Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di antar pulang
Sore ini aku berencana untuk pergi ke minimarket karena aku ingin membeli sebuah cemilan yang sedari kemarin aku inginkan karena melihat sebuah video review di media sosial. Geovan sudah pulang kurang lebih satu jam yang lalu. Aku pergi sendirian ke minimarket yang ada di dekat kosan ku, dengan langkah gontai aku berjalan ke arah minimarket.
Tiba di minimarket tersebut, aku langsung menelusuri rak demi rak jajanan yang ada disana untuk mencari keberadaan cemilan yang aku cari, sampai akhirnya aku menemukan cemilan tersebut, karena sudah mendapatkan apa yang aku cari dan aku pun tidak ada keinginan untuk membeli yang lainnya, aku langsung berjalan ke arah kasir dengan satu tangan menggenggam bungkus cemilan tadi.
Tersisa dua antrian lagi di depan ku, tidak perlu menunggu lama untuk dua antrian tersebut, kini giliran aku yang melakukan pembayaran di kasir, si pegawai kasir pun langsung menghitung barang belanjaan milik ku.
"Ini mba, totalnya 48.500." si kasir menyodorkan ku sebuah plastik kantor.
Namun saat aku hendak menyerahkan uang untuk membayar, tiba-tiba ada tangan orang lain yang terlebih dahulu menyodorkan uang kepada pegawai minimarket itu, hal itu tentu saja membuat aku terkejut.
"Ini, bayar punya si mba ini sekalian punya saya." Suara tiba-tiba itu datang dari laki-laki yang menyodorkan uang tersebut, menyela tangan milikku yang hendak menyerahkan uang untuk membayar belanjaan ku juga.
Aku mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang itu, walaupun sebenarnya aku sudah tahu siapa pemilik suara itu tapi untuk memastikannya berusaha mendongak dan sesuai dugaan ku, Om Javar. Aku dengan senang hati mengambil kembali uluran tanganku yang hendak memberikan uang tadi karena belanjaan ku sudah dibayar oleh Javar barusan.
Setelah kejadian tadi aku langsung keluar dari minimarket disusul oleh ayah dari kekasihku itu, sebenarnya aku agak heran kenapa dia bisa ada di minimarket ini sedangkan minimarket ini jauh dari kantor ataupun rumahnya. Ah, mungkin saja dia sedang mempunyai urusan di daerah ini dan tidak sengaja mampir di minimarket ini. Lagipula mana mungkin kan dia ada di sekitar sini hanya semata-mata untuk mengawasi diriku?
"Kamu kesini menggunakan apa?" Saat kaki milikku baru saja menginjak di lantai luar minimarket, tiba-tiba pertanyaan itu datang dari laki-laki yang membayarkan cemilan ku tadi.
"Jalan kaki om karena tidak jauh dari kos-kosan ku." Sebenarnya aku enggan untuk menjawab tapi aku ingat jika lelaki ini adalah ayah dari kekasih ku maka aku melakukannya sebagai rasa hormat.
"Kalo gitu, ikut saya aja sekalian saya antar kamu ke kosan." Laki-laki itu dengan suka rela menawarkan bantuan tersebut.
"Enggak usah repot-repot Om, aku masih bisa jalan kok." Aku berusaha menolak permintaan nya, aku takut ketika sudah sampai di kosan nanti banyak pertanyaan yang dilayangkan pada ku pastinya.
"Tidak ada yang merasa direpotkan, anggap saja ini bagian dari pertanggungjawaban saya." Lagi-lagi dia berusaha untuk meyakinkan aku.
Karena aku merasa malas untuk berjalan kaki pulang ke kosan dan juga masih sedikit terasa nyeri di bagian bawahku, aku pun mengiyakan ajakannya. Dia mengajakku ke parkiran dimana mobil miliknya berada dan langsung menyuruhku untuk masuk ke dalam mobil mewahnya itu.
Sekarang aku sudah berada di jok samping pengemudi dengan perasaan tidak nyaman karena Om Javar sedari tadi terus memperhatikan ku dari arah samping. Menunggu laki-laki itu untuk segera mengemudikan mobil miliknya itu, aku menatap gusar ke arahnya.
Tapi, tanpa adanya aba-aba apapun, pergerakan cepat lelaki itu sudah berhasil membungkam bibirku dan bibirnya. Mendapatkan perlakuan tersebut tentu saja membuat mataku melotot terkejut, secepat mungkin aku menyadarkan diriku tentang apa yang terjadi dan dengan cepat aku berusaha untuk melepaskan diri darinya.
"Hmmmpp.. hhmppth.. omhh.." tangan ku menepuk-nepuk lengannya agar dia mau melepaskan tautan bibir kami, nafas milik ku tercekat karena dia malah semakin rakus melahap bibir milikku.
"Lephmm.. phaass.." aku berusaha memberontak agar dia ingin melepaskan tautan itu. Tapi usahakan sia-sia dibuatnya karena dia dengan rakus melahap bibir ranum ku.
Karena aku benar-benar sudah kehabisan nafas, aku pukul-pukul dada Om Javar dengan pelan dan sedetik kemudian dia langsung melepaskan tautan kami membuat benang saliva terbentang dia antara kami. Nafas ku langsung memburu ketika ciuman kami berdua berakhir, aku berusaha untuk meraup udara sebanyak-banyaknya yang aku bisa.
"Om apa-apa sih!" Ucapku dengan nafas yang naik turun dengan cepat, berusaha untuk menstabilkannya, aku sedikit emosi dengan perbuatannya yang kurang ajar ini.
"Sepertinya saya sudah kecanduan dengan bibir manis mu." Ucap laki-laki itu dengan senyuman menyebalkan miliknya, membuat aku mendengus sebal karena hal itu.
"Dasar mesum! Udah fokus nyetir aja, aku pengen cepat tidur." Aku mengucapkan itu dengan memalingkan wajah ke arah lain, aku memilih untuk melihat ke luar jendela saking sebalnya aku pada dirinya.
Dia pun melanjutkan untuk mengemudi dengan satu tangan yang bertengger di atas paha ku. Aku risih dengan perbuatannya berusaha untuk menipis tangannya tapi tenaga ku tidak mampu untuk menandingi tenaganya. Aku benar-benar merasa tidak nyaman atas tindakannya itu, dia benar-benar mirip dengan om-om hidung belang yang mesum.
"Sudah diam saja, aku tidak akan melewati batas." Ucapnya sambil terus mengemudikan mobil miliknya tanpa melepaskan tangannya yang ada di paha ku.
"Tapi ini geli om!" Aku masih berusaha untuk melepaskan tangannya itu, ini benar-benar membuat diriku tidak nyaman.
"Nanti juga terbiasa." Lagi-lagi dia membuat aku tidak bisa berkata-kata.
Aku hanya pasrah, toh lagipula aku tidak akan mampu jika harus melawan ayah dari kekasihku ini. Mobil yang kami tumpangi pun masih terus melaju menuju ke arah kosan tempat dimana aku tinggal sekarang,
Tidak lama kami berdua sampai di depan gerbang kosan ku, aku dengan cepat membuka sabuk pengaman yang tadi melilit di tubuhku dan dengan cepat berusaha keluar dari dalam mobil yang seperti neraka bagi ku itu.
"Oh jadi ini kosan tempat kamu tinggal." Perkataan itu membuat aku terdiam sejenak namun kemudian kembali untuk melangkahkan kaki ku keluar dari dalam mobil ini.
Perkataannya aku abaikan dan langsung turun dari mobilnya serta tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih atas tumpangannya walaupun tadi aku tidak ikhlas untuk diantar pulang olehnya lelaki itu.
Turun dari mobil miliknya aku dengan cepat langsung masuk ke dalam kosan, aku dapat bernafas lega setelah melihat tidak ada satupun makhluk disini, yang kemungkinan akan melihatku diantar pulang oleh laki-laki tadi. Jika saja salah satu anak kos lainnya ada yang melihat, pasti aku sudah dihujami oleh berbagai pertanyaan yang dilayangkan oleh mereka.
______________________________________
Jangan lupa kasih komentar kalian buat bab ini readers!!