Ketika hidayah datang menyentuh hati, namun masalalu yang kelam terus menghalangi kaki untuk melangkah kembali ke jalan suci.
Kisah Zee, seorang pelacur kota yang ingin Hijrah namun menemui banyak rintangan dan tantangan. Apakah hidayah Allah mampu membawanya kembali? Atau dia akan menyerah pada keadaan?
Baca kisah lengkapnya di sini😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Cerewet
Irsyad nampak beristighfar beberapa kali sembari mengatur nafasnya agar tak sampai tersulut emosi akibat perkataan Azizah yang kasar.
Dia tak menyadari kalo wanita itu terus menatap ke arahnya dengan tatapan tajam.
“Bisa minggir nggak sih? Gue mau ke toilet,” seru Azizah.
Tanpa menyahut, Irsyad bangun dan duduk di kursi yang berada di seberangnya, memberi jalan kepada wanita itu untuk keluar.
Dia terus menatap punggung Azizah sampai hilang dari pandangannya.
“Tadi nangis-nangis, sekarang ketus. Stress kali ya? Sayang banget. Cantik-cantik, stress. Ya Allah, jauhkanlah hambamu ini dari segala kemalangan,” gumam Irsyad.
Dia kembali menikmati rotinya seorang diri di dalam bus.
Sekitar tiga puluh menit berlalu, dan pengeras suara mulai memberitahukan kepada penumpang bus untuk segera kembali ke dalam, karena bus akan segera berangkat.
Perlahan, semua orang naik satu persatu. Bus pun kembali penuh.
Irsyad yang tadi duduk di kursi seberang, harus kembali ke tempat duduknya karena pemilik kursi tadi sudah datang.
Dari arah depan, terlihat Azizah juga memasuki bus. Wanita itu tak mempedulikan Irsyad yang sudah menunggunya untuk segera duduk, karena dia pun ingin cepat duduk.
Mesin bus telah menyala, dan semuanya kini menempati kursi masing-masing.
Azizah terlihat kembali diam, dengan pandangan yang seolah tak mau lepas dari luar kaca mobil.
“Mbaknya udah sholat? Saran saya ya Mbak, kalau hati lagi kalut tuh banyak-banyakin ibadah biar adem, biar nggak gampang kemasukan setan,” ucap Irsyad tiba-tiba.
Bukan tanpa alasan dia berkata seperri itu. Dia merasa Azizah sedang memiliki masalah yang berat, terlihat dari bagaimana wanita itu Melampiaskan perasaan dan emosinya, yang berbanding terbalik dengan sikapnya yang ketus dan dining.
Namun hal tersebut justru membuat Azizah terganggu dan membalas Irsyad dengan tatapan tajam.
Tapi pemuda itu seperti tak peduli dan kembali berucap.
“Allah itu maha penyayang. Dia maha pemberi jalan keluar bagi setiap masalah yang dihadapi umatnya. Minta sama Allah supaya mbaknya diberi kemudahan dalam menjalani hidup, banyakin baca al-quran, banyakin...,” cerocos Irsyad.
“Bisa diem nggak?” sela Azizah cepat
Sontak Irsyad menoleh dan terdiam, melihat ekspresi Azizah yang benar-benar merasa terganggu denga kata-katanya.
“Gue nggak butuh ceramah dari lu. Mending lu simpen buat orang yang mau denger omong kosong lu itu,” lanjut Azizah dingin.
Irsyad kembali harus diam, sembari berkali-kali istighfar karena sikap Azizah yang ketus dan seolah tak mau diberitahu hal yang benar menurutnya.
Akhirnya pria itu memilih diam dan membiarkan Azizah tenggelam dalam pikirannya sendiri, hingga tiba di terminal kota.
Hampir tengah malam, bus pun tiba di terminal.
Pria itu langsung bangun dan berjalan keluar, meninggalkan Azizah di belakang.
Tak ada lagi basa basi yang keluar dari mulut Irsyad seperti sebelumnya.
Sementara Azizah tak peduli sama sekali dan bergegas keluar sambil mengangkat tote bag-nya yang cukup berat.
“Zee,” panggil seseorang begitu melihat Azizah turun dari bus.
Terlihat seorang wanita yang berusia sedikit lebih muda dari Azizah, melambaikan tangan ke arah wanita dingin itu.
Dia berjalan menghampiri Azizah dan meraih tas dari tangan wanita tersebut.
“Gue turut berbela sungkawa atas meninggalnya ibu lu ya. Sorry, kemarin gue lagi mab*k jadi nggak tau kalo lu pulang kampung,” ucap wanita tadi.
“Bawa motor nggak lu, Rin?” tanya Azizah alih-alih merespon ucapan temannya.
“Tuh di sana. Gue minjem motor Pak Karyo. Biasa, bayar pake ini nih,” ucap wanita bernama Rini tadi, sembari menunjukkan sebuah tanda merah di dadanya.
Azizah tak menggubris dan langsung berjalan ke arah motor yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Lu mau kemana habis ini?” tanya Rini.
“Siap-siap kerja,” sahut Azizah singkat.
“Maksud lu?” tanya Rini.
“Ya mangkal lah. Pake nanya,” jawab Azizah sembari menyalakan mesin motor yang dibawa temanya.
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
semoga di pesantren biar tambah adem...
semangat ya
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
Semangat yaw/Kiss/
padahal 1 tarikan napas aja langsung habis...🤦🏻♀️...
ini gimana konsep nya...😌😌
teman/ sahabat yang tulus akan menerima apa ada nya....
walaupun cobaan silih berganti..
sebagai teman/sahabat memberi semangat dan mensuport Azizah..
pada saat down malah menjauh bukan memberi semangat untuk menjalani semua cobaan...😞
gak bisa kata²..🤭
biar kuat iman dan mental nya...
pelangi/ punbkebahagian nya masih jauh di gapai...
jadi nikmatin ujian dan cobaan nya yg di berikan othor😂😂😂....
orang lain pada mandang sebelah mata...
gak di sisi positif nya......
istiqomah lebih sulit dari pada jarkoni😂😂😂😂
(iso ngaKAR ora iso nglaKONI)
walau pun itu nyata nya fakta...
walau pun itu nyata nya fakta...
semoga istiqomah...
dan kuat iman nya🤲🤲🤲
dah nyaman malah ending nya kesandung lagi....🧐🧐🧐🧐...
ending nya masa lalu lagi🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️