Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 : 24 Jam
"Davis?" Glen terlihat kaget mendengar nama itu.
Kirana mengangguk semangat dengan senyum yang menawan. Sedangkan Glen? Dia menelisik bodyguard sepupunya itu dari atas ke bawah, lalu ke atas kembali. Dia merasa tidak asing dengan perawakan pria itu. Glen merasa memiliki kenalan juga bernama Davis dan juga tinggi besar seperti pria di hadapannya itu.
Akan tetapi, kenalannya bernama Davis merupakan CEO perusahaan Khiel's Company yang bergerak di bidang food and technology, yang perusahaannya sedang melakukan tender dengan Gautama's Group. Glen yang bertanggung jawab akan proyek baru ini.
Sebenarnya Glen tidak salah mengira. Davis yang bermasker hitam yang berdiri dihadapannya itu memang Davis yang dia kenal. Sejak mendapatkan laporan dari Jojo waktu itu, dia yang langsung turun tangan menjadi bodyguard utama untuk Kirana.
Entah apa tujuannya? Apakah ada misi terselubung?
...****************...
Apakah setelah ada bodyguard, Kirana akan terbebas dari teror ancaman? Oh tentu saja tidak!
Pesan-pesan ancaman itu tetap ada, tetapi tidak sesering sebelumnya. Kirana anggap, pengirim hanya iseng aja sekarang. Dia pun terlihat tidak terpengaruh oleh apa yang sedang mengancam keselamatan dirinya.
Apalagi, sejak ada 3 bodyguard yang ada disekelilingnya, membuat dia semakin merasa aman dan tenang. Ternyata kebebasannya pun tidak berubah. Malah sekarang ada orang-orang yang menemani kegabutannya selama 7 hari 24 jam.
Seperti sekarang ini, selama seminggu Kirana syuting iklan di Jakarta, dia tidak merasakan kesepian. Saki, bodyguard wanita yang menjaganya ternyata satu frekuensi dengannya. Begitu juga dengan Berto, yang perawakannya setengah bule. Kirana sedikit iba dengan pria yang lebih muda 4 tahun darinya itu. Berto sepertinya anak yang tidak diharapkan. Dia hanya ingat jika dia dibesarkan di panti asuhan. Mungkin, salah satu dari kedua orang tuanya adalah orang asing.
Yang sejak awal tidak bisa dia dekati adalah Davis. Kirana merasa Davis terlalu kaku dan terlalu memberi jarak padanya. Padahal Kirana tipe orang yang mudah bergaul dan akrab dengan siapa saja. MBTI nya adalan ENFP. Entah kenapa dengan Davis, dia belum bisa akrab. Hal itu membuatnya penasaran dan ingin mencari tahu agar bisa akrab dengan bodyguardnya yang mirip kanebo kering tersebut. Oh ya, semua bodyguardnya berusia beberapa tahun di bawahnya.
Apalagi sejak awal bertemu hingga detik ini, Davis selalu menutup wajahnya. Kacamata dan masker hitam selalu menempel wajahnya. Kirana sempat meminta Davis untuk melepasnya, tetapi Davis menolaknya. Dia beralasan jika wajahnya sangat menyeramkan karena pernah terluka. Davis membujuk Kirana yang memaksa dengan berdalih tidak ingin Kirana terkejut saat melihat wajahnya.
Apakah Kirana percaya? Oh, jelas tidak!
Kirana bukan anak kecil yang percaya begitu saja dengan alasan konyol Davis. Dia pun semakin penasaran dan ingin melihat wajah asli Davis.
Hari ini hari terakhir syuting. Waktu sudah menunjukkan jam empat sore, dan mereka masih di lokasi syuting yang ada di butik milik sang desainer yang berada di kawasan perkantoran elit Jakarta, yaitu SCBD. Sebelumnya, butiknya itu berada di dalam mall yang ada di kawasan tersebut, tetapi sekarang sudah bisa memiliki gedung sendiri dan masih berada di kawasan yang sama.
"CUT!"
Akhirnya selesai juga kerjaan Kirana, setelah sutradara berteriak demikian. Saki dengan sigap menghampiri Kirana dan membantu nona mudanya tersebut. Kirana memang tidak memiliki asisten khusus sebelumnya. Biasanya ada tim dari agensi yang membantunya untuk membantunya dalam segela hal yang berhubungan dengan perkerjaannya.
Akan tetapi, semenjak dia memiliki bodyguard, Saki lah yang mengurus semua keperluan yang dibutuhkan Kirana. Agensi pun tidak bisa protes, karena mereka diberitahu alasan Kirana memperkerjakan bodyguard. Apalagi sampai tiga sekaligus.
"Sayang." Sapa desainer yang memakai Kirana menjadi bintang iklan produknya.
"Tante Keira." Kirana senang sekali bisa bertemu dengan sang desainer yang juga tantenya tersebut.
Keira adalah sepupu dari Alister. Keira merupakan saudara kandung dari papinya Glen. Keira sudah menikah dengan dosen musik yang masih aktif mengajar di kampus kesenian yang ada di Jakarta. Keira juga memiliki anak yang bernama Tria Daniswara dan Tere Daniswara. Keduanya kembar dan beda lima tahun dari Kirana.
"Yuk, makan malam sama keluarga Tante ya." Ajak Keira pada keponakannya yang cantik jelita tersebut.
Kirana pun akhirnya setuju dan mengajak ketiga bodyguardnya ikut makan malam bersama keluarga kecil tantenya itu. Dia juga bertemu adik-adik sepupunya yang sedang sibuk-sibuknya di perusahaan. Keduanya, bekerja di anak perusahaan milik keluarga Gautama.
Malamnya, Kirana yang belum bisa tidur, memilih ke dapur, Rumah utama yang besar dan gelap, tidak membuatnya takut berjalan sendiri. Perutnya sangat begah karena tamu bulanannya kemungkinan akan datang dalam waktu dekat. Air jahe hangat, sepertinya sangat Kirana butuhkan.
Tak!
Bunyi kompor dinyalakan terdengar di dalam dapur bersih yang ada di rumah itu. Lalu, Kirana dengan cepat mengambil cangkir dan serbuk jahe yang memang sudah ada di dalam toples kaca untuk tinggal seduh. Oma buyutnya yang bernama Kamila memang sangat menyukai jahe hangat, dan rempah-rempah lainnya. Pola hidupnya juga sangat sehat. Itulah mengapa oma opa buyutnya berumur panjang dan masih bisa melihatnya tumbuh besar sampai sekarang.
Saking fokusnya sibuk di dapur, Kirana tidak tahu jika sedari tadi ada sepasang mata elang yang terus mengintainya dibalik kacamata hitam yang terus bertengger di atas hidungnya tersebut. Setiap gerakan Kirana, tidak luput dari pantauannya. Bahkan perlahan, pemilik mata itu berjalan mendekat, hingga-
"AAARGGGGHHHMMMMMPPFFFT-"
Kirana berteriak saat berbalik dan menyadari seseorang ada di dekatnya. Mulutnya pun dibekap tidak kencang, oleh orang tersebut. Kirana pun menyadari jika orang itu adalah Davis.
Davis memang belum tidur saat Kirana mulai membuka pintu kamarnya. Davis berjaga di sekitar kamar yang ditempati oleh Kirana.
Pria itu meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri. Mengisyaratkan jika Kirana tidak boleh berisik. Kirana pun mengangguk patuh. Meskipun dia masih syok sekali.
Perlahan Davis melepaskan tangannya yang sempat menyentuh bibir Kirana. Senyumnya terbit, tetapi Kirana tidak tahu, karena senyum itu tertutup oleh masker.
Davis membantu menuang air mendidih yang sudah direbus Kirana tadi, ke cangkir berisi serbuk jahe. Lalu meletakkan di meja yang ada di tengah dapur.
"Terima kasih."
Davis hanya mengangguk.
"Kenapa kamu ada di sini?" Tanya Kirana saat mulai tenang. Dia pun duduk, lalu mengaduk cangkir yang berisi air seduhan jahe tersebut.
"Saya menjaga anda." Jawab Davis yang tetap berdiri di samping Kirana.
Kirana sambil manyun, mengangkat kepalanya ke atas agar bisa menatap Davis. Dia ingin membalas jawaban Davis, tetapi seketika dia malah terdiam. Jantungnya berdetak kencang disaat kedua tatapan mereka saling bertemu.
Darah seakan mengalir ke wajahnya, hingga membuat pipinya memerah. Hawa panas pun terasa. Rasanya, Kirana tidak pernah merasakan ini sebelumnya saat menatap lawan bicaranya.
"Ehem."
Dehaman Davis membuat Kirana tersadar. Gadis itu langsung memalingkan wajah. Dia terlihat salah tingkah. Wajahnya semakin memerah, dan rasanya sangat malu sekali. Ingin kabur, tetapi tubuhnya malah tidak bergerak.
Keduanya lalu diam. Kirana terus menikmati jahe hangatnya dan juga debaran keras yang ada di dadanya.
Rasa apa ini? Apakah dia tertarik pada Davis? Apakah ini yang namanya jatuh cinta?
Kirana menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Pikirannya sudah kemana-mana.
"Nona kenapa? Apa ada sesuatu? Apa kepala nona sakit?" Tanya Davis yang terdengar cemas.
Kirana semakin dibuat salah tingkah. "Tidak, aku tidak apa-apa." Elaknya. Perasaannya sungguh aneh.
"Apa kamu tidak capek berdiri terus? Duduklah di sini." Pinta Kirana sambil menepuk kursi kosong yang ada di sampingnya. Dia mencoba menteralisir perasaannya yang acak adut itu.
"Saya tidak capek, Nona." Ucapnya tegas.
Kirana memutar bola matanya merasa jengah. Dia pun menarik dengan sekuat tenaga tangan Davis dan memaksanya duduk di sampingnya. Entah keberanian atau hanya untuk memastikan, tiba-tiba kepala Kirana menyandar di bahu lebar bodyguardnya itu. Jantungnya semakin berdetak kencang.
Davis pun sebenarnya tidak kalah salah tingkah. Jantungnya juga tidak aman. Cuma, ekspresinya yang kaku itu, membuat siapa pun tidak menyadarinya.
Lalu, apa iya Kirana mulai naksir bodyguard nya sendiri?
***