Gwen Prameswari dan Daniel Artajaya telah menikah lebih dari 3 tahun. Namun hingga saat ini mereka belum juga di karuniai seorang anak.
Ibu mertua Gwen yang terus menuntut untuk agar segera memiliki cucu semakin membuat Gwen frustasi dan di ambang perceraian.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BPH 31
Seharian ini Gwen dan Owen berada di rumah singgah. Ia merasa beban hidupnya kini telah hilang saat bertemu dengan anak anak dan bermain dengan mereka.
"Bunda!" panggil seorang anak laki kaki yang bekisar umur 11 tahunan.
"Sam," kata Gwen tersenyum lalu ia merentangkan kedua tangannya untuk menyambut anak pertamanya.
Yah, Samudra adalah anak pertama Gwen di rumah singgah itu. Sam ia temukan tepat di depan pintu kamar kosan nya.
Dan kini anak itu sudah menjadi seorang anak laki laki yang sangat tampan dan pintar.
Yah, di umur nya yang baru menginjak 11 tahun, Sam sudah duduk di bangku SMA. Sangat pintar bukan? Gwen sampai hampir tidak percaya saat mendengar Sam selalu lompat kelas.
"Kok baru pulang?" tanya Gwen setelah selesai memeluk Sam.
"Tadi ada ekskul Bun, oh iya ayah mana?" tanya Sam mencari keberadaan Daniel namun tak ia temukan.
"Ayah tidak ada Sayang. Bunda datang sama Om Owen, dia teman Bunda," ujar Gwen tersenyum memperkenalkan Owen.
"Dan Owen, kenal kan ini Samudra, panggil saja sam. Dia anak pertama ku," ujar Gwen.
Sam tidak langsung menyambut tangan Owen yang sedari tadi sudah terulur Padanya. Ia sibuk menelisik wajah Owen dari ujung kepala sampai kaki.
"Jangan menatap seolah aku ini orang jahat! Tidak ada orang jahat yang ganteng kaya aku," ujar Owen merapikan rambutnya.
"Cih," Sam hanya berdecih melihat gaya Owen namun ia juga tersenyum lalu memeluk Owen dengan senang.
Sam merasa ia menemukan seorang teman, yah Owen masih muda, ia tau gaya anak muda dan tentu saja sangat cocok dengan Sam.
"Sam, ganti pakaian kamu dulu. Habis itu kita makan sama sama," ujar Gwen.
"Oke Bunda, bye bye OM!" ucap Sam penuh penekanan hingga membuat Owen berdecak kesal.
"Mbak, aku gak suka di panggil Om!" kata Owen berbisik.
"Why?" tanya Gwen dengan dahi berkerut.
"Ya pokoknya gak suka aja," jawab Owen sambil mengangkat kedua bahunya.
Kini, Gwen dan Owen tengah duduk berdua di bangku yang berada di halaman rumah panti.
Keduanya saling diam, namun Owen terus memandangi wajah Gwen dengan senyum hangatnya.
"Apa sih kamu lihatin Mbak begitu," ujar Gwen salah tingkah.
"Mbak cantik kalau lagi senyum begini," kata Owen semakin membuat wajah Gwen Merona dan malu.
"Oh iya Mbak, aku lihat lihat sepertinya Sam yang paling besar disini yah?" tanya Owen.
"Yah memang, karena aku bertemu Sam itu saat masih kuliah. Dulu aku menemukan Sam itu di depan kamar kos ku. Kamu tau, dia hanya di geletakin di depan kamar dengan berbalut kain batik masih dengan ari ari yang masih menempel di tubuhnya. Sam menangis kenceng banget sampai buat heboh satu kosan. Maka dari itu atas izin dari pemilik kosan dan RT akhirnya aku membawa Sam kesini." Jelas Gwen.
"Mbak bahagia disini?" tanya Owen.
"Hahaha, pertanyaan apa itu. Tentu saja bahagia, kamu tau Owen, hanya disini mbak bisa melupakan segala kesedihan Mbak," ujar Gwen.
"Kapan pun Mbak mau kesini, aku siap nemenin Mbak. Owen juga akan menjadi donatur disini. Meskipun baru pertama kali kesini, tapi Owen udah jatuh cinta sama anak anak disini, apalagi sama Bunda nya," kata Owen tanpa sadar membuat Gwen terkejut dan salah tingkah.
'Astaga, gak mungkin kan aku jatuh cinta sama berondong? bukankah kemarin aku masih menangisi mas Daniel. Ya Allah Gwen, betapa murahannya kamu kalau benar sampai jatuh cinta sama Owen secepat ini,' gumam Gwen dalam hati.
