Syifa Anandia, gadis berusia dua puluh tahun, mempunyai kakak tiri bernama Erlinda Aulia. walau mereka saudra tiri, kasih sayang mereka seperti saudar kandung, Namun berbeda dari Ibu Erlinda, yaitu ibu Ningsih, dia sama sekali tidak menganggap Syifa sebagai anak, Erlinda sudah bertunangan dengan laki laki yng tampan dan sudah mapan dari segi ekonomi, tunangannya bernama Elvan Pamungkas,
Hingga suatu hari, ketika Erlinda menyuruh adiknya Syifa untuk menjemputnya di kantor, terjadilah sebuah kecelakaan, mengakibatkan Erlinda meninggal dunia, sebelum Erlinda menghembuskan nafas terakhirnya, dia meminta Elvan untuk menikahi Syifa, dan mencintai Syifa setulus tulusnya, namun disisi lain, Elvan menganggap Syifa adalah penyebab Erlinda meninggal, dan kala itu Syifa sudah dekat laki laki yang bernama Mahardika steven atau Dika pembisnis muda yang sangat sukses, namun dia bekerja sebagai satpam perusahannya sendiri.
Bagaimana kelanjutan kisah Syifa, Dika dan Elvan, antara janji dan cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lies lies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Syifa termenung di dalam kamarnya, dia bahagia karena Dika dengan melamar dan menikahinya, sementara disisi lain ada ibu tirinya yang menginginkan pernikahan Erlinda dulu.
Malam semakin larut, Syifa terus berpikir entah jam berapa Syifa tertidur, dan pada akhirnya dia terbangun di jam enam
"Astaghfirullah tenyata sudah jam enam". Syifa bergegas mengambil handuk dan ke kamar mandi, berhubung kamar mandi Syifa dekat dengan dapur Bu Ningsih langsung mencela.
"Enak ya Fa, jam enam baru bangun, sementara ibu sudah berkeringat untuk memasak. "
Syifa tak menghiraukan Bu Ningsih dia langsung mandi, air dingin di pagi hari membuat badan Syifa kembali segar.
Syifa keluar dari kamar mandi langsung pergi ke kamar memakai pakaian kerja yang kemarin di beri dari perusahaan tempatnya bekerja.
Syifa mengambil tas musuhnya dan menatap dirinya dalam cermin, "sudah rapi, tapi sayang tas ku sudah lusuh"
Bu Ningsih mengetuk pintu kamar Syifa, "tok tok. "
Syifa membuka pintu kamarnya.
"Tuh pacar satpam mu sudah datang, " Bu Ningsih nampak sinis
Syifa langsung pergi mendekati Dika, "sudah lama menunggu Mas"
"Aku baru sampai Fa, ini helmnya pakai"
Mereka berangkat kerja bersama, Dika memarkirkan motornya,
"Dika! "
Dika menoleh "Naura".
"Kenapa kamu pakai baju satpam, aku nyari kamu"
" Kenapa kamu kemari"
"Aku kerja disini sekarang, om Steven nyuruh aku jadi sekertaris kamu. "
" Papa nyuruh kamu".
Naura mengangguk.
Dika kembali menyalakan motornya, dia pergi meninggalkan Naura
"Sialan Dika kenapa langsung pergi bukannya seneng aku kerja disini." Naura kesal dan Dia pun langsung menurunkan ruangan Dika.
Syifa mengetuk pintu ruangan bertuliskan direktur, "masuk saja", Naura yang menyahut di dalam ruangan Dika
" Maaf bu saya mau membersihkan ruangan ini, "ucap Syifa.
Naura memperhatikan Syifa, " sepertinya kamu yang dulu kerja di toko. "
"Iya bu, "
"Oh, jadi kamu sekarang kerja disini. "
"Iya bu"
"Kamu bersihkan ruangan jangan sampai ada debu yang nempel"
Syifa memgangguk, Syifa langsung membersihkan setiap sudut ruangan, Naura duduk santai sambil memainkan ponselnya.
Syifa melihat foto keluarga, dia menatap foto keluarga tersebut, "kok ini seperti foto mas Dika, dan Bapak ini yang kemarin itu beli sembako di toko"
"Hai kamu," teriak Naura
Syiaf kaget dan menjatuhkan foto tersebut, hingga cermin dari bingkai jatuh berceceran.
"Kamu ini baru kerja udah ngerusakin bareng, cepet kamu beresin pecahan cermin itu. "
"Ba,,,, baik bu" Syifa gemetaran.
...****************...
Dika sudah sampai di rumahnya sendiri, rumah yang sangat besar dan mewah.
"Mas Dika pulang, " tanya penjaga rumah Dika
Dika tak menjawab dia langsung masuk saja kerumah, orang tuanya sedang makan pagi
"Pa,, . " Pak Steven menoleh
Pak Steven tetap melanjutkan makan paginya.
"Dika kamu pulang, kenapa gak bilang, loh kamu kok pakai baju satpam. "
"Pa,, kenapa Pap suruh Naura ke kantor kita, dia punya perusahaan sendiri" Dika marah
Pak Steven menghentikan makannya, menaruh sendok, dan mengelap mulutnya berdiri sejajar dengan Dika, "apa yang kamu takutkan kalau Naura di kantor kita, dia juga calon istrimu, semakin dekat semakin baik kan. "
"Dika akan menikah dengan pilihan Dika sendiri"
Pak Steven menepuk bahu Dika," coba kalau kamu berani menikahi gadis miskin itu"
Dika mengempalkan tangannya, nafasnya begitu sesak, dia tahu maksud dari perkataan papanya.
Pak Steven senyum sinis melihat Dika, tanpa Dika sadari papanya telah mencari informasi tentang Dika dan Syifa. Pak Steven melangkahkan kakinya dia bangga akhirnya bisa membuat Dika kembali kerumah.
Bu Maya menenangkan Dika, " mama tahu perasaan kamu Dika, mama akan selalu mendukung yang terbaik untukmu, apa mama boleh bertemu dengan gadis itu. "
Perlahan Dika luluh dengan mamanya, "apa mama ingin bertemu dengannya"
"iya Dika, "
Suara ponsel Dika berbunyi, Dika nampak cemas mendengar kabar dari suara di ponselnya, dia berlari ke kamar untuk mengambil kunci Duca tinya, lalu mengendarai dengan cepat.
...****************...
Syifa membersihkan remehan kaca, disana sudah ada beberpa office girl dan office boy.
"Aku mau kasih tahu kalian kalau kerja disini harus bener gak perlu kalian ambil barang barang yang disini, " nampak Naura marah
Mereka hanya tertunduk, Naura berjongkok mendekati Syifa, memegang dagu Syifa, "kamu mau apa sih lihat lihat foto tunangan ku, kamu harusnya tahu kamu itu bukan levelnya", Naura menghempaskan dagunya Syifa.
Tak terasa Syifa menangis dan pecahan cermin menusuk jari Syifa,
Naura duduk di sofa menyilangkan kakinya yang putih dan tinggi,
"Kamu, " Naura menunjuk Syifa
"Iya bu, "
"Nama kamu siapa? "
"Syifa bu"
"Tolong kamu bersihin sepatu aku, "
Teman teman Syifa hanya saling pandang, dan merasakan ketakutan,
Syifa hanya menuruti saja perintah Naura, dia mengelap sepatu Naura.
"Ingat ya ini contoh buat kalian, yang kerjanya kurang becus"
Mereka hanya mengangguk.
Tiba tiba pintu terbuka " brakkkk"
Naura langsung berdiri, "Dika".
Dika langsung menarik Syifa, " Naura kamu. "
Dika penuh emosi melihat perlakuan Naura,
"Kalian semua pergi dari sini, "teriak Dika"
Para office boy yang diruang langsung pergi, Naura memegangi lengan Dika, "Dika kamu kenapa si, dia itu udah ngacak ngacak ruangan kamu", ucap Naura
"Nau, kamu mau pergi dari sini atau aku seret keluar, " Ucap Dika penuh emosi.
Syifa hanya bingung melihat kejadian ini.
"Oke, gue pergi dari sini, " Naura mengambil tasnya dan berjalan menyenggol Syifa dengan keras.
Dika melihat jari Syifa" jari kamu berdarah Syifa, " Dika merasa khawatir, lalu Dika menyuruh Syifa duduk, Dika menelpon Bayu " Bay bawa kotak keruanganku".
Syifa menatap Dika penuh tanda tanya, "siapa Dika sebenarnya".
" Mas yang difoto itu kamu, " Syifa bertanya dengan sedikit ragu
Dika tersenyum, "sudah jangan dibahas, "
"Tapi mas. "
Bayu datang membawa kotak obat, " Syifa kamu kenapa? ". Tanya Bayu
" Tadi saya gak sengaja, mecahin figura foto, jadi kena serpihannya"
Bayu langsung melirik Dika yang sedang mengobati Syifa.
Pak Anan dan Mba Vera datang, "mba Syifa gak papa, " tanya pak Anan
"Saya gak papa pak, " jawab Syifa
"Saya baru tahu dari anak anak, " ucap Pak Anan
"Maaf mas Dika lain kali kami akan hati-hati", ucap Vera.
Syifa semakin curiga, mereka begitu sangat menghormati Dika,
"Kalian boleh bekerja lagi, " perintah Dika.
"Baik pak, " kami pamit.
"Bay, perintahkan Elvan dan Erlinda pulang, biar aku yang kesana besok" ucap Bayu.
Syifa masih berfikir keras siapa Dika, dari cara bicaranya dia adalah pimpinan perusahaan.
"Baik pak", Bayu meninggalkan ruangan.
"Kamu sebenarnya siapa mas, " tanya Syifa penasaran.
"Syifa jika kamu tahu aku sebenarnya, apa kamu masih mau menerima ku".
Dika menatap Syifa dengan penuh kelembutan.
" Maksudnya apa mas, jangan buat Syifa berpikir aneh,