Rania Alesha— gadis biasa yang bercita-cita hidup bebas, bekerja di kedai kopi kecil, punya mimpi sederhana: bahagia tanpa drama.
Tapi semuanya hancur saat Arzandra Adrasta — pewaris keluarga politikus ternama — menyeretnya dalam pernikahan kontrak.
Kenapa? Karena Adrasta menyimpan rahasia tersembunyi jauh sebelum Rania mengenalnya.
Awalnya Rania pikir ini cuma pernikahan transaksi 1 tahun. Tapi ternyata, Adrasta bukan sekedar pria dingin & arogan. Dia manipulatif, licik, kadang menyebalkan — tapi diam-diam protektif, cuek tapi perhatian, keras tapi nggak pernah nyakitin fisik.
Yang bikin susah?
Semakin Rania ingin bebas... semakin Adrasta membuatnya terikat.
"Kamu nggak suka aku, aku ngerti. Tapi jangan pernah lupa, kamu istriku. Milik aku. Sampai aku yang bilang selesai."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PCTA 4
Rania menatap bangunan megah di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Istana modern milik Arzandra Adrasta itu kini menjadi tempat tinggal barunya, bukan karena keinginan tapi karena paksaan. Langit senja yang mulai meredup seakan mencerminkan kegelapan yang merayapi hatinya.
Seorang pelayan membukakan pintu utama, mengisyaratkan agar Rania masuk. Dengan langkah berat, Rania melangkah masuk, disambut oleh interior mewah yang terasa dingin dan asing. Asisten pribadi Adrasta, Gino, muncul dari balik koridor, wajahnya tanpa ekspresi.
"Selamat datang, nona Rania." sapanya formal. "Saya akan mengantar Anda ke kamar anda."
Rania hanya mengangguk, mengikuti Gino menaiki tangga spiral menuju lantai atas. Mereka berhenti di sebuah pintu kayu yang berukir indah. Gino membuka pintu itu dan mempersilakan Rania masuk.
Kamar itu luas dan elegan, dengan jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Namun, bagi Rania semua kemewahan itu tak ubahnya seperti sangkar emas. Ia melangkah masuk, merasakan kesepian yang menyesakkan.
"Ini kunci kamar anda," ujar Gino sembari menyerahkan sebuah kunci elektronik kepada Rania. "Tuan Adrasta meminta anda untuk selalu mematuhi jadwal yang sudah ditetapkan. Ponsel Anda telah diganti dengan perangkat ini."
Gino menyerahkan sebuah ponsel berwarna hitam tanpa merk. "Semua komunikasi anda akan melalui perangkat ini. Selain itu, seluruh area rumah dilengkapi CCTV untuk keamanan anda."
Rania menerima ponsel itu dengan enggan, merasa semakin terkurung. Setelah Gino pergi, Rania duduk di tepi tempat tidur, menatap ponsel baru itu dengan perasaan hampa.
Malam menjelang dan Rania merasa gelisah. Ia memutuskan untuk menghirup udara segar di taman belakang. Dengan hati-hati, Rania membuka pintu kamar dan melangkah menyusuri koridor sepi. Setibanya di pintu belakang, ia mendorongnya perlahan dan keluar ke taman yang diterangi dengan cahaya bulan.
Baru beberapa langkah, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Rania berbalik dan mendapati Adrasta berdiri di belakangnya dengan tangan di saku dan menatapnya dengan tatapan matanya yang dingin.
"Mau ke mana, Rania?" tanya adrasta dengan nada rendah namun mengintimidasi.
Jantung Rania berdegup kencang. "Aku hanya ingin menghirup udara segar."
Adrasta melangkah mendekat, membuat Rania mundur selangkah. "Ini adalah rumahku, dunia kecilmu sekarang." bisiknya tepat di telinga Rania sebelum berbalik dan meninggalkannya sendirian di taman.
Dengan perasaan campur aduk, Rania kembali ke kamarnya. Saat membuka pintu, matanya tertuju pada sebuah kotak kecil yang terdapat di atas tempat tidur. Dengan ragu Rania mengambil dan membukanya. Di dalamnya terdapat kalung rantai tipis dengan liontin kecil berbentuk GPS tracker. Sebuah catatan menyertainya.
"Pakai, atau aku yang akan langsung memasangkannya di lehermu."
Tangan Rania gemetar saat membaca pesan itu. Ia merasa seperti burung yang sayapnya telah dipotong, yang membuatnya tak bisa terbang bebas kemanapun ia ingin pergi. Dengan enggan Rania mengalungkan kalung itu ke lehernya, merasakan dinginnya logam menyentuh kulitnya.
Saat itulah pintu kamarnya terbuka perlahan. Adrasta melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Ia menatap Rania dengan senyum tipis yang membuat bulu kuduknya merinding.
"selamat datang di neraka, Rania." ucap Adrasta pelan namun penuh ancaman.
Penasaran kan sama kelanjutan ceritanya? Apa yang bakal terjadi sama kehidupan Rania selanjutnya dan perlakuan semena-mena seperti apa yang akan Adrasta berikan kepada Rania? Tetap ikuti terus kisah Adrasta dan Rania ya....