Awalnya Erina Jasmin di tuduh mencuri dompet milik pelanggan di kafe di mana dia bekerja. Dia di laporkan oleh manajer kafe dan di pecat oleh atasannya. Erina kesal karena di tuduh mencuri dompet milik pelanggan yang ternyata Erika Gladys perempuan pemilik dompet itu.
Alih-alih tidak di laporkan pada polisi, Erina di tawari sebuah kesepakatan untuk menjadi istri pengganti seorang kaya. Dia awalnya menolak, tapi karena Erika Gladys menawarkan uang banyak untuk membantunya membiayai ibunya dalam pengobatan di rumah sakit.
Karena wajah Erina Jasmin dan Erika Gladys sangatlah mirip bagai di pinang di belah dua. Maka misi yang di tugaskan Erika pada Erina pun di jalankan, menjadi seorang istri dari Kenzio Pahlevi Abraham. Lalu, apa intrik masalah yang akan di hadapi oleh Erina setelah menjadi istri pengganti Erika yang hidupnya memang untuk bersenang-senang saja dengan beberapa selingkuhannya.
Dan apakah Erina dan Erika sebenarnya saudara kembar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Masuk Rumah Sakit
Erina pulang dengan perasaan campur aduk, dia lelah dan sungguh ingin melepaskan semua beban di hatinya saat ini. Kejadian yang menimpanya siang tadi membuatnya benar-benar lelah pikirannya.
"Uhuk! uhuk! Erina, kamu sudah pulang?" tanya ibunya terbatuk-batuk.
Erina yang baru masuk ke dalam kamar bergegas keluar lagi, ibunya berdiri di depan pintu kamarnya dengan batuk yang tak berhenti.
"Iya Bu, aku pulang cepat," jawab Erina.
"Tumben kamu pulang cepat, biasanya pulang malam. Apa kamu ada urusan? Atau kamu di pecat?" tanya ibunya.
"Tidak bu, aku ambil cuti selama tiga hari kok," jawab Erina berbohong.
Dia tidak tega harus berkata jujur kalau sebenarnya dia di pecat dari pekerjaannya. Gadis itu menuntun ibunya untuk duduk di kursi, mengambilkan minum lalu di berikan pada ibunya.
"Kenapa kamu minta cuti?" tanya ibunya lagi.
"Aku ingin istirahat dulu Bu, lagi pula kasihan sama ibu selalu sendirian di rumah," jawab Erina lagi.
"Ibu tidak apa-apa kok, kalau kamu tidak kerja lalu bagaimana denganmu?"
"Aku masih kerja Bu, hanya cuti saja," kata Erina lagi meyakinkan ibunya dirinya tidak di pecat.
"Kalau kamu cuti, memangnya kamu mau apa di rumah?"
"Ya, kan istirahat selama cuti Bu. Cari kesenangan hobiku, membaca buku di toko buku atau memasak yang di sukai ibu. Berbelanja di pasar," ucap Erina lagi.
"Ya sudah terserah kamu. Ibu hanya tidak ingin kamu khawatirkan kesehatan ibu, ibu masih kuat dan bisa melakukan pekerjaan di rumah sendirian. Uhuk! Uhuk!"
"Ibu masih sakit, dua hari lagi jadwal ibu periksa ke dokter. Nanti aku antar ibu lebih pagi lagi," ucap Erina.
"Iya."
"Ibu sudah makan?"
"Belum, ini masih sore. Biasanya ibu makan setelah petang," ucap ibunya.
"Aku mau ke toko dulu sebentar Bu, mau beli mi instan. Aku pengen makan mie instan," kata Erina bangkit dari duduknya.
Tanpa menunggu persetujuan ibunya, gadis itu mengambil dompetnya dan segera keluar rumah untuk pergi ke warung tetangganya membeli sesuatu.
_
Erina berjalan pagi-pagi untuk berolah raga saja, sambil menghilangkan rasa penat pikirannya yang selama ini mengganggunya. Dia sudah mengirim CV lamaran pekerjaan di restoran atau kafe lain selain di kafe yang dulu dia bekerja. Tapi tidak ada satu pun yang menghubunginya, Jingga sudah tiga hari ini belum ada yang menghubunginya.
"Aku harus kerja di mana?" gumam Erina.
Langkahnya terus melangkah menyusuri jalanan gang komplek rumahnya, suasana pagi yang masih sepi sangat sejuk untuk jalan-jalan pagi hari.
Ketika menyusuri pertokoan dan juga beberapa usaha lainnya, dia melihat masih tutup.
"Apa aku melamar kerja di toko-toko saja ya? Lebih enak sepertinya, tidak ada pelanggan yang usil seperti di kafe," ucap Erina memandangi sebuah toko yang kebetulan sudah buka dan pelanggannya cukup ramai.
"Baiklah, nanti siang aku akan melamar kerja di toko itu, hanya untuk mengganti sementara pekerjaan yang belum ada," ucap Erina lagi.
Bergegas dia berjalan cepat lalu berlari untuk melanjutkan kegiatan paginya yang baru di mulai dua hari lalu. Setelah memikirkan semua yang akan dia lakukan siang nanti, berharap dia dapat pekerjaan di tempat lain yang di inginkan.
Hingga pukul delapan pagi, Erina baru kembali lagi setelah olah raga paginya. Dia langsung menuju dapur melihat ibunya sedang sibuk di dapur.
"Kenapa ibu di dapur?" tanya Erina.
"Ibu buatkan sarapan untuk kamu," jawab ibunya.
"Ibu tidak usah repot menyiapkan sarapan untukku, biar nanti aku buat sendiri sarapannya Bu," ucap Erina.
"Tidak apa, barangkali ini yang terakhir ibu membuat sarapan untuk kamu," ucap ibunya meletakkan nasi goreng buatannya untuk anaknya.
Tentu saja Erina heran dengan ucapan ibunya, dia duduk di kursi dengan melihat apa yang di lakukan ibunya.
"Ibu bicara apa? Ibu akan secepatnya sembuh dan akan menemaniku sampai aku punya suami dan anak," kata Erina.
"Kamu itu, cepat makan nasi gorengnya."
"Iya Bu. Terima kasih ya Bu, ibu repot-repot buatkan aku nasi goreng," ucap Erina.
Ibunya tersenyum dan hendak berbalik, tapi tiba-tiba tubuhnya lemas dan terjatuh pingsan. Erina menjerit kaget melihat ibunya jatuh pingsan.
"Ibu!" teriak Erina.
Dia bergegas menyambar ibunya sebelum jatuh ke lantai, tapi kepalanya sudah menyentuh lantai dan terbentur sedikit, Erina panik dan menangis melihat ibunya pingsan.
"Ibu kenapa pingsan," ucap Erina.
Dia segera membopong tubuh ibunya lalu membawanya ke dalam kamarnya. Di baringkan tubuh yang sudah kurus itu di atas ranjang, mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
Tuuut.
"Halo? Mang Eri, apa mamang bisa ke rumahmu?"
"Ada apa Erina?"
"Ibu pingsan mang, tolong saya membawa ibu ke rumah sakit."
"Iya baiklah, mamang segera kesana."
"Iya mang, aku tunggu ya."
Klik!
Erina menutup sambungan teleponnya dengan laki-laki bernama Erdi
Erina menangis melihat ibunya pingsan, wajah ibunya sangat pucat. Dia terisak memanggil ibunya beberapa kali, tak lama terdengar suara salam dari luar. Erina bergegas membuka pintu, tampak seorang laki-laki berdiri dan langsung masuk ke dalam rumah Erina.
"Kenapa bisa ibumu pingsan? Apa dia tidak di periksa kemarin?" tanya Erdi.
"Kemarin aku periksa ibu mang, kata dokter memang kondisi ibu turun drastis," jawab Erina.
"Ya sudah, ayo kita bawa ibumu ke rumah sakit. Mamang sudah meminjam mobil untuk membawa ibumu ke rumah sakit," ucap Erdi.
"Iya mang."
Mereka membopong tubuh ibunya Erina lalu membawanya ke dalam mobil, Erina langsung mengunci rumah dan segera masuk ke dalam mobil.
"Rumah sakit terdekat saja mang, biar enak bolak balik pulang ke rumah," kata Erina.
"Iya."
Mobil melaju cepat menuju rumah sakit, sepanjang jalan Erina berdoa agar ibunya baik-baik saja meski memang penyakitnya semakin meluas di tubuhnya. Seharusnya memang di operasi, tapi karena tidak mencukupi biayanya jadi selalu di tunda dan hanya meminum obat sebagai pencegah penyakit menyebar.
_
_
*****
bagaimana kl mereka jatuh hati...
sampai kapan bs menghindar dr hubungan suami istri?
ato Nadia?