NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS9

“Esma seorang muslimah, Orhan. Tak seorang pun berhak memperlakukannya sebagai budak,” ucap Bey Murad tegas, lalu menatap ke jendela yang menampakkan cahaya rembulan. “Karena itu, aku memutuskan untuk menikahinya secara sirri. Agar tak ada cela di mata Allah maupun manusia. Dengan begitu, istana ini pun tak akan menanggung dosa akibat politik yang kotor.”

Bey Murad kemudian menoleh kembali pada Orhan. “Dan untuk itu, aku memintamu menjadi saksi dari pernikahan ku kelak yang akan dilaksanakan secara rahasia. Aku ingin pernikahan ini berjalan dengan syariat yang benar.”

Orhan menundukkan kepalanya, tangan kanannya diletakkan di dada sebagai tanda hormat.

“Perintah dan niat Baginda adalah keputusan yang bijak,” ujarnya tenang. “Namun, izinkan hamba berkata jujur, Baginda. Langkah ini ... akan menimbulkan gelombang di dalam harem. Yasmin Hatun bukan perempuan yang mudah menerima. Jika suatu saat ia mengendus rahasia ini, ia akan merasa kedudukannya terancam.”

Bey Murad tersenyum sinis, seolah sudah menduga hal itu.

“Hamba hanya khawatir, Baginda. Dalam istana, rasa cinta bisa menjadi api. Dan bila api itu menyentuh dinding kekuasaan ... maka akan sulit dipadamkan tanpa korban. Bisa-bisa, Esma lah yang akan tumbang.”

Ia kemudian menatap lurus ke arah Bey Murad. “Namun, bila ini sudah menjadi keputusan Baginda, hamba akan berdiri di belakangnya. Hamba akan menjadi saksi, sekaligus menjaga agar api itu tak menjalar terlalu jauh.”

Orhan menghembus pelan napasnya, “dan jika hamba boleh memberi saran, perintahkan lah Zeynep Hatun untuk memeriksa kesucian Esma.”

Alis Bey Murad seketika terangkat murka. “Kau meragukan kesucian selirku, Orhan? Zeynep Hatun telah memeriksa kesucian Esma saat ia pertama kali menginjakkan kaki di istana!”

Orhan segera menunduk, kedua tangannya mengepal di depan dada. “Mana berani hamba bersikap demikian, Baginda. Hamba hanya mengusulkan langkah itu demi keamanan Baginda sendiri.”

“Apa maksudmu, Orhan?” Kening Bey Murad berkerut. “Katakan dengan jelas.”

“Yang Mulia tentu ingat, bukan, perbincangan kita tempo hari tentang adanya gerakan rahasia dari seorang petinggi yang diam-diam membentuk pasukan pemberontak?” Raut Orhan berubah serius.

Bey Murad menatapnya lekat-lekat, diam, tapi sorot matanya mulai berubah waspada. “Maksudmu, Esma salah satu dari mereka?”

Orhan menggeleng pelan. “Tentu tidak. Namun, hamba curiga,” lanjut Orhan dengan nada serius, “orang yang sama sengaja memilih budak dari kalangan merdeka untuk dikirim ke dalam istana. Tujuannya jelas, menjebak Baginda agar tanpa sadar melakukan perbuatan tercela. Sekali saja tuduhan itu tersebar, mereka bisa menuduh Baginda telah menodai seorang muslimah yang bukan budak sah.”

Pria berbadan tegap itu sedikit membungkuk hormat. “Karena itu, demi nama Baginda dan kehormatan kekhalifahan ... hamba mohon, perintahkanlah agar Esma diperiksa kembali kegadisannya. Bukan untuk merendahkan, tapi ... untuk melindungi Baginda dari fitnah yang mungkin telah dipersiapkan musuh.”

Tatapan Bey Murad tak beranjak dari wajah Panglima Orhan, seolah menimbang tiap kata yang diucapkan.

Dan akhirnya malam itu juga, atas saran Panglima Orhan, perintah dijalankan secara rahasia. Zeynep Hatun—perempuan tua yang telah lama menjadi tangan kanan Ibu Suri, membawa Esma ke ruang mandi pribadi di dalam harem. Di bawah cahaya lentera minyak yang temaram, pemeriksaan itu dilakukan dengan penuh kehati-hatian, tanpa sepengetahuan siapa pun selain mereka yang dipercaya oleh istana.

Setelah pemeriksaan itu usai, Zeynep Hatun pun lekas memberikan informasi kepada Ibu Suri.

“Gadis itu masih perawan, Yang Mulia.”

...***...

Esok malam.

Esma telah berpenampilan sangat cantik. Gaun mewah membalut tubuhnya, wajahnya dipoles riasan yang memukau. Malam ini merupakan malam pernikahannya dengan Bey Murad yang akan dilaksanakan secara rahasia. Hanya diketahui oleh Orhan, Ibu Suri, Zeynep Hatun, Mansur Ağa, dan imam istana.

“Hamba gugup sekali, Tuanku,” ujar Esma dengan suara bergetar.

Ia melirik sekilas ke arah Mansur Ağa. Kasim itu tampak pias, sesekali menyeka peluh di dahi.

“Apa Tuan baik-baik saja?” tanya Esma khawatir.

“Wallahu A'lam,” jawab Mansur pasrah.

Kasim itu sedari tadi dilanda rasa takut. Bagaimana tidak, sekarang adalah kamis malam—merupakan jadwal rutin Yasmin Hatun menemani Baginda Bey Murad. Namun malam ini, pria berkuasa itu justru akan menikahi perempuan lain.

Mansur tak sanggup membayangkan jikalau Yasmin sampai kembali menggila dan berulah seperti dulu, di mana ia menyiksa Khadijah Hatun—selir pertama Bey Murad.

Ia masih ingat betul bagaimana Yasmin dengan kejam menjambak, mencakar, bahkan menyiram Khadijah dengan air panas hanya karena Baginda lebih sering memanggil Khadijah ke kamarnya. Mansur tidak ingin kejadian mengerikan itu terulang kembali, apalagi korbannya adalah Esma yang tampak begitu polos dan lugu meskipun terkadang ia menganggap Esma seperti kuda liar.

‘Perasaan tak enak macam apa ini? Tiba-tiba saja tubuh ini menggigil, seolah-olah aku akan bertemu setan,’ gumam Mansur di dalam hati.

Baru saja langkah kaki Mansur melewati ujung koridor, tiba-tiba tubuhnya menegang. Kakinya berhenti begitu saja, bulu kuduknya berdiri. Benar saja—tak jauh di depannya, Yasmin Hatun muncul dari arah berlawanan, sama-sama menuju ke kamar Baginda.

Melihat keberadaan Mansur dan Esma, Yasmin Hatun menyeringai sinis, lalu menghampiri. “Mau ke mana kau membawa budak sundal ini, Ağa?” tanyanya dengan nada mengejek, matanya menatap remeh ke arah Esma.

Keringat dingin menetes di pelipis Mansur. Ia berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar.

“Me—menghadap Baginda, Hatun.”

Yasmin menyipitkan mata, lalu tertawa kecil. “Baginda, katamu?” ia menoleh sekilas ke arah pintu Has Oda di ujung lorong. “Lucu sekali. Bukankah malam ini adalah giliranku?”

Mansur tercekat, tak mampu menjawab. Napasnya terasa berat, seakan-akan udara di lorong itu mendadak habis.

Tak seperti Mansur yang sekujur tubuhnya bergetar, Esma justru terlihat santai. Gadis itu menjawab tanpa gentar.

“Benarkah malam ini giliran Anda, Yasmin Hatun?” sudut bibirnya terangkat. “Tapi, hamba harus bagaimana? Baginda ... sangat menginginkan diri hamba malam ini.”

Mendengar jawaban Esma, Mansur nyaris pingsan. Nada bicaranya memang terdengar sopan, namun tersirat keberanian yang membuat Yasmin semakin geram.

Wajah Yasmin memerah, urat di lehernya langsung menegang. Ia berteriak lantang. “KAU ... KAU PIKIR SIAPA DIRIMU?! KAU ITU HANYA SEORANG BUDAK YANG DIJUAL NEGARA MU SEBAGAI UPETI! SEHARUSNYA KAU SADAR DI—”

“Lalu apa bedanya denganmu, Yasmin Hatun?” Potong Esma cepat, sudut bibirnya terangkat, ia berbisik pelan di telinga Yasmin. “Kita berdua sama, bukan? Bedanya, kau lebih menyedihkan. Jika aku dijual oleh negeriku ... kau justru dijual oleh ayahmu sendiri—demi menyelamatkan kursinya di istana.”

Kata-kata itu laksana badai yang memporak-porandakan wibawa Yasmin.

Tangan Yasmin bergetar hebat. Napasnya naik-turun, mata liarnya menyapu sekitar lorong. Tanpa pikir panjang, ia berbalik dan melangkah cepat menuju pengawal yang berjaga di depan Has Oda.

Sebelum lelaki itu sempat bereaksi, Yasmin merampas mizrak (tombak) dari genggamannya—dan dengan kemarahan yang membutakan akal, ia mengayunkan benda itu ke arah Esma.

BUGH!

*

*

*

1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
musuh dlm selimut lbh mengerikan apalagi byk drama🥺..trnyata ney murad menikahi anak pembunuh ayahnya yg msh berambisi menyingkirkan raja nya
hidagede1
kalo putra kalo yg lahir nya seorang perempuan? 🤔
Sayur 💎
kau yg go tu hel
Sayur 💎
sygnya putrimu yg peak itu gk mmpu mengambil hati bey brewok tampan
💕Bunda Iin💕
iya putra kecebong😂😂
Sayur 💎
astagfirullah. bapak dan anak sm2 biadab bgt.
💕Bunda Iin💕
eh rustum,ko anda yakin sekali klo si yasmin hamil anak nya cowo dan manusia benaran...wong itu anak dpt dri dukun n anak setan😡
💕Bunda Iin💕
jangan senang dlu ya rustum...dlu kau boleh membodohi bey murad karna ia masih muda...tpi sekrang ia telah dewasa
💕Bunda Iin💕
ini manusia sampah kapan terungkap kebusukan nya?😡...serius jahat banget😡
💕Bunda Iin💕
segitu nya banyak pasukan akoh yakin pasti ada yg lihat apa yg kau perbuat rustum😡
N Wage: pasti ada yg lihat,cuma mungkin dia/mereka takut.mudah2an siapapun dia/mereka pd saat yg tepat membuka semua tabir kelicikan si rustum rustum ini.
total 3 replies
💕Bunda Iin💕
benar² iblis kau rustum😡...pembalasan itu akan dtang...segala kebusukan kau akan terbongkar semua😡👊
💕Bunda Iin💕
woi rustum itu pintu,dinding,meja dll benda² mati itu ga bersalah woi😂🤣
Sayur 💎: iya. setipe emg ma anaknya si yasmindul
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
yuhu bukan nya kau yang akan menyusul ke alam baka 🤭...pede sekali si penghianat 🤣
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
👏👏👏👏👏👏
💕Bunda Iin💕
wah seru nih bpk sama anak kena hukuman yg begtu ringan menurut akoh ya😁
💕Bunda Iin💕
benar itu...mang enak kau rustum sih pemberontak😡
💕Bunda Iin💕
😂😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
benar alena...yasmin itu perempuan laknatullah😂😂
💕Bunda Iin💕
😡😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!