NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:630
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Anya dan Raysa yang sudah tiba di dalam kelas melihat Briana sudah muncul di depan pintu kelas. Seperti biasanya, dengan gaya jutek dan cueknya ia ngelengos seperti tidak ada siapa pun yang berada di dalam kelas.

"Ehh Bri . . . ". Anya menepuk pundak Briana usai dia duduk di bangkunya yang terletak di depan bangku Anya dan Raysha. Briana menoleh ke belakang.

"Elo ya, buat malu gue saja kemarin. Gara - gara elu, gue jadi kikuk menangani Bobby dan Kevin. Gue malu banget tau". Anya berkata sembari menepuk tangan Briana.

Briana memutarkan bola matanya dan berbalik badan mengacuhkan Anya.

"Bri . . . Gue masih belum siap ngomong nya". Anya menepuk pundaknya lagi.

"Apa lagi sih?". Briana mulai kesal

"Kalau lu masih mau ngebahas cowok-cowok bre**s*k kayak mereka, mending lu ceritanya sama orang gila saja sana, enggak usah sama gue". Briana langsung berkata marah-marah mengingat ia sudah mendengar pembicaraan kedua laki-laki itu.

"Kalian ini bahas apaan sih? Gue enggak ngerti". Raysha kebingungan yang sejak tadi memperhatikan kedua temannya itu.

"Apa elu bilang? cowok - cowok bren**ek?". Sontak membuat Anya langsung berdiri.

"Ck. Iya mereka memang pantas dengan sebutan itu. Lagian ya lu itu cari teman yang beneran sedikit napa sih. Jangan ngasal saja pilih-pilih teman. Sudah kayak barang obralan saja loe". Cetusnya tanpa pikir panjang.

"Apa?". Suara Anya bernada tinggi sehingga se - isi kelas tertuju pada mereka. Tak terkecuali Ryo dan Dimas yang baru muncul dari luar kelas, mereka juga beralih melihat mereka. Teman sekelas mereka berbisik-bisik membicarakan mereka dan itu membuat Briana merasa risih.

"Ehh mereka kenapa tuh?".

"Mereka bertengkar ya?".

"Heh . . . Bri. Enggak semua cowok-cowok yang ada di muka bumi ini sama seperti apa yang elo pikirin. Gue tahu elo itu cantik, keturunan bule, pintar, selalu nomor satu di sekolah ini, tajir, terkenal. Tapi elu enggak bisa seenak jidat lu saja meremehkan orang lain tanpa elu tahu orang itu dengan jelas. Asal elu tahu, mereka yang ngejar-ngejar elu dan pengen berteman dengan elu itu sebenarnya punya tujuan lain. Mereka cuma ada maunya saja sama elo, bukan karena mereka suka dan tulus sama elo. Huh... Justru malah mereka menganggap lu cewek freak". Anya meluapkan emosinya yang selama ini terpendam.

"Kalau bukan karena gue dan Raysha. Mungkin elu enggak akan pernah punya teman di sekolah ini". Anya semakin nyolot.

Briana tertawa kecil. Briana menanggapinya dengan santai, sesekali dia menyunggingkan senyumannya yang sinis.

"Ha ha ha, enggak salah? Bukannya selama ini kalian yang butuh gue? Bukannya kalian salah satu dari mereka juga? Yang selalu berusaha mendekati gue biar bisa berteman dengan gue, ck. Jangan kalian pikir selama ini gue enggak tahu kalau sebenarnya kalian itu cuma pura-pura tulus berteman sama gue".

Anya terdiam karena di serang balik oleh Briana. Sedangkan Raysha dan yang lainnya hanya terdiam melihat pertengkaran mereka.

"Jangan elu pikir gue enggak tahu, gue bukan orang bodoh, percuma donk gue selalu jadi siswi terpintar di sekolah ini kalau gue enggak bisa tahu apa tujuan dan maksud kalian selama ini. Selama ini gue cuma pura-pura tutup mata saja soal itu, karena gue pengen tahu sampai mana tujuan kalian. Dan ternyata belum mencapai tujuannya kalian sudah menunjukkan warna asli kalian terutama warna asli lu yang sesungguhnya. Oh ya! Sebagai seorang yang pernah tulus berteman sama lo, gue cuma memperingati sama elu untuk terakhir kali nya. Elu harus hati-hati sama kedua cowok bre**s*k itu, kalau tidak? Yaaa elu bakal tanggung penyesalan dan akibatnya sendiri. Gue sudah berusaha untuk memperingati elu, tinggal lu saja mau terima atau tidak. Oh ya satu lagi! Gue sama sekali enggak butuh kalian semua terutama elu. Yang ada gue kasihan dan perihatin sama elo semua".

Briana menunjukkan jarinya ke muka Anya dengan elegan, lalu mengambil tasnya dan beranjak keluar kelas meninggalkan mereka yang kikuk serta tertegun dengan ucapan Briana. Anya sendiri tak bersuara sedikit pun, matanya berkaca-kaca melirik ke sekitar.

Langkah kaki Briana bagaikan langkah kaki seribu. Ia menyusuri koridor sekolah tanpa menghiraukan orang sekitar termasuk laki-laki paruh baya yang berwibawa yakni wali kelasnya alias Pak Joko yang berselisih jalan dengannya. Beliau sudah siap-siap ingin menyunggingkan senyuman terbaiknya untuk Briana

"Briana . . . Kamu mau kemana? Kelas akan di mulai sebentar lagi". Beliau bertanya namun Briana tidak menghiraukan beliau. Briana tetap ngelengos melewatinya.

"Briana . . . Briana . . .". Teriaknya memanggil Briana yang sudah berjalan sampai ke pintu gerbang.

"Maaf Pak". Tiba-tiba Ryo muncul mengagetkan beliau.

"Saya mau bilang, kalau Briana izin untuk pulang karena dia tiba-tiba merasa tidak enak badan". Ryo sengaja ngeles dan berbohong karena berusaha membantu Briana.

"Kalau memang begitu, kenapa Briana nya enggak bilang langsung ke saya barusan? Dia malah tidak menghiraukan saya dan lagian dia bisa ke UKS kalau lagi enggak enak badan, kenapa harus izin pulang?". Pak Joko merasa ada yang aneh.

"Iya pak maaf. Sepertinya Briana sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakitnya makanya dia buru - buru. Tadi dia sudah ke UKS tapi fasilitas di UKS sekolah kita kan masih belum lengkap makanya saya suruh dia pulang saja agar dia bisa segera ke klinik atau ke rumah sakit pak". Ryo paling pintar mencari alasan.

"Ouh gitu, iya juga sih, UKS kita memang masih belum memadai, dari pada kenapa-kenapa mending kita suruh pulang saja ya kan?". Pak Joko akhirnya yakin.

"Nah itu dia pak. Jadi gimana pak?, Briana di izinkan apa enggak pak?". Ryo bertanya dengan hati-hati.

"Oh jelas diizinkan lah, masa iya siswi nomor satu tidak diizinkan untuk pulang karena sakit. Lagian mau gimana lagi anak nya sudah keluar". Ujar beliau.

Ryo menghela nafasnya karena ia berhasil meyakinkan wali kelasnya itu.

"Terus kamu kenapa masih di sini?". Pak Joko malah bertanya.

"Ehh iya pak maaf, saya permisi balik lagi ke kelas pak". Ryo tersenyum getir.

"Lho kok balik ke kelas sih?".

Dahi Ryo berkerut kebingungan. "Jadi pak?".

"Ya kamu susul Briana nya lah. Kamu pastiin dia enggak kenapa-kenapa sampai di rumahnya. Itu tanggung jawab kamu sebagai ketua kelas dan ketua osis". Pak Joko memerintahkannya.

"Hah? I ... Iya pak, baik pak". Ryo tercengang.

"Ya sudah apa lagi?, nanti Briana nya keburu jauh". Beliau mengusirnya.

"I . . . Iya pak, iya pak. Saya permisi dulu ya pak". Ryo berlari menyusul Briana yang sudah keluar gerbang bersama mobilnya.

Ryo berusaha mengejar mobil Briana yang sudah berada jauh. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan maximum agar bisa tersusul.

Dalam waktu setengah jam kini mereka berada di daerah yang nampak sunyi dan sedikit kumuh.

Ryo melihat Briana menghentikan mobilnya ke pinggir jalan lalu turun dari mobilnya.

Ia berjalan menuju satu gedung tua nan menyeramkan. Ryo pun ikut turut menyusul dirinya dari belakang dengan mengendap-endap.

Ia berjalan menyusuri ke dalam gedung tua itu sembari melihat sekeliling tempat yang begitu usang, gelap dan menyeramkan. Ryo mengikuti kemana Briana berjalan, hingga akhirnya mereka berada di teras paling atas gedung tersebut.

"Jangan-jangan dia mau bunuh diri...". Matanya terbelalak melihat Briana sudah di pinggir bibir atap gedung dengan segera bertindak.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!