Tak ingin lagi diremehkan oleh teman-temannya, seorang bocah berusia enam tahun nekad mencari 'Ayah Darurat' sempurna; tampan, cerdas, dan penyayang.
Ia menargetkan pria dewasa yang memenuhi kriteria untuk menjadi ayah daruratnya. Menggunakan kecerdasan serta keluguannya untuk memanipulisi sang pria.
Misi pun berjalan lancar. Sang bocah merasa bangga, tetapi ia ternyata tidak siap dengan perasaan yang tumbuh di hatinya. Terlebih setelah tabir di masa lalu yang terbuka dan membawa luka. Keduanya harus menghadapi kenyataan pahit.
Bagaimana kisah mereka? Akankah kebahagiaan dan cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emergancy Daddy 34.
"Kau sudah memastikan semua ini, Dama?" tanya Dad Jon serius. Ia terpaksa kembali meminta mantan asisten kepercayaannya itu untuk mengejar sesuatu.
"Sudah, Tuan. Saudara kembarnya yang hilang adalah benar, Tuan muda Nathan."
Dad Jon terdiam. Ia melepas kaca mata dan memutar kursi kerja untuk mengarahkan pandangannya keluar, menatap berbagai bunga yang selalu ditata rapi oleh istrinya.
Setelah tempo hari menerima pengakuan Nathan yang mencintai seorang wanita dengan latar belakang masa lalu yang kompleks, Dad Jon tidak pernah berdiam diri. Pria tua itu terus mencari informasi, sudah menjadi kebiasaannya memang, jika ada sesuatu yang sedikit saja mengusiknya, maka ia tidak akan tinggal diam, Dad Jon akan jauh lebih dalam untuk mencari tahu.
Namun siapa sangka, pencarian itu membawa Dad Jon pada fakta yang sebenarnya memang telah lama ia cari; tentang latar belakang keluarga asli dari putra keduanya.
"Ayah mereka adalah anti-natalis, Tuan. Karena alasan itulah istrinya melarikan kedua putra mereka, tapi hanya Tuan muda Nathan yang berhasil sampai di negara ini, sedangkan Ivan..." Dama tidak lagi melanjutkan ucapan saat melihat Dad Jon beranjak dari tempat duduknya.
Pria paruh baya itu kini berdiri di dekat jendela, ia tak ingin berpikir banyak tentang fakta mengejutkan yang baru saja ditemukan oleh asisten kepercayaannya, karena Dad Jon tahu; sebuah fakta tetaplah akan berakhir menjadi fakta. Dad Jon kini hanya mengkhawatirkan keadaan sang putra. Bagaimana jika putra tengilnya itu mengetahui hal ini? Juga bagaimana putranya menghadapi perasaan cinta yang ternyata tertuju pada wanita yang juga dicintai oleh saudara kembarnya.
*
*
*
Perasaan amarah sudah menguasai Nathan. Tendangan yang ia layangkan untuk Ivan berhasil membuat pria itu terhuyung. Tak memberikan kesempatan untuk Ivan sadar, Nathan terus mendaratkan tinjunya berulang kali.
Pria bajingan yang baru saja ingin melukai putranya itu bukankah pantas untuk mati di tangannya?
Namun, ketika Nathan ingin memberikan pukulan kesekian kalinya, kepalan tangan pria itu tergantung di udara. Ia membeku, netra Nathan terpaku. Wajah Ivan yang berdarah dan lebam dapat dengan jelas Nathan perhatikan.
Wajah...yang...begitu mirip dengan...wajahnya.
Nathan tak bergerak. Ia terkunci pada wajah yang begitu sama dengan wajahnya. Kesamaan yang teramat begitu nyata, hingga membuat Nathan lupa tentang rasa amarahnya, lupa tentang perkelahiannya, dan lupa tentang segalanya, Nathan tidak tahu harus berbuat apa.
Bugh!
Pukulan itu menghantam kuat kesadaran Nathan yang sempat hilang. Ia yang sebelumnya berada di atas tubuh Ivan, kini sudah terpental.
Bugh!
Ivan melayangkan tendangan yang menghantam kuat perut Nathan. Nathan meringis, darah mengalir pelan dari sudut bibir pria itu.
"Kau terkejut, Saudaraku?" Ivan terkekeh. Ia meludah menyingkirkan darah yang juga ada di sudut bibirnya akibat pukulan Nathan. Pria itu bangkit. "Tidak menyangka bertemu denganku? Yang adalah saudaramu?"
Bugh!
Nathan kembali meringis, menyentuh perutnya yang kembali mendapatkan tendangan Ivan-pria yang mengaku sebagai saudaranya.
"Aku kira kau sudah mati." Ivan kembali terkekeh melihat Nathan yang sempat lengah, hingga ia bisa bebas dari terkaman saudara kembarnya itu.
Meski sulit, Nathan tetap berusaha untuk bangkit. Ia menatap tajam pada Ivan-pria yang wajahnya begitu mirip dengannya, bahkan rambut pria itu juga berwarna perak sepertinya.
"Siapa kau?"
"Hahaha...kau tidak mengenalku? Aku adalah dirimu." Ivan maju melayangkan tinju yang dengan cepat Nathan balas.
Bugh!
"Aku bukan bajingan sepertimu, brengsek!!" Sekali lagi Nathan melayangkan pukulannya, begitu juga Ivan.
Keduanya saling balas dengan banyak perkataan yang terus terucap, sampai akhirnya Ivan melepaskan gespernya dan langsung menghantamkan kuat pada Nathan. Nathan limbung, wajahnya penuh luka, dan melihat itu Ivan dengan cepat kembali melayangkan tendangan tepat di dada pria itu.
Bugh!
Nathan jatuh terkapar.
"Nathan!!"
Wajah yang tengah menahan sakit itu ia paksa menoleh saat masih mampu mendengar teriakan seseorang yang menyebut keras namanya. Nathan bisa melihat Anggita sudah menangis terduduk di tanah dengan menyembunyikan wajah Elvano dalam pelukan.
"Honey?"
Anggita tak menggubris panggilan Ivan yang tampak terkejut, namun tak lama kemudian berganti senyum atas kehadirannya. Ivan ingin mendekat, memeluk wanitanya, tapi di sekitar Anggita ada beberapa penjaga yang berdiri dengan awas. Keadaan hutan kini tak lagi sepi, sudah dipenuhi dengan keributan dan pertikaian antara orang-orang Teo melawan anak buah Ivan.
Anggita kembali memanggil nama Nathan. Tatapan serta tangis wanitanya yang hanya tertuju pada Nathan sangat jelas dilihat oleh Ivan. Wajah pria itu seketika berubah mengeras, pandangannya perlahan beralih pada Nathan yang terbaring lemah tak jauh darinya.
Ivan tersenyum sinis, aura bengis begitu terpancar dari wajahnya. Dan tampa ampun, Ivan kembali menyerang Nathan, menghajar saudara kembarnya itu mati-matian yang membuat Anggita seketika berteriak kencang ingin berlari mendekat.
Orang-orang Teo yang berusaha menyelamatkan Nathan terus mendapatkan halangan dari anggota Ivan. Pria yang terlihat seperti psikopat itu menggila menghajar saudaranya.
"Mati kau saudara, sialan!!" teriak Ivan kencang dengan sudah menodongkan senjata api tepat di kepala Nathan.
Tangan pria itu hampir menarik pelatuk senjatanya, namun...
Bugh!
"Kau yang akan mati!!"
Ivan terpental dari atas tubuh Nathan setelah dagunya berhasil mendapatkan hadiah dari tendangan sepatu pantofel bermerek.
"Berani sekali kau menyerang adikku!!" Agam mencengkram kuat leher Ivan, meraih pria itu untuk bangun, tak membiarkan Ivan yang ingin meraih senjata apinya, Agam sudah berulang kali memberikan pukulan. Pria itu tak segan meraih tangan Ivan, mengunci dan membantingnya, Agam bahkan memiting kuat leher pria yang wajahnya serupa dengan adik kesayangannya.
Raungan Ivan terdengar. Pria itu jatuh kesakitan di atas tanah setelah Agam melepaskan kunciannya dan belum sempat Ivan mencerna rasa sakit yang begitu luar biasa, ia kembali merasa sesak, Ivan tak bisa bernapas, wajahnya memucat saat Agam sudah menjerat kencang lehernya dengan gesper yang tergeletak di sana, gesper yang sempat ia gunakan untuk menghantam Nathan.
"Kau yang akan mati!" Netra tajam itu menghunus Ivan. Bukan hanya belitan di lehernya saja yang terasa sesak, tapi tatapan pria itu yang seakan siap menelannya, membuat Ivan semakin sulit bernapas.
"Ka...kak..." Nathan terbatuk dengan memuntahkan darah. "Dadaku sakit...bawa aku ke rumah sakit." Setelah mengatakan itu, Nathan sudah tumbang tak sadarkan diri.
Agam lekas berlari menuju adiknya, memanggil nama Nathan, tapi tak mendapatkan sahutan. Di sisinya juga sudah ada Anggita, wanita itu menangis tergugu melihat wajah serta pakaian Nathan yang banyak terdapat noda darah.
Agam bergerak cepat untuk melarikan adiknya ke rumah sakit. Pria yang merupakan tempat ketiga bermanja Nathan itu datang setelah Dad Jon menghubunginya. Tidak sedikit pengawal yang Agam bawa, ia bahkan terlihat mampu untuk mengobrak-abrik seluruh hutan detik itu juga, jika sampai tidak menemukan adiknya-Nathan.
***
Perbedaan anti-natalis dan childfree
*Anti-natalis; filosofi yang memandang kelahiran sebagai hal negatif. Beranggapan bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan dan ketidakadilan, sehingga kelahiran adalah sebuah kesalahan, karena membawa individu ke dalam dunia yang penuh dengan penderitaan.
*Childfree; keputusan sadar untuk tidak memiliki anak, yang bisa didasari berbagai alasan seperti finansial, karir, atau preferensi pribadi.
mau komen apa dari karya ini, entahlah. Tapi gregetnya itu lho...
kesel ia,, ngakak iya... lengakp amat sih buat karyanya..
sukses selalu untuk karya luar biasamu Kak Diana.. semoga karyamu semakin bersinar❤️❤️❤️🥰🥰🥰