Mengangkat derajat seseorang, dan menjadikanya suami, tidak menjamin Bunga akan di hargai.
Rangga, suami dari Bunga, merupakan anak dari sopir, yang bekerja di rumah orang tua angkatnya.
Dan kini, setelah hubungan rumah tangga mereka memasuki tujuh tahun, Rangga memutuskan untuk menceraikan Bunga, dengan alasan rindu akan tangisan seorang anak.
Tak hanya itu, tepat satu bulan, perceraian itu terjadi. Bunga mulai di teror dengan fitnat-fitnah kejam di balik alasan kenapa dia di ceraikan ...
Bagi kalian yang penasaran, yuk, ikuti kisah Bunga dan Rangga ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Andrian dan Vivi yang sejak tadi memantau di cctv, bergegas ke kamar Bunga.
Mereka gak mau, jika pertemuan pertama kali Bunga dan keluarga kandungnya malah menjadi luka, ataupun trauma untuk anak mereka.
"Bunga, tenang sayang, tenang ..." Vivi yang menerobos masuk ke kamar Bunga, langsung memeluk putrinya, yang tubuhnya tengah bergetar.
Tangis Bunga langsung pecah, di pelukan Vivi.
Sama halnya dengan Bambang, dan juga Deni. Mereka juga sama-sama menangis melihat betapa rapuhnya Bunga.
Dan disini lah, mereka semua. Di sudut ruangan, duduk lesehan dengan pemandangan hiruk-pikuk dunia luar.
"Nak, berulang kali mama dan papa katakan, kamu itu tidak di buang," ujar Vivi seraya mengelus punggung Bunga, yang masih bersandar padanya.
Tapi Bunga tidak menghiraukannya. Karena jika tidak di buang, maka dia pasti tidak berada di tangan mama dan papanya.
"Izinkan aku bercerita yang sebenarnya. Karena, walaupun pahit, kebenaran harus di ungkapkan," Bambang buka suara dengan getir.
Getir, karena sampai sekarang Bunga masih enggan di sentuhnya.
Bambang mulai menceritakan bagaimana kisah hidupnya bersama dengan almarhumah istri dan ketiga anaknya menjalani hidup, yang serba kekurangan.
Awalnya, mereka memang merasa memiliki tiga anak sudah cukup. Akan tetapi, apa mau dikata. Istrinya memiliki rahim yang begitu amat subur. Dia kebobolan di dalam iud. Dan kata dokter, iud yang di pasangnya bergeser.
Maka dari itu, Reni kebobolan hamil lagi.
Tapi, walaupun begitu. Keduanya menyambut kehamilan itu dengan bahagia. Tak terbesit sedikit pun, untuk menggugurkannya.
Dan lagi-lagi Bambang semakin giat bekerja. Dia mulai mengumpulkan barang-barang bekas dengan lebih bersemangat. Karena dia gak mau Reni kembali menahan lapar, disaat-saat tubuhnya butuh nutrisi lebih.
Sampai akhirnya, hari yang di nanti-nantikan tiba. Reni ingin melahirkan. Dan mereka pergi ke rumah sakit yang jaraknya hampir sepuluh km dari rumah mereka.
Namun siapa sangka, di tengah jalan sepeda motor mereka mogok. Dan di saat itulah ia bertemu dengan Andrian dan juga Vivi.
Bambang terus melanjutkan ceritanya, hingga alasan kenapa dia sampai di serahkan pada Andrian dan Vivi.
"Ja-jadi, kalian menjualku? Kalian menjualku?" Bunga menatap dua orang lelaki di depannya dengan tatapan tak percaya.
Dan kini, pengakuan dari mulut ayahnya membuat Bunga kecewa. Dia sungguh teramat kecewa.
"Maafkan ayah nak, maafkan keegoisan ayah. Tapi, ayah merasa lega, setidaknya kamu dijaga dengan baik oleh mereka. Ayah gak bisa bayangkan jika kamu berada ditanga kami," ungkap Bambang, berharap Bunga memberinya sedikit rasa simpati.
"Sejak aku lulus sma, aku memilih merantau ke berbagai kota. Aku berharap bisa bertemu dengamu, tapi usahaku, tak pernah berhasil. Aku gak tahu, kamu ada dimana," tambah Deni, agar Bunga tahu, betapa ia merasa kehilangan.
"Bisa tinggalkan kami berdua? Biar aku bicara dengannya," pinta Vivi, melihat betapa terpuruknya Bunga.
Andrian langsung mengajak Bambang dan Deni, untuk menjauh. Mereka memilih duduk di sofa, yang di batasi sekat di tengah-tengahnya.
Baru saja duduk, seorang pelayan dari hotel membawakan suguhan yang di pesan oleh Andrian.
Dan sekarang mereka semua berharap jika Vivi mampu menenangkan Bunga.
Beberapa saat kemudian, benar saja Bunga kembali mendatangi mereka yang duduk diam di sofa.
"Bisakan, anda menjadi wali nikah untukku besok?" tanya Bunga, tanpa menatap mata Bambang.
"Bisa, ayah pasti akan menjadi walimu. Karena ini sebagai tanggung-jawab ayah, sebagai orang tua mu," ujar Bambang, menatap Bunga.
"Kami disini, kedua kakakmu yang lainnya juga disini. Dan besok, kami akan menantimu disini, menemanimu, di hari bahagia mu," tambah Deni.
Bunga pamit masuk ke kamar. Dia berdalih butuh istirahat. Karena besok, dia harus bangun pagi untuk melakukan make-up nikah.
Dan sekarang, Andrian mengajak Bambang dan Deni untuk ke ballroom hotel.
Disana, mereka akan berbicara tentang apa yang harus di lakukan Bambang keesokan harinya.
"Mbak, tolong untuk keluarga inti, siapkan meja di depan ya," pinta Vivi pada wo yang masih mengatur beberapa perintilan-perintilan kecil, agar terlihat sempurna.
"Baik, bisa minta namanya? Karena nanti disetiap meja, akan kami berikan namanya, supaya tamu gak kebingungan," tanya perempuan muda itu dengan ramah.
Deni langsung memberikan beberapa nama. Dan dia meminta meja yang berdekatan dengan semua keluarganya.
...****************...
"Sah ,,," gema yang terdengar di seluruh ruangan.
Mereka memutuskan untuk menikah secara privat di sebuah ruangan.
Bukan tanpa alasan Andrian meminta hal itu. Dia hanya gak mau, status tentang Bunga di ketahui oleh khalayak ramai.
Disana, di ruangan itu hanya di hadiri oleh beberapa keluarga ini dari pihak istri dan juga pihak suami.
Begitu acaranya selesai. Kedua pengantin, akan berfoto dengan keluarga sebagai kenang-kenangan.
Baru setelahnya, mereka kembali di make-up sesuai tema untuk bertemu dengan para undangan. Ataupun, berdiri di atas pelamin.
Kembali Bambang, di ajak oleh Andrian untuk ke ballroom hotel. Disana, beberapa tamu undangan sudah berdatangan.
Setelah pengantin siap. Kini, Bunga kembali di gandeng oleh Rangga untuk masuk, menuju pelaminan.
Para undangan bertepuk tangan kala melihat sepasang pengantin, yang saling bergandengan.
Bisik-bisik kagum terdengar dari para undangan sekalian. Dan diantara itu, Bambang dan ketiga anaknya menangis haru.
Anak yang tidak di besarkan sudah menemukan pelabuhan tempat ia bersandar.
"Cantik sih, tapi sedikit sombong," bisik kakak Bambang pada anaknya.
Sang anak malah tidak menanggapi ibunya. Karena ia menempatkan dirinya pada posisi Bunga. Mungkin, dia juga akan melakukan hal sama. Bahkan lebih parah.
Para tamu mulai mengambil beberapa jenis makanan yang disediakan. Andrian, memesan hampir seluruh jajanan-jajanan tradisional. Tak hanya itu, dia juga memesan aneka bakso. Karena itu merupakan makanan favorit anaknya.
Bambang sendiri, dia masih fokus menatap Bunga. Pandangannya tak mampu teralihkan pada apapun yang ada di sekelilingnya.
"Senyum kalian sama, kamu memang seperti Reni." batin Bambang menatap Bunga tulus.
Beberapa jam telah berlalu, kini pengantin sudah berada di kamar yang telah di sediakan oleh pihak hotel.
Kamar khusus untuk pengantin baru.
"Terima kasih, karena telah menerima ku, untuk menjadi pendamping mu," ujar Rangga, seraya membantu Bunga melepaskan perintilan yang ada di kepalanya. "Boleh aku tahu, kenapa kamu menerimaku? Padahal, jika secara ekonomi, aku jauh di bawahmu," lanjut Rangga.
"Karena kamu, satu-satunya lelaki yang tau aku bukan anak kandung mama dan papa. Tapi, kamu masih disini, bersamaku, menggenggam tanganku," sahut Bunga lirih.
Iya, Rangga tahu jika ia merupakan anak angkat dari Andrian dan Vivi.
Karena saat itu, Rangga tak sengaja mendengar obrolan ayahnya dengan emaknya.
"Bagaimana kamu tahu? Kalo aku tahu?"
"Ayahmu tahukan? Dan aku yakin, dia pasti cerita sama kamu, tentang asal-usul ku," sahut Bunga.
"Ayah tak pernah cerita, aku lah, yang tak sengaja pernah mendengarnya," ralat Rangga.
semoga bahagia buat Arlan sama bunga,,,
semoga Cpet² dikasih momongan ya, biar PD mingkem tuh para org² julidnya,,, 🙏🙏🙏🤭
𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒎𝒂𝒘𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒌𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒎, 𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒋𝒆𝒋𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒋𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒄𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊.✿⚈‿‿⚈✿