Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu orang baik
Pagi sekali Dea telah bersiap-siap, karena hari ini akan berangkat ke Jakarta. Sebenarnya Bu Ratmi berat hati untuk memberi izin anak nya merantau di kota. Apa lagi mereka tidak ada keluarga di Jakarta, di tambah Dea pergi sendirian dan perempuan pula. Sudah pasti sebagai orang tua, Bu Ratmi sangat cemas untuk merelakan kepergian sang anak.
Dea juga meyakinkan sang Ibu jika Dirinya akan bisa jaga Diri. Tapi nama nya juga seorang Ibu, tetap lah khawatir sekali rasanya.
Di meja makan, keluarga kecil itu sedang menikmati sarapan.
“Ati-ati Ning kono, sampeyan cah wadon. Ojo nganti diapusi wong. Lan maneh, elinga! ojo dumeh, kowe wis tunangan’’
(Hati-hati di sana. Kamu itu anak perempuan, jangan sampai di tipu orang. Dan lagi, ingat! jangan macam-macam, kamu sudah bertunangan)
“Inggih romo, aku bakal ngrungokake pituturmu. Ojo kuwatir, aku bakal iso ngurus awakku ing kono. OPO Romo lali anak mu Iki bisa pencak silat.
“Tumben ini mau bicara saat makan, biasa nya juga aku akan di geplak’’ batinnya.
Setelah sarapan, Dea langsung mengemasi bekas piring mereka membawa nya ke dapur lalu mencuci nya. Sedangkan Romo nya berangkat ke kebun teh seperti biasa.
“Kowe ati-ati neng kono. Iki Ibuk khawatir sekali ndug Karo kowe. Kowe satu-satunya cah wadon kulawarga iki.’’ ucapnya mengusap ujung mata yang basah.
Bu Ratmi masih saja belum rela dan takut anak nya kenapa-kenapa di kota besar.
“Ibuk do'akan saja anak mu ini. Semoga sukses di sana. Nanti kan bisa telponan juga.’’ balas Dea memeluk sang ibu.
.
.
Jam 9 pagi Dea langsung berangkat ke stasiun Balapan. Dia berangkat menggunakan ojek. Dari desa nya ke stasiun bisa memakan waktu hampir 3 jam. Ini saat berangkat tunangan nya tidak tau sama sekali, karena Dea memang tidak memberi kabar. Dea sengaja tak memberi tahukan Suroto, karena tidak ingin di antar oleh pria alay itu. Meskipun di antar menggunakan mobil, tetap saja Dea tidak mau. Lebih baik Dirinya menggunakan jasa ojek dan berpanas-panasan.
Tepat pukul 1 kurang, Dea tiba di stasiun. Dia tidak khawatir soal tiket karena sudah di pesan melalu media online. Masih ada waktu 8 menit, Dea langsung membeli nasi untuk makan siang.
Tak lama terdengar pengumuman keberangkatan dari solo ke jakarta. Dea langsung beranjak dan menarik koper nya masuk ke kereta lalu mencari no kursi nya.
Dari solo ke jakarta membutuhkan waktu 7 jam 46 menit. Jadi lah Dea menghabiskan waktu nya untuk mencari-cari kost yang murah dan loker juga. Ada beberapa kost yang murah, tapi Dirinya belum bisa memilih di antaranya. Nanti Dea akan melihat saja dulu kondisi aslinya baru bisa di putuskan. Sedangkan untuk loker sperti nya memang sulit, karena semua membutuhkan gelar sarjana. Jadi untuk pekerjaan Dia akan mencari langsung. Lelah bermain ponsel, Dea masukkan kembali ke dalam tas ransel nya. Menyandar kan dengan posisi nyaman lalu memejamkan mata, karena perjalanan masih panjang.
Sekitar pukul 20.54 wib, Kereta api tiba di stasiun Gambir. Dea langsung turun dan mencari taxi. Tapi hampir pukul 10, belum juga ada taxi yang lewat. Dea juga belum makan malam, sementara perut nya sudah keroncongan minta di isi. Terlihat di seberang jalan ada penjual nasi goreng grobakan.
Dea yang sudah lapar, tanpa melihat kiri kanan langsung menyebrang.
Sementara di dalam taxi seseorang panik melihat perempuan menyebrang sembarangan.
“Awas pak!!!!’’ pekik wanita di dalam mobil, sambil memegang erat seat belt nya.
Ckiiiiiiiiiitttt...
Bunyi decit rem menggores aspal. Untung saja sang supir mengerem tepat waktu. Hanya berjarak sekitar sejengkal saja dari Dea.
Dea yang shock masih meringkuk di jalan menutup mata dengan telapak tangannya.
Supir dan wanita keluar dari taxi menuju Dea.
Sementara Dea masih sibuk komat Kamit mengucap syahadat, karena terlalu shock Dia tidak menyadari jika ada orang di dekat nya.
“Ya Allah, Ojo dulu njabut nyowoku. Sadurunge ngalami wengi kapisan, moso wis ngrasakake siksa kubur!!’’ gumam Dea yang masih memejamkan mata nya.
(jangan dulu cabut nyawa ku, belum merasa malam pertama, masa sudah merasakan siksa kubur)
Pak supir dan wanita menahan tawa mendengar ucapan Dea yang menurut mereka di luar prediksi itu. Si wanita langsung mendekati Dea, menepuk pelan pundak nya.
“Kamu nggak apa-apa? Apa ada yang luka?’’ ujar wanita itu.
“Eh aku masih hidup?’’ Dea mencubit pipinya.
“Ah benar ini, nggak transparan juga. I-iya, saya nggak apa-apa kok Mbak.’’ jawab Dea agak sedikit linglung.
“Alhamdulillah jika nggak ada yang luka. Kamu mau kemana, bisa langsung di antar sekalian. Kelihatan nya kamu bukan berasal dari sini’’ ujar wanita itu melihat koper yang Dea bawa.
“Iya benar, Saya dari Solo, ke Jakarta untuk cari kerjaan. Saya belum punya tujuan Mbak, tapi sudah melihat di media sosial ada beberapa kost yang murah. Nanti mau lihat dulu.’’ jawab Dea jujur.
“Jadi kamu nekad kesini padahal belum punya tempat tinggal dan kerjaan?’’ tanya nya keget.
Dea hanya nyengir kuda. Siapa yang tidak terkejut. Biasanya orang akan mencari tempat tinggal dan mencari loker dulu. Jika sudah mendapat tempat tinggal dan di terima kerja, baru akan berangkat. Ini Dea, belum punya tempat tinggal dan kerjaan sudah pergi saja, siapa yang tidak melongo di buat nya. Apalagi ini kota besar. Tapi Dea tidak takut sama sekali, justru tujuan awalnya memang kabur dari perjodohan. Hanya saja kabur nya bukan yang langsung minggat, tapi di bungkus melalui alasan syarat dari lamaran.
Iba melihat Dea yang luntang lantung, wanita itu langsung memberi pekerjaan dan tempat tinggal.
“Hem, begini saja, kamu bisa tinggal sementara di toko baju saya. Kebetulan lantai dua tidak ada yang menempati, di sana juga sudah ada dapur dan kamar mandi. Jika kamu tidak gengsi atau malu, sebelum mendapat kerja kamu boleh kerja di toko saya. Kebetulan toko saya baru dan belum ada karyawan, bagaimana?’’ tanya wanita itu.
Dea berfikir sejenak dan langsung menyanggupi.
“Wah benarkah ini Mbak? Kalau gitu saya sangat mau. Sudah ada tempat tinggal, bisa kerja lagi. Kalo gitu saya kerja tetap saja di toko mbak.’’ balas Dea antusias.
“Baiklah, ayo masuk ke mobil. Oh ya, jangan panggil saya Mbak, sepertinya kita seumuran. Panggil saja Naura. Ok!’' ucap wanita itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri.
“Ah siap! Nama saya Dea azzahra.’’ Dea menyambut uluran tangan si wanita yang bernama Naura.
.
.
Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya 🙏