Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Jebakan
Cilla kembali membagikan hadiah kepada anak-anak yang sekarang sedang mengerumuninya.
"Kalian harus belajar dengan baik agar kelak menjadi orang yang pintar," ucap Cilla membagikan hadiah pulpen pada anak-anak tersebut.
"Terima kasih Tante," sahut mereka dengan serentak.
"Kalian suka hadiah dari Tante?" tanya Cilla.
"Suka Tante, Tante baik sekali sudah memberi kami hadiah," jawab salah satu anak yang terlihat bahagia.
Cilla tersenyum mengusap satu persatu pucuk kepala anak tersebut.
"Tante juga senang bisa bertemu dengan kalian. Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali," ucap Cilla.
"Amin, Tante harus jaga kesehatan dan jangan melupakan kami," ucap salah satu anak.
"Iya-iya, kalian juga jangan lupa sama Tante dan yang terpenting harus rajin belajar dan gunakan kesempatan dengan baik untuk menuntut ilmu," ucap Cilla memberi masukan kepada anak-anak tersebut.
"Iya Tante," sahut anak-anak itu dengan serentak membuat Cilla terasanya melebar. Betapa bahagianya Cilla bisa mendapatkan kesempatan berada di desa itu.
"Tante!" tiba-tiba bocah lelaki yang bermain ketapel dan mengenai lengan Cilla berdiri di depan Cilla dengan membawa kotak kecil.
"Untuk Tante," ucap anak kecil tersebut dengan tersenyum.
"Apa ini?" tanya Cilla dengan dahi mengkerut.
Anak kecil itu tiba-tiba memegang tangan Cilla dan membawanya menjauh dari anak-anak kecil itu dengan berada di dekat semak-semak dan cukup jauh dari keramaian sekitar beberapa meter.
"Saya takut mereka akan mengejek hadiah dari saya, jadi Tante buka di sini saja," ucap anak itu.
"Kenapa kamu memberi saya hadiah?" tanya Cilla.
"Saya ingin meminta maaf karena sudah melukai Tante," jawabnya.
"Benarkah," sahut Cilla yang membuat anak kecil tersebut menganggukkan kepala
"Lalu apa isi hadiah ini?" tanya Cilla.
"Tante buka saja," jawabnya.
Cilla penasaran dengan isinya yang akhirnya perlahan membukanya. Tetapi hal itu tidak terjadi ketika Rasyid tiba-tiba saja datang dan mengambil kotak tersebut membuat Cilla kaget. Anak kecil itu seketika berlari kencang.
"Rasyid apa yang kamu lakukan?" tanya Cilla.
Rasyid tidak punya waktu untuk menjawab dan membuang kotak tersebut dengan sangat jauh.
Dorrr
Rasyid memeluk Cilla melindunginya saat kotak itu meledak di rerumputan.
Aaaaaaa!"
Para warga berteriak histeris ketika mendengar ledakan dan api menyambar begitu besar. Untung saja Cilla dengan cepat diselamatkan dan keduanya berjongkok dengan tangan Rasyid merangkul istrinya, memeluknya begitu erat agar tidak terkena apapun.
Cilla begitu schok dengan nafas naik turun dan wajahnya tampak panik menoleh ke arah Rasyid yang juga saat ini merasa lega daripada sebelumnya.
Rasyid menatapnya dengan sangat dalam, siapa sangka dalam keadaan seperti itu masih ada saja orang yang ingin mencelakai Cilla.
Ketika suasana sudah mulai aman dan anak buah Cilla mencoba untuk menenangkan warga atas insiden yang baru saja terjadi. Cilla juga sekarang terlihat masih sangat schok yang sudah duduk di kursi dengan tangannya saling menggenggam satu sama lain.
"Kami sudah memberi arahan kepada warga untuk beristirahat dan menutup pintu rumah mereka dan untuk anak itu itu kan yang akan mencarinya terus," ucap Metta.
"Baiklah! cari dia dan aku sangat yakin ada seseorang di belakangnya," ucap Rasyid.
"Rasyid!" tiba-tiba salah satu anak buah mereka memasuki rumah itu dan langsung menghampiri Rasyid memberikan informasi.
"Aku sudah berbicara dengan kepala lingkungan dan ternyata anak itu bukan warga di sini," ucap pria tersebut memberi informasi yang membuat Rasyid kaget dan Cilla juga melihat ke arah dua orang tersebut yang berbicara begitu serius.
"Ini!" pria itu memberikan data-data dengan cepat dan juga bukti.
"Dia bukan anak kecil, usianya 30 tahun dan memang memiliki masalah fisik dengan tubuh kerdil, dia orang dewasa dan tinggal di Jakarta," jelas pria bernama Tio itu.
"Jadi musuh mengikuti kita dan mengirim orang tersebut?" tanya Rasyid.
"Benar!" jawab Tio.
"Astaga!" Rasyid menghela nafas dengan mengusap kasar wajahnya.
"Kalian cari orang itu sampai dapat dan aku yakin mereka masih ada di desa ini!" perintah Rasyid.
"Baiklah," sahut pria itu yang langsung berlalu dari hadapan Rasyid dan begitu juga diikuti dengan Metta.
Rasyid melihat kearah Cilla dan kemudian menghampiri Cilla.
"Semua akan baik-baik saja, kamu sebaiknya istirahat," ucap Rasyid mencoba untuk menenangkan.
Cilla mengganggukan kepala berdiri dari tempat duduknya Rasyid mengantarkannya ke dalam kamar dan tidak lupa untuk memeriksa keamanan kamar tersebut.
"Saya menyuruh pengawal berjaga di sekitar kamar, lupakan kejadian tadi dan istirahatlah!" ucap Rasyid berlalu dari hadapan Cilla.
Tetapi Cilla menghentikan Rasyid dengan memegang tangannya.
"Aku minta maaf," ucap Cilla dengan tiba-tiba membuat Rasyid mengerutkan dahi.
"Aku seharusnya percaya padamu, aku tidak memikirkan semua itu dan hampir saja banyak orang yang mati karena perbuatanku," ucap Cilla menyadari kebodohannya.
Rasyid memegang bahu Cilla.
"Saya tidak pernah meminta kamu untuk percaya pada saya. Saya hanya berusaha untuk menjaga keamanan kamu dan semua demi kebaikan kamu," ucap Rasyid.
"Tetapi aku salah dan seharusnya dipercaya dengan insting dan pergerakan karena apapun itu tidak pernah salah," ucap Cilla.
"Kamu mempunyai hak untuk percaya atau tidak, lebih baik jadikan ini pelajaran ke depan nya untuk dirimu, siapapun anak kecil orang yang sudah tua atau apapun itu," ucap Rasyid.
Cilla menganggukkan kepalanya.
Rasyid tiba-tiba saja membuka gelang pada lengannya. Gelang butiran tasbih dengan lambang lafal Allah di ujungnya dan memberikan pada Cilla memakaikan gelang tersebut pada lengan istrinya.
"Selama ini gelang ini yang selalu menemaniku dan aku merasa terlindungi dari bahaya apapun. Kamu membutuhkan ini untuk melindungimu, kamu saat ini sedang dalam bahaya," ucap Rasyid.
Cilla melihat gelang tersebut sangat indah.
"Kenapa harus memberikannya kepadaku?" tanya Cilla.
"Aku bisa menjaga diri dan sementara kamu jauh lebih membutuhkannya, aku akan melindungi diriku dengan baik," jawab Rasyid.
"Kamu sebaiknya sekarang beristirahat dan besok pagi kita akan kembali ke Jakarta," ucap Rasyid.
"Kembali ke Jakarta? bukankah masih ada beberapa desa yang harus kita kunjungi?" tanya Cilla.
"Dalam keadaan seperti ini kita harus mengurungkan niat dulu, keselamatan kamu jauh lebih penting dari apapun," ucap Rasyid.
"Baiklah," sahut Cilla menurut.
Rasyid mengusap lengan Cilla dan kemudian keluar dari kamar itu.
"Aku tidak percaya seseorang membenciku dan menginginkan ku mati sampai harus mengirim seseorang untuk membunuhku, aku berpikir dia anak kecil yang polos dan sampai marah kepada Rasyid karena bersikap berlebihan dan ternyata apa yang dilakukan Rasyid sudah benar," batin Cilla sekarang baru bawah dia tidak peka dengan situasi dan akhirnya membuat nyawanya hampir terancam.
Bersambung ....
penuh rahasia