Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.
Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlatih bela diri
Keesokan harinya, Julianne mengantar Calista ke tempat latihan. Sampai disana, ia memanggil seorang bawahannya, Finnick. Pria gagah berbadan besar itu adalah salah satu pelatih dalam guild ini yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun.
“Finnick aku ingin kau melatih anak ini sampai dia layak menjadi bagian dari guild Mortalis,” ujar Julianne sembari memegang salah satu pundak Calista.
Finnick terlihat terkejut dengan ucapan Julianne, bagaimana mungkin ia disuruh melatih gadis kecil yang lemah itu, “Tapi, dia masih kecil, dan juga seorang perempuan,” timpal Finnick menatap Calista tidak suka.
“Walaupun hanya gadis kecil, guild ini terbuka untuk semua orang. Aku yakin kemampuannya akan berkembang ditanganmu,” ucap Julianne.
Finnick menghembuskan nafas pendek, “Baik, saya akan mulai melatihnya,” timpal Finnick dengan terpaksa menyetujui Calista menjadi muridnya.
Setelah mendapat persetujuan Finnick, Julianne melangkah pergi, meninggalkan Calista di tempat latihan.
“Paman, apa aku sekarang boleh memanggilmu guru?” tanya Calista dengan wajah senang.
“Terserah kau saja,” ucap Finnick acuh tak acuh. Pria itu melangkah pergi diikuti Calista. Walaupun Finnick terlihat tidak menyukainya, kemampuan bela diri pria itu tidak diragukan lagi, punya guru dengan kemampuan bagus adalah kesempatan bagus bagi Calista.
Selama seminggu, Calista berlatih dengan Finnick, namun saat tengah berlari mengelilingi tempat latihan ini, ia terlihat kesal. Selama satu minggu ini, ia hanya disuruh berlari mengelilingi tempat latihan, kadang juga disuruh untuk berdiri dengan satu kaki.
“Guru, aku ingin berlatih bela diri, kenapa guru selalu menyuruhku berlari dan berdiri dengan satu kaki? Apa guru sedang menghukum ku?” protes Calista pada Finnick yang tengah berlatih memanah.
“Dalam ilmu bela diri, keseimbangan dan kecepatan sangat penting, dan saat ini kecepatan larimu masih sangat kurang. Kau tidak boleh latihan sebelum kecepatan mu bertambah,” timpal Finnick melanjutkan latihannya, tanpa menatap orang yang ia ajak bicara.
“Tapi ini sudah sau minggu. Aku tau guru tidak suka dengan ku, tapi seharusnya guru lebih profesional melatihku. Jika seperti ini terus, aku akan mengadukan mu pada madam Julianne!” ancam Calista sembari melipat kedua tangannya.
Finnick meletakkan busur ke tempatnya, “Terserah kau saja, paling-paling kau akan mendapat guru baru setelah ini,” jawab Finnick tidak peduli kemudian melangkah pergi.
“Eh, tunggu. Aku benar-benar akan melaporkannya loh,” desak Calista mengekor dibelakang punggung Finnick untuk mengancam, namun Finnick tidak sedikitpun takut.
“Laporkan saja” timpal Finnick acuh tak acuh.
“Guru aku serius, madam pasti akan memarahimu nanti,” ujar Calista berusaha menyelaraskan langkahnya dengan pria itu. Calista tidak ingin berganti guru, ia hanya ingin Finnick melatihnya dengan sungguh-sungguh.
Setelah beberapa kali mendapat protes, Finnick akhirnya membiarkan Calista memegang senjata. Telinga pria itu sudah panas, mendengar rengekan gadis kecil yang terus menggangunya.
Calista saat ini tengah berlatih dengan sungguh-sungguh. Mengayunkan pedangnya pada boneka kayu di depannya. Ia dengan serius mempraktekkan sebuah teknik pedang yang Finnick ajarkan sebelumnya.
Satu bulan telah berlalu cepat setelah Calista bertekat untuk bergabung dengan guild Mortalis. Gadis kecil itu masih dengan giat berlatih, Calista selalu datang sesuai jadwal latihannya dan menggunakan waktunya dengan baik sampai sore, sebelum ia bekerja di bar.
Tanpa gadis itu sadari, Finnick menatap Calista dari kejauhan. Pria itu heran, mengapa gadis kecil itu berlatih cukup keras, padahal untuk anak seusianya seharusnya ia masih suka bermain boneka seperti gadis seusianya. Finnick pikir keinginan Calista untuk bergabung dengan guild Mortalis hanyalah keinginan sementara, namun sepertinya ia salah. Sudah satu bulan sejak ia menjadi guru Calista, ia sama sekali tidak tahu asal usul gadis itu dan alasan mengapa ia berlatih cukup keras.
Calista duduk bersandar di sudut ruangan setelah cukup lama berlatih. Finnick datang dan memberikannya sebotol air. Calista menerimanya, sementara Finnick ikut duduk disamping gadis itu.
“Apa yang membuatmu begitu keras berlatih?” tanya Finnick tiba-tiba
Calista tak langsung menjawab, ia menutup botolnya kemudian meletakkan didekatnya. Selama jadi muridnya, baru pertama kali Finnick ingin tau tentang dirinya, “Aku ingin membalas dendam pada seseorang, orang itu membunuh semua keluargaku,” jelasnya. Calista hanya menceritakan kalau keluarganya di bunuh oleh seseorang tanpa menceritakan dari mana keluarganya berasal dan siapa yang ingin sekali ia bunuh.
Finnick menatap gadis itu dengan dahi berkerut. Rupanya Calista berlatih sangat keras untuk balas dendam, ia tidak menyangka kalau gadis sekecil ini memiliki tekat yang cukup kuat. Pandangan remeh pada gadis itu perlahan menghilang, berubah menjadi simpati.