Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Di markas Ken sedang duduk di dalam ruangannya. Ia sedang menonton video rekaman yang di kirimkan oleh Bara. Bara adalah anak buah bayangan Ken, yang ditugaskan ken untuk menjaga dan mengawasi Lea.
Senyum tipis tiba-tiba tersungging di sudut bibirnya, saat melihat Lea melompat pagar dan tertangkap basah sama pak Hasan, apa lagi ia dapat mendengar dengan jelas pembicaraan Lea dan pak Hasan.
"Kau sangat nakal baby!" gumamnya pelan.
Namun, senyumnya sirna. Wajahnya menggelap saat seorang pemuda tampan, berpakaian seragam sekolah, muncul di samping Lea.
"Sial, siapa pemuda itu? Beraninya mendekati gadisku!" Geram Ken. Ia mematikan video dan menghubungi Bara.
"Informasi lengkap tentang pemuda itu. Segera!"
***
Bel berbunyi tanda pergantian pelajaran. Lea menyambar tasnya dan bergegas cepat ke kelas, meninggalkan Bima begitu saja.
Brak!
Tasnya mendarat sempurna di atas meja, membuat Sesil tersentak kaget.
"Eh, Asu! Siapa sih?!" seru Sesil kesal sekaligus terkejut.
Lea langsung duduk di kursinya tanpa rasa bersalah.
"Lea! Lo telat lagi! Kirain Lo nggak masuk hari ini!" seru Sesil.
"Hm ..." jawab Lea singkat.
"Lo manjat tembok lagi, terus ketahuan Pak Kumis, dan dihukum?" tebak Sesil. Yang begitu hafal dengan drama Lea setiap hari.
"Ya, apa lagi coba? Kesal banget gue, pagi-pagi udah dijemur! Sama pak Hasan" gerutu Lea.
"Lo sih! Bukannya Lo bilang udah diusir dari keluarga Hermawan?" heran Sesil.
Sesil, sahabat Lea, adalah satu-satunya tempat curhatnya. Mereka punya kepribadian yang mirip, sama-sama bar-bar tapi Sesil lebih humoris.
Sedangkan Lea, terlihat penurut di depan keluarga Hermawan, tapi bar-bar di luar. Itu semua ia lakukan karena menghormati keluarga itu, dan juga karena ia tahu diri yang hanya anak pungut di keluarga itu.
"Gue semalam telat tidur. Ken ngajak gue ke mansion keluarganya," jujur Lea, menyembunyikan alasan sebenarnya.
"Wah, jangan-jangan ... Ken suka sama Lo?" tanya Sesil antusias.
"Jangan bicara omong kosong, Sel! Emang gue siapa?" tepis Lea.
"Lo lupa diri? Biar gue bantu ingatkan. Alea Permata Samudra, cewek tercantik, jenius, tangguh, ya... kadang bar-bar. Tapi Lo menarik, Lea!" seru Sesil setengah pujian dan sedikit kejelekan Lea.
"Gue gak merasa begitu, gue juga gak menggarap apapun dari Ken, dia mau menampung gue aja gue udah bersyukur." Jawab Lea datar.
"Lo mah, selalu merendah." Kesal Sesil.
"Sekali ...."
Tiba-tiba guru masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi anak-anak." Ucapnya dengan semangat.
"Pagi Bu." Jawab semua murid dengan serentak.
"Sesuai kesepakatan kita pada pertemuan sebelumnya, kita akan melakukan ulangan matematika hari ini."
Lea dan Sesil langsung menghentikan obrolan mereka lalu fokus mengerjakan soal yang di berikan sang guru. Suasana kelas langsung hening semua murid fokus sama tugasnya masing-masing.
Satu jam kemudian. Bel istirahat berbunyi. Lea dan Sesil keluar paling akhir, menghindari kerumunan. Karena mereka malas berdesak-desakan.
Kini Lea dan Sesil sudah berada di kantin sekolah. Ia memilih duduk di kursi paling pojok.
"Lea Lo mau pesan apa?" Tanya Sesil.
"Mie bakso, teh dingin dan jus alpukat aja." Jawab Lea.
"Ok." Jawab Sesil langsung memesan pesanan mereka.
Tak berapa lama Sesil sudah kembali dengan pesanan mereka di dalam nampan.
Namun tiba-tiba Bima, Raka, dan Riko, tiga pemuda tampan dan populer masuk kantin. Bima, dengan posturnya yang tinggi dan atletis, langsung menarik perhatian.
Lea dan Sesil tidak perlu repot-repot menoleh mereka sudah tahu siap yang datang.
Tanpa mempedulikan bisik-bisik tetangga ketiga pria tampan itu langsung menuju ke tampat dimana Lea berada.
"Lea, Bima dan teman-temannya ke sini?" Bisik Sesil.
"Hm .... " Balas Lea tanpa mengalihkan pandangannya dari mangkok bakso.
Bima dan kedua sahabatnya langsung duduk mengelilingi kedua gadis bar-bar itu. Dengan posisi Bima berada di samping Lea.
"Rik, pesan." Ucap Bima datar.
"Ok." Riko langsung bangkit memesan pesanan mereka.
"Lea, nanti pulang bareng gue!" Mulai Bima sambil menatap Lea penuh arti.
Lea menatap sekilas lalu kembali fokus pada makanannya.
"Gue pulang sendiri." Tolak Lea tegas tanpa ruang untuk negosiasi.
"Gue mau bicara." Lanjut Bima.
Lea tak menjawab, karena menurutnya memang tak penting.
Sesil dan Raka hanya menyimak kedua makhluk dingin yang sedang berbicara dengan bahasa singkat- singkat itu. Membuat isi kepala Sesil terasa berasap karena harus berpikir keras apa maksud dan tujuan dara kata-kata teka teki keduanya.
"huff ... kenapa sih hidup gue di kelilingi manusia dingin semua," gumam Sesil pelan. Tapi masih kedengaran sama Lea dan Bima. Keduanya langsung menatap Sesil dengan tajam.
Sesil hanya bisa nyengir sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.
Tak lama Riko datang membawa pesanan, Bima dan ketiganya akhirnya memutuskan untuk makan dulu.
Lea dan Sesil yang sudah selesai langsung cabut duluan dari kantin tanpa pamit.
Bima, hanya bisa pasrah melihat sikap acuh.Tanpa sepatah katapun ia melanjutkan makannya.
"Lea! Lo kenapa ketus banget sama Bima?!" Tanya Sesil setelah mereka sampai di kelas. Sesil heran sama sikap cuek Lea terhadap Bima padahal hampir seluruh siswi Adiaksa School mengidolakan Bima. Bahkan banyak di antara mereka yang terang-terangan menunjukkan rasa sukanya
"Udah, Sel, gue nggak mood bahas masalah gak penting" jawab Lea malas.
***
Bel pulang berbunyi. Tanda berakhirnya pembelajaran hari ini. Lea dengan santai memasukkan buku dan alat tulisnya kedalam tas.
"Lea lo pulang naik apa? Atau gue antarin aja," tawar Sesil.
"Nggak usah, Sel, rumah Lo beda arah. Gue naik Gojek aja," jawab Lea.
Sesil mengangguk. Keduanya melangkah keluar. Area parkir masih ramai. Lea melihat Ken bersandar di mobil mewahnya, mengenakan kacamata hitam, sambil memainkan ponselnya. Para siswi berbisik-bisik, terpukau oleh ketampanan Ken.
Bima muncul, mendekati Lea. Ia terlihat sedikit tegang.
"Ayo pulang," ajak Bima, tangannya meraih tangan Lea.
Ken, yang memperhatikan dari kejauhan, menyimpan ponselnya. Ia melepaskan kacamata hitamnya dan melangkah pasti ke arah Lea. Tatapannya dingin dan tajam, tertuju pada Bima yang masih menggenggam tangan Lea.
Sedangkan para siswi- siswi hampir lupa bernapas saat melihat sosok Ken yang sangat mirip dengan Oppa-Oppa di drama Korea yang sering mereka lihat di HP atau TV. Tapi ini versi nyata ada di hadapan mereka.
Bima tampak terkejut dan sedikit terintimidasi oleh tatapan Ken. Secara refleks, ia melepaskan tangan Lea. Tak perlu sepatah kata pun, kehadiran Ken sudah cukup menegaskan dominasinya.
Ken menarik tangan Lea dengan gerakan lembut namun tegas. Lea, tanpa perlawanan, ikut dengan Ken menuju mobil mewah itu. Sesil masih mematung di tempatnya, belum sempurna menyadari apa yang baru saja terjadi.
Bima menatap mereka dengan ekspresi marah dan kesal, menyaksikan mobil Ken melesat meninggalkan parkiran. Suasana parkiran yang tadi ramai tiba-tiba menjadi hening dan tegang.
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒