NovelToon NovelToon
Cinta Sabrina

Cinta Sabrina

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Mengubah Takdir / trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: cacasakura

"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"

Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.

Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 04

“Astaghfirullah hal adzim...” Andhini sangat terkejut saat melihat sekujur tubuh Sabrina penuh dengan luka lebam.

Ada luka lebam yang sudah lama dan ada yang baru, bekas cubitan dan luka bakar di punggungnya yang sudah sembuh tapi masih meninggalkan bekas.

“Sabrina sayang, apa...apa...yang terjadi padamu. Dari mana luka-luka ini”

Sabrina hanya diam menunduk,

“Apakah papa dan mama mu yang melakukannya?”

Sabrina mengangkat kepalanya, untuk pertama kali Andhini terpana saat melihat mata indah jernih dan indah milik Sabrina. Mata yang sama dengan milik ibunya, kakak Andhini

Mbak Rianti....

Andhini membawa Sabrina ke kamar mandi dan memandikannya hingga bersih. Rambutnya yang panjang dan tidak terawat di sampoonya hingga bersih.

20 menit sudah berlalu, kulit asli sabrina dan wajahnya yang manis kini kembali. Sabrina terus menunduk dan sama sekali tidak menatap tantenya.

“Sabrina sayang, rambutnya tante sisir ya” dengan lembut Andhini menyisir rambut sabrina. Air mata menetes dari matanya saat melihat bekas luka yang di alami gadis kecil yang terus menerus menundukkan kepalanya.

Sabrina hanya menunduk, dia tidak berani untuk menatap siapapun. Andini menyeka air matanya yang masih saja mengalir.

Begitu berat kamu menjalani hidupmu nduk. Jika ibumu masih hidup kehidupanmu kan lebih baik lagi, aku tidak pernah menyangka jika mas Arman akan se tega itu terhadap darah dagingnya sediri guman Andhini dalam hati.

Setelah semuanya beres, andhini menyuapi Sabrina makanan yang baru saja di beli Wiyasa yang baru pulang dari musholla.

“Dek, sebentar lagi jadwal kereta kita. Sebaiknya sekarang kita berangkat ke stasiun biar tidak terkena macet” Wiyasa merapikan semua barang bawaan mereka.

“Mas” Andhini menatap wiyasa,

“Kenapa dek?” wiyasa menghampiri Andhini.

Andhini meletakkan makanan Sabrina ke atas meja yang tersedia.

“Sebaiknya kita bicara di luar mas” ajak Andhini keluar dari kamar penginapan.

“Ada apa dek? Kenapa sepertinya ini serius?”

“Mas, tadi sewaktu aku memandikan Sabrina sekujur tubuhnya penuh dengan luka lebam. Dan di punggung sebelah kanan atas ada luka bakar, mas Arman sudah sangat keterlaluan mas. Dengan siksaan seperti itu untuk gadis sekecil Sabrina bisa meninggal mas, kita laporkan saja hal ini pada pihak berwajib mas” jelas Andhini, tanpa mereka sadari Sabrina mendengar pembicaraan mereka di balik pintu. Dia duduk kembali ke tempat duduk dengan tetesan cairan bening di kedua matanya.

“Benarkah dek? Ini sangat keterlaluan, mas akan ke kantor polisi sekarang” wiyasa kembali masuk dalam kamar untuk mengambil jaketnya. Andhini mengikuti suaminya, tangan mungil Sabrina memegang tangan Wiyasa.

Wajah yang selalu menunduk itu perlahan lahan di angkatnya. Menampilkan wajah cantik bak boneka dengan mata indah telah di hiasi untaian air bening yang menetes. Andhini mendekati Sabrina,

“Sayang kamu kenapa nduk? Kenapa kamu nangis sayang?” tanya Andhini khawatir.

Sabrina masih diam menatap mata Wiyasa seolah menyampaikan apa yang di rasakannya pada Wiyasa.

“paman...” Sabrina menatap manik mata Wiyasa, dia lalu duduk di tempat tidur.

“Ada apa nduk?” tanya Wiyasa

“paman... Sabrina mohon, jangan laporkan papa pada polisi. Sabrina sayang papa, semua ini hukuman untuk Sabrina karena sabrina nakal dan terus menerus gangguin papa” kata Sabrina dengan linangan air mata,

Ya Allah sungguh malang ponakanku, di tinggal oleh ibunya untuk selama-lamanya, di siksa dan di buang oleh ayah kandungnya. Tapi dia masih membela ayah kandungnya, sungguh mulia hatimu nduk kata Andhini dalam hati, tetesan air mata dari mata indah dan jernih dari Sabrina membuat Wiyasa membatalkan niatnya ke kantor polisi.

Wiyasa menghela nafas berat, ingin sekali rasanya dia menuruti keinginannya untuk melaporkan Arman ke kepolisian, saat melihat mata indah Sabrina dengan linangan air mata membuatnya tidak tega.

“Dek, kemasi barang-barang kita. Hari ini kita berangkat balik ke Surakarta sekarang” perinta Wiyasa pada Andhini.

Andhini membelai lembut kepala Sabrina lalu menyeka air mata dari gadis kecil itu.

“Baiklah mas, Andhini akan mulai berkemas” andhini mulai memasukkan pakaian dan barang-barang milik mereka ke dalam tas.

Wiyasa memanggil taksi untuk mengantar mereka ke stasiun Gambir.

Andhini menggandeng tangan Sabrina dan menaiki taksi yang sudah menunggu di pelataran tempat penginapan.

Taksi itu berangkat menuju stasiun Gambir dengan kecepatan sedang. Sabrina menatap pemandangan di luar jendela taksi, selama perjalanan tidak sepatah kata pun keluar dari Sabrina.

Sesampainya di stasiun Gambir, Sabrina memegang erat tangan Andhini. Wajahnya tampak ketakutan dan pucat pasi saat melihat keramaian di Stasiun. Badannya gemetaran, teringat dalam benak sabrina saat masih di rumah Arman bagaimana dia di hina dan di caci maki depan tamu. Tidak seorang pun yang menolongnya saat itu, mereka malah ikut mentertawakan Sabrina yang di jadikan mainan bagi saudara tirinya.

Sabrina di jadikan layaknya budak yang di kerja paksa dan di permalukan di hadapan semua tamu wiyasa. Badan Sabrina semakin gemetar, Andhini melihat ke arah Sabrina yang menggenggam erat tanganya.

“Ada apa sayang? Kenapa kamu...” perkataan Andhini terputus saat dia melihat raut wajah Sabrina sangat ketakutan. Wiyasa yang sedang membantu porter menyusun barang barang mereka di atas troli.

“Mas” panggil Andhini, Wiyasa mendekat ke arah Andhini dan Sabrina.

“ada apa dek?” tanya Wiyasa menghampiri Andhini yang sedang memeluk Sabrina untuk menenangkannya.

“Mas, sabrina” andhini melepaskan pekukannya agar Wiyasa bisa memeriksa Sabrina. Mata Wiyasa membuka lebar saat melihat kondisi Sabrina yang sangat ketakutan.

“Kenapa bisa begini dek?” tanya Wiyasa khawatir.

“Andhini juga nggak tau mas, sepertinya Sabrina takut dengan keramaian” kata Andhini

“ Traumanya begitu berat, mas takut jika nanti Sabrina depresi. Sesampainya kita di Surakarta mas akan membicarakan ini dengan teman mas” kata Wiyasa.

Wiyasa memeluk Sabrina agar tenang lalu menggendongnya untuk mendudukkannya di kursi yang tersedia pada peron stasiun.

“Sabrina, tenang...coba kamu tarik nafas dan buang perlahan-lahan. Ulangi terus ya nduk” Wiyasa dan Andhini terus menerus membantu menenangkan Sabrina.

Dengan kesabaran Wiyasa dan Andhini terus menerus menenangkan Sabrina hingga gadis kecil itu tenang.

Tidak lama Kereta menuju Surakarta akan berangkat, Wiyasa menggendong Sabrina untuk menaiki kereta di susul Andhini, setelah menemukan bangku mereka dan menyusun barang mereka yang di bantu oleh porter Wiyasa mengeluarkan uang puluhan ribu untuk membayar jasa porter.

Andhini duduk di samping Sabrina memeluknya memberikan kehangatan yang selama ini tidak pernah di dapatkan Sabrina.

Lambat laun mata Sabrina terasa berat, dia pun tertidur dalam dekapan hangat Andhini. Kereta mulai berjalan dengan kecepatan tinggi.

“Mas, Andhini benar-benar tidak habis pikir mengapa mas Arman begitu tega pada putri kandungnya sendiri”

“Mas juga tidak pernah menyangka, hati mas Arman sudah di kuasai dengan hawa nafsu dan keburukan. Semoga Allah membukakan pintu hatinya kelak”

Andhini menatap wajah Sabrina yang tertidur pulas,

“Mas, sebaiknya kita tidak usah saja mengadopsi anak mas”

“ kenapa dek? Bukankah kita sudah membicarakannya? Kenapa sekarang kamu tidak jadi mengadopsi anak?” tanya Wiyasa heran.

Sudah hampir 5 tahun pernikahan mereka, Andhini dan Wiyasa tidak dapat memiliki momongan karena rahim Andhini yang harus di angkat akibat tumor.

*************

terus dukung Author

dengan cara like, vote dan tipnya.....😊😊😊

jangan lupa juga kasih rate nya ya....😊😊😊

( Π_Π )

makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗

1
Mas Jono
sumpah,,,aku menangis membaca cerita ini,,,karena anak perempuan ku yang baru berusia 3 tahun juga bernama SABRINA,,,mudah mudahan,,,setelah bersama keluarga mendiang ibu nya,,,Sabrina senantiasa merasakan kebahagiaan,,,😭😭😭😭😭😭
Popy Nurasih
Luar biasa
Popy Nurasih
lucu gemesin
A4F6
terhura bjir
A4F6
pengen nangis baca ny
Haji Nani Hamka
😭🥲😭🥲
www.ok
hai
Tie Setia
baru kali ini baca novel dari bab 1 sampe tamat cm 30 mnit.
dri prtama episode dah muter kyk gangsing,langsung baca episode 100,aneh..
episode trakhir,tmbah aneh😂😂😂
Tie Setia
baru kali ini baca novel,aneh begini😂😂
untung bacanya lewat².dah muter dri prtama,bnyak kejanggalan,jdi d loncatin bacanya,lieur
Sarita
entar araf nikah sama Eliana .lengkap sudah keluarganya
Sarita
emang cerita ini bikin bingung .dari awal tidak di jelaskan kalo Nicolas masih hidup
Capricorn 🦄
keren
Sarita
bima sama KK-nya terus Raka sama adiknya .konsepnya gimana Thor .terus Sabrina sama Raka kapan berjodohnya ?
Sarita
kasihan banget kamu Sabrina .kebahagiaan mu hanya sesaat
Sarita
musnah sudah keluarga bejat ini
Sarita
lagian mau nikahin aja lelet banget .makanya keduluan orang lain raka
Sarita
Adelia hamil sama bapaknya sendiri 🤣🤣🤣🤣
Sarita
mungkin Adelia itu anaknya Roy ya ??
ENDAH_SULIS
smpe sini aku masih berharap Nicola masih hidup 😭
ENDAH_SULIS
bunyi a🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!