Terpaksa Menikah Bos Muda Lumpuh

Keluarga Raditya mengundang keluarga Hutama untuk makan malam di salah satu hotel berbintang. Tujuannya adalah, untuk membicarakan penukaran Keke dengan Chacha.

Keke tidak datang, begitu juga Bastian. Yang datang hanya Chacha, papa dan mama. Sedangkan keluarga Bastian, yang datang hanya papa Bastian saja.

Mereka berusaha meyakinkan papa Bastian untuk menerima penukaran Keke dengan Chacha. Sarah mengarang cerita kalau Keke sedang sakit parah. Sarah juga membawakan surat-surat dari dokter yang entah dari mana ia dapatkan.

Entah bagaimana caranya, papa Bastian yang bernama Hendrik Hutama itupun setuju dengan ide keluarga Raditya untuk menukar Keke dengan Chacha. Memang, Chacha jauh lebih cantik jika dibandingkan Keke saat ia di rias wajahnya. Chacha juga lebih lembut sikapnya.

Mungkin karena melihat sikap Chacha yang lembut alami, itulah yang menjadi pertimbangan papa Bastian menerima tawaran keluarga Raditya untuk bertukar calon istri buat Bastian. Tapi tentunya dengan syarat, tidak ada resepsi untuk merayakan pernikahan Bastian dengan Chacha nantinya. Ini dilakukan untuk menutupi penukaran calon istri. Agar tidak banyak yang tahu, kalau istri pewaris perusahaan terbesar bertukar.

______

Usai makan malam, Chacha pamit untuk pulang ke rumah.

"Apa? Pulang?"

"Iya tante. Aku akan pulang duluan."

"Tidak."

"Lho, kenapa?" tanya Chacha bingung.

"Ada apa sih, Ma, Cha? Kok kalian malah bertengkar?" tanya papa yang baru saja masuk ke dalam mobil.

"Ini, Pa. Anak kamu ingin pulang ke rumah."

"Memangnya kenapa kalau Chacha ingin pulang? Biasanya juga kan, Chacha pulang ke rumah," kata papa ikut bingung.

"Anak sama papa sama aja, sama-sama be*go. Mulai malam ini, kamu tinggal di rumah kami. Sampai kamu menikah dengan Bastian."

"Apa!?" Chacha kaget.

"Yang bener kamu, Ma?" tanya papa senang.

"Ya." Mama menjawab singkat.

"Cha, kamu tinggal sama papa, Nak."

"Pa, Chacha tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa, Cha?" tanya papa.

"Chacha sudah punya rumah, Pa. Chacha tidak ingin meninggalkan rumah nenek. Nenek pasti sedih kalo tahu rumahnya tidak ada yang merawat."

"Seneng banget kamu kayaknya tinggal di rumah tua ini, ya. Sampai-sampai tidak ingin pindah ke rumah mewah," kata mama kesal.

"Bukan begitu tante."

"Sudahlah, Nak. Ayolah tinggal sama papa. Papa sudah lama mengharapkan kamu tinggal sama papa, Nak."

"Hei, jangan senang dulu kamu, Pa. Aku ajak Chacha tinggal di rumah juga ada maksudnya. Biar keluarga Hutama tidak menganggap kita menukar Keke dengan anak terbuang."

"Ma! Ngomong apa kamu? Siapa yang anggap Chacha anak terbuang?" Papa kesal bukan kepalang.

"Kalau bukan anak terbuang, anak apa dong."

"Kamu ya, Ma .... "

"Sudah-sudah! Tante sama papa tidak perlu bertengkar. Aku tidak akan tinggal di rumah kalian. Mau anggap aku anak terbuang atau nggak, itu terserah tante. Yang penting, aku gak akan tinggal di rumah kalian."

"Oh, kamu mau buat keluarga ini malu dengan tinggal di rumah tua itu? Atau ... kamu mau menggagalkan pernikahan ini?" tanya Sarah dengan nada kesal.

"Ma, kamu ngomong apa sih? Jangan bicara kasar seperti itu pada Chacha."

"Lalu, aku harus bicara seperti apa biar anak kamu ini mengerti, hah!"

"Sudah-sudah, kalian jangan bertengkar. Aku akan ikuti apa yang tante katakan."

"Bagus," ucap mama singkat. Sedangkan papa hanya terdiam saja.

______

Chacha tidak diizinkan membawa bajunya ke rumah. Ia diberikan baju bekas milik Keke. Baju yang sudah tidak Keke pakai lagi.

"Kita belikan saja Chacha baju baru, Ma," kata papa.

"Tidak perlu. Baju bekas Keke masih bisa dia pakai."

"Kamu ini gimana sih, Ma."

"Mama benar lho, Pa. Baju bekas aku masih sangat bagus untuk Chacha. Gak perlu beli yang baru, itu akan mubazir aja," kata Keke ikut bicara.

"Keke!" Papa bicara dengan nada tinggi.

"Kak Keke benar, Pa. Nggak perlu beli baju baru, baju ini masih sangat bagus kok." Chacha menjadi penengah.

"Itu tahu," ucap Keke.

"Cha .... "

"Udah, Pa. Chacha gak mau papa beli baju baru. Bajunya kak Keke banyak dan juga masih sangat bagus-bagus lagi. Buat apa papa beli baju baru, nanti mubazir aja," kata Chacha memotong perkataan papanya dengan cepat.

"Papa aja yang lebai. Mau beli baju baru segala," kata Keke kesal.

"Udah, Ke. Ayo kita kembali ke kamar," kata mama.

"Kamu, beresin ini baju-bajunya. Masukin tuh ke dalam lemari. Lakukan sendiri, jangan minta bantuan bibi," kata mama pada Chacha.

"Iya tante."

"Oh, satu hal lagi. Mulai sekarang, kamu panggil aku mama. Terutama jika ada keluarga Hutama di sini. Jika enggak, sebaiknya gak perlu panggil aku mama. Tapi ingat, jika ada keluarga Hutama, jangan sampai kecoplosan manggil aku tante. Awas kamu!"

"Iya, tante." Chacha berusaha kuat dan tegar, seperti tidak ada beban. Tapi sebenarnya, ia sangat tersiksa sekarang.