Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Pulang
Semuanya sudah dipastikan, untuk tanggal pernikahan dan lainnya. Melati yang ditanya akan ada berapa banyak undangan, dan dia hanya mengundang beberapa dari teman dekatnya saja. Lalu, para guru di sekolah tempatnya bekerja.
Kini mereka telah berada di dalam mobil. Awalnya Melati kira Zaidan akan tinggal di rumah orang tuanya. Tapi ternyata dia malah ikut pulang. Hanya Zenia yang tinggal disana.
"Loh Kak, bukannya mau antar dulu Tuan Zaidan ke rumahnya? Kenapa tadi jalannya dilewat?" tanya Melati pada Ares, dia sedikit melirik ke arah pria disampingnya yang sedang fokus pada ponsel sejak tadi.
"Kita antar kamu duluan"
Jawaban Ares berhasil membuat Melati terdiam. Bukan apa-apa, tapi apa maksudnya Zaidan malah ikut mengantarkan dia ke rumah. Bukannya seharusnya dia pulang lebih dulu, dan baru Ares mengantarnya pulang. Padahal, Melati sudah sangat menantikan waktu berdua di dalam mobil ini bersama Ares saat perjalanan pulang. Tapi semuanya gagal sekarang.
Benar-benar tidak ada percakapan lagi, Melati juga hanya diam dengan menatap keluar jendela. Melihat lampu jalan yang menerangi gelapnya malam. Beberapa ruko dan kedai pinggir jalan yang masih buka. Semuanya berlarian cepat seiring dengan kecepatan laju mobil.
Sekarang, aku sudah harus siap memulai kehidupan yang baru. Menjadi istri bayarannya Tuan Zaidan.
Mobil berhenti di depan rumah sederhana dengan pagar putih yang catnya sudah banyak mengelupas. Melati menyelempangkan tasnya di bahu, menatap ke arah Zaidan.
"Saya permisi dulu, Tuan. Kak ..." Saat Melati ingin berpamitan pada Ares juga, tapi dia malah terkejut karena Ares yang sudah duluan keluar mobil dan membukakan pintu untuk Zaidan. Melati jadi bingung sekarang. "Tuan Zaidan ikut turun?" Apa yang akan dia lakukan? Kenapa ikut turun juga?
"Tidak adil jika hanya kamu yang menemui orang tua calon suamimu, Mel. Maka, Tuan Zaidan juga harus melakukan yang sama. Agar tidak menimbulkan kecurigaan" jelas Ares pada Melati yang terlihat kebingungan.
Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa Ibu akan begitu terkejut?
Melati keluar dari dalam mobil, masih begitu terkejut karena Zaidan yang berinisitif untuk bertemu keluarganya. Padahal Melati lebih baik tidak ditemui sama sekali keluarganya oleh Zaidan. Karena ini malah akan mengejutkan semuanya.
"Lakukan seperti yang kau lakukan saat di rumah orang tuaku!" tegas Zaidan yang sudah mencondongkan sikunya ke arah Melati, ingin gadis itu merangkul lengannya.
Melati menghela nafas pelan mendengar ucapan Zaidan penuh nada perintah itu, padahal dia tidak pernah meminta untuk datang ke rumahnya. Apalagi untuk berpura-pura saling mencintai seperti saat di rumah Zaidan. Tapi apa bisa dilakukan? Melati juga tidak berani untuk membantah. Jadi, dia menurut saja. Merangkul lengan Zaidan dan berjalan masuk ke pekarangan Rumahnya yang tidak begitu luas itu.
Di dekat mobil, Ares berdiri dengan tersenyum lucu melihat pasangan di depannya. Saling menggandeng, tapi terlihat sekali jika sangat tegang. Ares mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar punggung keduanya itu.
"Ck, kenapa Tuan Zaidan tidak inisiatif sendiri untuk menggandeng tangan Melati atau merangkulnya. Kan jadi aku yang gemas sendiri melihat sikap datarnya itu"
Ares berjalan mengikuti mereka pada akhirnya.
Masuk ke dalam rumah sederhana ini, namun cukup terawat dan nyaman. Ibu dan Fattah cukup terkejut dengan kedatangan tamu tiba-tiba ini.
"Ya ampun Kak, kenapa tidak bilang kalau mau sekali mampir kesini. Ibu 'kan tidak menyiapkan apapun"
Melati hanya diam dengan menghela nafas pelan. Ya bagaimana bisa memberitahu Ibunya, jika dia saja tidak tahu jika Zaidan akan ikut mampir ke rumahnya.
"Maaf ya Nak, hanya ada minuman dan cemilan alakadarnya" ucap Ibu yang gelagapan karena tiba-tiba kedatangan tamu terhormat ini. "Nak, Ares maaf ya karena tidak persiapan apapun disini"
"Ah tidak papa Bu, memang kami juga yang datangnya terlalu mendadak"
Salahkan saja dia yang tiba-tiba mempunyai ide untuk datang ke rumah Melati juga.
Ares jadi kesal mengingat kejadian beberapa jam lalu. Dimana Zaidan yang menariknya ke ruang kerja, dan mengatakan jika dia harus datang ke rumah Melati juga.
"Bagaimana jika ada yang curiga dengan pernikahan ini jika aku tidak mencoba untuk bersikap baik pada keluarganya. Aku juga harus datang ke rumahnya meski hanya sebentar!"
Begitulah ucapannya yang jelas tidak akan bisa dibantah. Jadi percuma saja jika Ares mendebatnya, karena dia tidak akan menang.
"Em, Sayang, ini adalah Ibuku dan ini Fattah adikku" ucap Melati memperkenalkan. Sebenarnya dia juga sedikit ragu saat harus memanggil pria disampingnya dengan sebutan sayang. Tapi teringat ucapan Zaidan saat mereka belum masuk ke rumah ini, maka Melati harus melakukannya.
"Saya Zaidan Fernandez, yang akan menikahi anak Ibu"
Ares sampai melotot ke arah Tuannya ini. Bagaimana bisa Zaidan berkata seperti itu tanpa basa-basi terlebih dahulu. Dan bahkan dia terlihat sangat santai. Tidak seperti orang pada umumnya yang baru pertama kali bertemu calon mertua untuk melamar anaknya. Ini benar-benar jauh dari ekspetasi.
"Ah, begitu ya" Ibu juga terlihat cukup kaget dengan ucapan Zaidan yang tanpa basa-basi itu, meski dia masih mencoba menutupi keterkejutannya itu. "Ibu hanya bisa menyerahkan semuanya pada Mel, kalau memang dia bersedia untuk menikah dengan Nak Zaidan. Maka Ibu tidak akan melarang. Karena kebahagiaan Mel juga pasti ada pada pilihan dan keputusannya sendiri"
"Iya Bu, Mel sudah siap untuk menikah dengannya" ucap Melati.
"Baiklah, kita akan menikah tanggal 20 bukan ini"
Hey Tuan Muda sialan! Ares yang memaki dalam hatinya. Karena jika memaki secara langsung, dia juga tidak punya keberanian sebesar itu. Tapi, sungguh dia sangat kesal karena Zaidan yang tanpa basa-basi langsung menyebutkan tanggal pernikahan. Benar-benar percuma juga dia datang ke rumah Melati, karena dengan sikapnya ini apa orang tua Mel akan percaya jika mereka menikah karena saling cinta. Ck. Gerutu Ares dalam hatinya.
"Ah, baiklah. Tapi apa yang bisa Ibu bantu untuk pernikahan kalian?"
"Tidak perlu, semuanya sudah di urus oleh Asisten saya" ucapnya sambil melirik ke arah Ares yang duduk di kursi tunggal disana. Ares hanya tersenyum masam pada Ibunya Melati saat ini. "Kalian hanya perlu datang saja di hari H. Dan saya permisi dulu sekarang"
Ya Tuhan! Lagi-lagi Ares yang kesal dengan sikap Tuannya. Tidak habis pikir dengan Zaidan yang benar-benar tidak punya sedikit saja senyum dalam setiap dia berkata. Apalagi ini pada keluarga calon istrinya.
"Baiklah, hati-hati di jalan" ucap Ibu yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi bingungnya atas sikap calon menantunya ini.
Melati juga hanya bisa tersenyum dipaksakan saat Ibu menatapnya dengan penuh tanya. Sepertinya setelah kepergian Zaidan, maka dia yang akan disidang. Mereka mengantar Zaidan dan Ares sampai ke teras rumah.
Dengan sengaja Melati melambaikan tangannya pada Zaidan dan berteriak, "Hati-hati ya Sayang. Kabari aku jika sudah sampai"
Uhuk.. Zaidan sampai terbatuk-batuk saat mendengar teriakan Melati itu. Sementara Ares hanya terkekeh pelan.
Kau hebat Mel, bisa berakting seolah memang mencintainya. Jika bukan Mel yang berperan disini, maka sudah pasti akan terbongkar semuanya.
Ares membukakan pintu untuk Zaidan, lalu membalikan tubuhnya dan mengangguk hormat pada Melati dan keluarganya yang masih berada di teras. Dan Ares segera ikut masuk ke dalam mobil.
Bersambung
Tapi tidak menabung bab
nextttt thor.....