dan terhalang oleh Gavin.
Kali ini, sebisa mungkin Ellea akan menemukannya. Ellea akan menjelaskan sesuatu dan meminta maaf atas kekacauan yang telah ia buat. Saat Ellea keluar dari kamarnya, ia menatap Daniel. Ia tahu, Gavin pasti berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.
"Mau ke mana, kau?" sorot mata Gavin begitu tajam, saat melihat Ellea keluar sangat anggun dan menenteng tas.
"Aku akan keluar sebentar Aku tak akan kabur, aku juga tak akan membawa Daniel. Aku hanya akan menemui seseorang. Sebentar saja, dan kuharap kau bisa menjaga anakku!" Pinta Ellea.
"My Daniel, Mommy akan pergi sebentar ya. Kamu baik-baik di sini. Jika menginginkan sesuatu, bisa minta saja pada Daddy-mu. Apapun, yang kau inginkan!" Ellea terlihat
Gavin melotot tajam, ia kesal dengan tingkah Ellea yang kini seakan tak takut padanya. Gavin pun menatap Aaron dan Daniel. Beruntungnya, kali ini perusahaan dalam kondisi tenang, dan jika Aaron atau Gavin tak ke kantor pun, suasana perusahaan akan tetap kondusif.
"Aaron, kau jaga Daniel. Aku akan mengantar Ellea. Aku harus memastikan jika ia tak akan berbuat macam-macam sampai waktu kita menikah nanti."
Deg. Ellea benar-benar merasa dikekang. Ia tak ingin jika Gavin mengantarnya. Ellea tak bisa tenang, karena apa? Karena ia akan bertemu Eric. Ellea akan meminta maaf pada Eric, karena sudah beberapa kali merepotkannya. Jika Gavin ikut, bagaimana mungkin Ellea bisa berbincang dengan tenang pada Eric?
"Tak usah! Aku bisa pergi sendiri. Aku ada urusan, kau tak perlu ikut." Cegah Ellea.
"Aku tak akan mengganggumu, aku hanya akan mengantarmu saja, serius!" Gavin meyakinkan Ellea.
"Memangnya, aku bisa percaya padamu? Kau adalah orang yang paling gegabah yang pernah aku kenal. Aku tak ingin kau merusak acaraku." Tegas Ellea.
Daniel pusing melihat Ellea dan Gavin berdebat. Gavin tak ingin Daniel melihat mereka. Dengan sigap, Gavin memegang tangan Ellea, lalu ia menariknya dan membawa Ellea keluar. Tak lupa, Gavin mengucapkan sesuatu pada Daniel, agar ia tak merasa ditinggalkan.
"Daniel sayang, Daddy dan Mommy berangkat dulu ya. Kalau menginginkan sesuatu, katakan saja pada sekretaris Aaron!" ucap Gavin.
Ellea menepis tangan Gavin berkali-kali, tapi tangan Gavin terlalu kuat untuk memegang tangan Ellea. Kesal, bercampur rasa marah, menjadi satu. Namun, bukan Gavin namanya jika ia tak memaksa. Gavin selalu memaksa dan membuat Ellea kesal.
"Kau keterlaluan! Pantas saja tak ada wanita yang mau padamu, sifatmu saja menyebalkan begini! Semua wanita pasti tak tahan menghadapi sifatmu!" Pekik Ellea.
"Siapa bilang? Jika saja aku mengadakan ajang cari jodoh, pasti akan banyak wanita yang mendaftar padaku! Hanya saja, aku tak ingin memilih mereka. Aku selalu dingin pada wanita, karena itulah aku tak pernah dekat dengan siapapun. Kau harusnya beruntung, pernah tidur denganku, dan memelukku, wanita lain di luaran sana, yang begitu mendambakkanku, tapi mereka tak bisa memelukku, atau hanya sekedar memegang tanganku. Sudah diberi kesempatan, bukannya berterima kasih, kau malah mengeluh! Dasar kau tak bersyukur."
"Hih, aku tak mendambakan tubuh sepertimu! Tidur denganmu pun jelas karena sebuah kesalahan. Kau tak perlu membanggakan diri, Gavi Alexander. Tidak semua wanita mengagumimu! Termasuk aku! Aku tak tertarik denganmu. Jika semua bukan karena Daniel, aku tak akan pernah mau bertahan dan berada dekat dihadapanmu!" Pekik Ellea.
"Kau! Kenapa kau selalu saja membuatku kesal, Ellea. Kalau kau terus bicara, aku tak akan mengantarmu menuju tempat yang ingin kau tuju." tegas Gavin.
"Kalau begitu, aku naik taksi saja! Apa sulitnya."
"Elle! Naiklah, baik-baik ... aku akan mengantarmu. Kau akan ke mana? Naiklah dulu," Gavin membukakan pintu mobilnya.
Ellea masuk ke dalam mobil Gavin. Gavin oun berputar, lalu menaiki mobilnya.
"Kau akan ke mana?"
"Menemui Eric, dan meminta maaf padanya. Jangan berkata apapun. Jangan melarangku untuk bertemu Eric dan jangan ikut campur urusanku. Urusan kau dan aku, hanya sebatas dengan Daniel. Bertemu dengan Eric, kau tak berhak ikut campur. Aku hanya akan meminta maaf saja atas semua kesalahanku padanya. Jika kau melarangku, aku lebih baik turun saja. Aku tak ingin bersama pria yang banyak bicara sepertimu!" Tegas Ellea.
Gavin terdiam. Ia menatap Ellea dengan tajam, ternyata Ellea memang berani. Gavin tak percaya, jika Ellea mampu melawannya. Gavin pun mulai menancap gas, dan mengemudikan mobilnya. Ia tak ingin Ellea terus naik darah padanya.
"Aku tak akan melarangmu. Aku akan tetap mengantarmu ke tempat tujuan. Silakan bertemu Eric, dan silakan katakan apa yang ingin kau katakan padanya. Aku hanya akan mengamatimu dari jauh. Aku justru ingin memastikan sesuatu ... apakah jika aku melihat kau dengan pria lain, hatiku ini akan sakit apa tidak? Aku ingin memastikan semuanya, apakah aku jatuh cinta padamu? Atau justru sebaliknya?"
Deg. Ellea merasa getaran-getaran itu mulai tumbuh. Perasaan aneh yang selalu muncul, jika Gavin mengatakan sesuatu yang tak pernah Ellea duga sebelumnya.
Aku juga masih tak memahami semua ini. Kurasa, aku tak jatuh cinta padamu. Tapi, kenapa rasanya selalu aneh, setiap kali kau mengatakan kata-kata seperti itu padaku? Ada apa dengan hatiku? Aarrgghh, Tuhan ... aku ingin terlepas dari belenggu ini.
*Bersambung*
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.
saat itu elea yg masuk kamar Gavin, dan dia jga yg nawarin akan lakukan segala hal, dan pas ditawarkan s*x Elea mau jgakan, meski dalam kondisi terpaksa Krena waktu itu dia harus bersembunyi dri org yg ngejar dia, bukan salahnya Gavin jga ga mw bantuin dgn tulus aplgi saat itu kondisi Gavin lgi terpuruk (dia jdi TDK berperikemanusiaan membantu wanita yg TDK di kenalnya yg datang sndiri kepadanya saat itu wajar² sja walau tetap tidak bisa dibenarkan yah!)
Ellea jga ga salah sepenuhnya tapi dia tetap salah karena tujuan awalnya memang menjual diri demi melunasi hutang, hrusnya dia tau konsekuensinya. Intinya mereka harus saling memahami sih
btw thanks visualnya Thor memuaskan, ceweknya jga🫶