Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Pilihan yang Berat di Tengah Kuno
Lorong bawah tanah itu dipenuhi dengan ketegangan. Mata Kaelen dan Anya tertuju pada Sora, menanti keputusannya. Mereka telah melalui banyak hal bersama, membangun harapan di tengah kekacauan, dan sekarang, semua itu tergantung pada pilihan Sora.
Raina, ibunda Sora, tersenyum sinis. "Kemarilah, anakku. Takdir kita sudah ditentukan. Klan Naga akan bangkit, dan kita akan memimpin Neo-Kyoto. Bersamaku, kau akan memiliki kekuatan yang tak terbatas."
Penjaga kuno itu, yang dulunya adalah pelayan setia Klan Naga, membebaskan Anya dan Kaelen. Mereka berdua terhuyung, namun mata mereka tetap fokus pada Sora. Mereka tahu betapa sulitnya pilihan ini bagi dirinya.
Sora menatap ibunya. Ada kerinduan di matanya, kerinduan yang sudah lama terpendam. "Kenapa... kenapa kau meninggalkanku?"
"Aku tidak pernah meninggalkanmu," jawab Raina, suaranya lembut, namun dingin. "Aku harus bersembunyi. Aku harus menunggu saat yang tepat untuk membangkitkan Klan Naga. Aku melakukannya demi masa depan kita."
Sora menggelengkan kepalanya. "Masa depan yang seperti apa? Masa depan di mana kita menguasai semua orang? Itu bukan masa depan, itu adalah tirani."
Raina tertawa. "Neo-Kyoto sudah penuh dengan tirani, anakku. Kita hanya akan mengganti tirani lama dengan tirani yang lebih baik. Tirani yang dipimpin oleh darah bangsawan."
Di sisi lain, Kaelen melihat luka di mata Sora. Ia tahu, Sora tidak akan pernah memilih jalan itu. "Sora," panggil Kaelen. "Kami membutuhkanmu. Kami membutuhkanmu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Masa depan yang tidak didasarkan pada kekuatan, melainkan pada harapan."
Anya, yang masih lemah, berdiri di samping Kaelen. Ia meraih tangan Sora. "Kakak... kita punya rumah baru. Keluarga baru. Bersama-sama, kita bisa mengubah dunia."
Sora menatap Kaelen dan Anya. Ia melihat ketulusan di mata mereka. Ia melihat persahabatan, persaudaraan, dan cinta. Ia melihat masa depan yang mereka tawarkan. Sebuah masa depan yang tidak didasarkan pada kekuatan, tetapi pada kebersamaan.
Sora menarik napas panjang, lalu menoleh ke arah ibunya. "Aku minta maaf, Ibu," katanya, suaranya tegas. "Aku tidak bisa."
Raina terkejut. "Kau berani menolakku, anakku?"
"Aku tidak menolakmu," jawab Sora. "Aku menolak jalanku. Jalanmu adalah masa lalu. Jalanku... jalanku adalah masa depan."
Sora mengangkat tombak energinya. Tangan Kaelen dan Anya, yang sejak awal digenggam oleh Sora, kini terlepas dari genggamannya. Ia membalikkan tubuhnya, menatap Kaelen dan Anya dengan senyum tulus. "Aku akan bertarung bersamamu."
Raina berteriak marah. "Kau akan menyesali ini, anakku!" Ia memberi perintah kepada penjaga kuno. "Hancurkan mereka semua!"
Pertarungan kembali pecah. Kali ini, Kaelen dan Sora bertarung bersama, melawan penjaga kuno yang brutal. Kaelen dengan Katana Jiwa-nya, dan Sora dengan tombak energinya, bekerja sama untuk mengalahkan penjaga itu. Anya, dengan Palu Perusaknya, membantu mereka dengan menciptakan gangguan dan perlindungan.
Namun, Raina tidak tinggal diam. Ia mulai memanipulasi energi kuno di dalam gua, menciptakan badai energi yang kuat. Ia menembakkan serangan ke arah mereka, memaksa mereka untuk menghindar.
"Sora, ibumu terlalu kuat," teriak Kaelen. "Kita tidak bisa mengalahkannya di sini."
Sora mengangguk. "Aku tahu. Tapi aku tahu kelemahannya. Kekuatannya bergantung pada energi kuno di dalam gua ini. Kita harus menghancurkan sumbernya."
Sora menunjuk ke arah sebuah panel energi kuno di dinding gua. Kaelen dan Anya mengerti. Mereka berdua menyerang panel itu, sementara Sora menahan ibunya.
Dengan kekuatan penuh, Kaelen menebas panel itu dengan Katana Jiwa-nya. Panel itu meledak, dan energi kuno mulai mengalir keluar, tidak terkendali. Raina berteriak, kekuatannya mulai melemah.
"Kau menghancurkan segalanya!" teriak Raina.
"Tidak," jawab Sora, "kita membangunnya kembali."
Mereka bertiga melarikan diri dari gua yang runtuh, meninggalkan Raina dan penjaga kuno di dalamnya. Mereka berhasil, namun mereka tahu, ini belum berakhir.
Gua tempat pertemuan itu runtuh, menutup rapat rahasia dan kengerian yang ada di dalamnya. Kaelen, Anya, dan Sora berdiri di luar, diselimuti debu dan keheningan yang menyesakkan. Kemenangan mereka terasa pahit. Mereka telah berhasil mengalahkan ancaman dari Klan Naga, tetapi dengan mengorbankan ikatan keluarga Sora.
Sora menatap reruntuhan itu, matanya berkaca-kaca. "Dia... dia ibuku."
Kaelen meletakkan tangannya di bahu Sora. "Dia membuat pilihannya. Sama seperti kau. Kau memilih kami."
Anya memeluk Sora dari samping. "Kakak, kau tidak sendirian. Kami adalah keluargamu sekarang."
Sora mengangguk, menyeka air matanya. "Aku tahu. Terima kasih."
Mereka bertiga kembali ke markas mereka di bawah Menara Korporasi Terlupakan. Kota itu masih sama: penuh dengan cahaya neon, polusi, dan harapan yang mereka tanamkan. Namun, sekarang mereka tahu bahwa di bawah Neo-Kyoto, masih banyak rahasia dan kekuatan kuno yang belum terungkap.
Di markas, mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Kaelen melatih Anya dan Sora dalam pertarungan, mengajarkan mereka bagaimana menggunakan Katana Jiwa dan Palu Perusak secara maksimal. Sora, dengan pengetahuannya tentang teknologi kuno, membantu Anya untuk memahami dan mengendalikan kekuatan Kode Genesis. Anya, dengan kekuatan barunya, mulai memetakan seluruh Neo-Kyoto, mencari sumber-sumber kekuatan tersembunyi yang mungkin masih ada.
"Aku merasakannya," kata Anya, menunjuk ke sebuah titik di hologram Neo-Kyoto. "Ada sesuatu di bawah sektor 12. Sesuatu yang tersembunyi, tapi memancarkan energi yang sama dengan Klan Naga."
Kaelen dan Sora saling pandang. Mereka tahu, petualangan mereka belum berakhir. Neo-Kyoto bukan hanya sebuah kota, melainkan sebuah medan perang, sebuah tempat di mana masa lalu dan masa depan bertabrakan.
"Kalau begitu, kita harus pergi ke sana," kata Kaelen.
"Kita akan pergi ke sana," jawab Sora. "Dan kali ini, kita akan siap."
Mereka bertiga menatap ke arah hologram itu, menatap ke arah masa depan yang tidak pasti, tapi penuh dengan harapan. Mereka tahu, mereka adalah satu-satunya yang bisa melindungi Neo-Kyoto dari kegelapan yang datang dari masa lalu.
Petualangan Kaelen, Anya, dan Sora berlanjut. Mereka akan pergi ke sektor 12, mencari rahasia yang tersembunyi di bawahnya.
Mereka bertiga keluar dari markas, menembus lorong-lorong gelap Neo-Kyoto. Sektor 12 adalah bagian kota yang paling berbahaya, tempat di mana teknologi dan kemiskinan hidup berdampingan. Gedung-gedung pencakar langit di sana sudah bobrok, neon yang berkedip-kedip adalah satu-satunya sumber cahaya.
Kaelen memimpin jalan, Katana Jiwa di punggungnya bergetar, seolah merasakan energi yang sama dengan yang ada di Sektor 12. "Anya, kau yakin ini tempatnya?" tanyanya.
Anya mengangguk. "Aku bisa merasakannya. Ada sesuatu yang sangat kuat di bawah sana. Sesuatu yang tersembunyi."
Mereka sampai di sebuah stasiun kereta api bawah tanah yang sudah lama ditinggalkan. Tempat itu penuh dengan sampah dan grafiti. Kaelen menyentuh dinding, dan sebuah panel rahasia terbuka. Di baliknya, sebuah tangga besi spiral turun ke dalam kegelapan.
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉