Menjadi Ibu Pengganti Putra Presdir

Menjadi Ibu Pengganti Putra Presdir

MIPPP 01 — Prolog

Suara-suara sumbang tetangga kembali mengusik telinganya. Membuat Davira kian gemas dan tak habis pikir. Mereka makin gencar mencibirnya dengan sebutan perawan tua saat berita kegagalan pernikahannya kembali terulang. Belum lagi membandingkannya dengan anak tetangga yang baru saja melahirkan.

Bukan kali ini saja Davira mendengar cibiran dan hinaan, tapi hampir setiap hari label perawan tua itu sering terdengar. Rasa-rasanya para tetangganya itu tak pernah bosan membicarakan dirinya dan keluarganya.

"Davira tuh terlalu pemilih, makanya gagal nikah terus!"

"Iya, ih! Jadi perempuan kok pemilih, sok jual mahal, ngapain ngejar sekolah tinggi-tinggi kalau ujungnya cuma di dapur."

"Iya, kan! Buat apa kuliah tinggi-tinggi, nanti malah gak ada pria yang mau."

Davira masih memerhatikan ketiga ibu-ibu seusia Ibunya dari jendela kamarnya. Ia masih diam dan bersabar karena Ibunya — Rika masih terlihat tenang menghadapi para ibu-ibu itu, sambil sesekali menanggapi ucapan mereka dengan ringan.

Rika hanya bisa tersenyum mendengar celotehan para ibu-ibu yang tak ada habis-habisnya membicarakan anak sulungnya. Rasanya lelah juga menghadapi gunjingan mereka, ibu mana yang rela anaknya terus digosipkan ini dan itu?

Tetapi Rika sadar betul bahwa ia tak bisa menutup mulut mereka satu-persatu. Selain tersenyum paksa dan bersabar, Rika tak bisa melakukan hal lain. Sudah menjadi kebiasaan mendarah daging bagi ibu-ibu untuk bergosip.

"Bu Rika! Kasih tahu anaknya tuh jangan pemilih jadi perempuan, udah dua puluh delapan tahun tapi masih belum nikah juga. Anak saya padahal udah punya anak dua, lho!"

Rika tampak menggelengkan kepalanya pelan. "Terima kasih Bu Ratih atas perhatiannya, tapi anak saya bukan perempuan yang pemilih, kok. Davira cuma lebih selektif aja memilih suami," terang Rika masih dengan senyuman yang sama.

"Selektif apanya! Yang ada dia telat nikah, tuh! Saya malah curiga, jangan-jangan anaknya Buat Rika tuh auranya ketutup! Makanya susah dapetin jodoh," kata Bu Ratih dengan pedasnya, bahkan diangguki oleh beberapa ibu-ibu yang lainnya.

"Astaghfirullah, Bu Ratih! Ini sudah zaman apa masih percaya dengan hal-hal seperti itu," ucap Rika sabar sambil mengelus dada.

Davira selalu mengingat dengan baik bahwa Bu Ratih adalah orang yang selalu memprovokasi para ibu-ibu desa untuk menggunjingnya. Tidak ingatkah Bu Ratih bahwa anaknya — Ratna Rengganis sering meminjam uang padanya untuk membeli susu?

Davira benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran Bu Ratih. Yang menganggap bahwa anak perempuan yang sukses adalah perempuan yang bisa menikah dengan keluarga berada. Sedangkan anak perempuan yang mengejar pendidikan dan karir dianggap tidak menguntungkan apa-apa.

Davira beranjak dari duduknya di tepi jendela. Telinganya terasa berdengung mendengar celotehan Bu Ratih. Davira membuka pintu rumahnya dan berjalan mendekati kerumunan ibu-ibu yang tadi sedang mengobrol.

Ketiga ibu-ibu tersebut tampak terkejut dengan kehadiran Davira. "Kenapa, Bu-Ibu? Udahan gosipnya? Lanjutin aja, Davira dengerin, kok!" sindir Davira sambil tersenyum. Bu Rika menyikut lengannya pelan, memperingatkan anaknya untuk tidak memedulikan omongan ibu-ibu itu.

"Eh, Davira. Tu-tumben banget ke luar." Salah seorang Ibu berdaster biru menyapanya.

Davira tersenyum, berusaha untuk ramah. "Iya, nih, Bu Eli. Sekalian aja mau say halo sama ibu-ibu di sini yang ramah-ramah banget," sindirnya halus.

"Ibu-ibu semua udah masak belum?"

Bu Rika tampak menyikut siku Davira lagi, kali ini memintanya untuk masuk saja. Sebelum ibu-ibu itu kembali menanyainya hal yang macam-macam.

Bu Hani mendekati Davira, penasaran dengan Davira yang jarang dilihatnya. "Kemarin katanya kamu mau nikah sama pengusaha, ya? Katanya gak jadi? Ih, kenapa?"

Davira memaksakan senyumnya. "Bukan gak jadi, Bu Hani. Tapi saya batalkan pernikahannya karena dia selingkuh," jawab Davira sedikit malas.

Mendengar jawaban Davira, Bu Hani tampak antusias untuk kembali menanyainya. "Serius? Seharusnya jangan kamu batalin, Dav! Pasti orang kaya, kan? Kamu kalau nikah sama dia pasti bahagia, tuh!" tutur Bu Hani panjang.

Davira tampak menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tak habis pikir dengan anggapan Bu Hani. "Kekayaan bukan tolak ukur Davira untuk menikah, Bu Hani. Kaya dan gelar pengusaha belum tentu jadi patokan bahwa pernikahan akan berjalan dengan bahagia," sangkal Davira.

Bu Hani mendecih, dan terdengar lagi ujaran tak menyenangkan. Davira hanya bisa mengusap dadanya pelan. Rika memintanya untuk kembali masuk ke rumah dan menutup telinganya rapat-rapat.

Yang mereka tahu hanyalah bahwa pria itu seorang pengusaha dan kaya, mereka tak tahu fakta bahwa pria itu telah berbohong sebagai duda padahal sudah memiliki istri. Davira jelas menolak menjadi istri kedua. Meski harus ia akui, ia cukup terkesan dengan pria yang mendekatinya sebulan lalu.

Tetapi Davira cukup waras untuk tidak merusak kebahagiaan perempuan lain apalagi sampai menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain. Davira memasuki kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Ia mulai terisak dan membenamkan wajahnya ke dalam bantal.

Siapa yang tak terluka hatinya saat dihina dan digunjing tetangga? Sebenarnya, Davira cukup kuat menghadapi itu semua. Tapi ia hanyalah perempuan yang hatinya rapuh. Dua kali gagal menikah jelas menorehkan luka dan trauma tak biasa dalam dirinya.

Salahkah jika Davira menjadi perempuan yang menolak lelaki yang ia tahu telah beristri? Salahkah jika Davira menunda waktu menikah demi mendapatkan seorang pria baik yang bisa mencintainya?

Dan, bisa apa Davira di hadapan takdir? Sekuat apapun ia mencoba, jika Tuhan belum berkehendak, Davira hanya bisa memangku doa-doa di tengadah tangan dan tetap bersabar dengan harapan yang tenang.

Sambil memulihkan luka dan traumanya, Davira memilih untuk fokus pada karir dan berusaha lebih mencintai dirinya sendiri. Karena hanya dengan begitu, perihnya luka tak akan membasuhnya berulang kali.

Terpopuler

Comments

Selina Navy

Selina Navy

realita kehidupan di indo begini emang/Speechless/

2025-02-21

1

Ñůŕšý

Ñůŕšý

Biar pun ujung2nya di dapur, kalau sekolah tinggi kan bisa mendidik anaknya jadi lebih baik, bu

2025-02-22

1

Ñůŕšý

Ñůŕšý

Sabar Davira. Orang sabar akan mendapatkan jodoh yang terbaik.

2025-02-22

1

lihat semua
Episodes
1 MIPPP 01 — Prolog
2 MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3 MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4 MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5 MIPPP 05 — Zein Terluka
6 MIPPP 06 — Terharu
7 MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8 MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9 MIPPP 09 — Luka Batin
10 MIPPP 10 — Merindukannya
11 MIPPP 11 — Kodrat
12 MIPPP 12 — Meminang
13 MIPPP 13 — Bimbang
14 MIPPP 14 — Berkata Jujur
15 MIPPP 15 — Mencari Tahu
16 MIPPP 16 — Acara Lamaran
17 MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18 MIPPP 18 — Kegilaan
19 MIPPP 19 — Pernikahan
20 MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21 MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22 MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23 MIPPP 23 — Rumah Baru
24 MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25 MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26 MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27 MIPPP 27 — Menjemput Zein
28 MIPPP 28 — Kembali Pulang
29 MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30 MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31 MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32 MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33 MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34 MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35 MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36 MIPPP 36 — Khawatir
37 MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38 MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39 MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40 MIPPP 40 — Pertengkaran
41 MIPPP 41 — Perdebatan
42 MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43 MIPPP 43 — Rencana Jahat
44 MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45 MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46 MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47 MIPPP 47 — Merasa Gagal
Episodes

Updated 47 Episodes

1
MIPPP 01 — Prolog
2
MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3
MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4
MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5
MIPPP 05 — Zein Terluka
6
MIPPP 06 — Terharu
7
MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8
MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9
MIPPP 09 — Luka Batin
10
MIPPP 10 — Merindukannya
11
MIPPP 11 — Kodrat
12
MIPPP 12 — Meminang
13
MIPPP 13 — Bimbang
14
MIPPP 14 — Berkata Jujur
15
MIPPP 15 — Mencari Tahu
16
MIPPP 16 — Acara Lamaran
17
MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18
MIPPP 18 — Kegilaan
19
MIPPP 19 — Pernikahan
20
MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21
MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22
MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23
MIPPP 23 — Rumah Baru
24
MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25
MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26
MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27
MIPPP 27 — Menjemput Zein
28
MIPPP 28 — Kembali Pulang
29
MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30
MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31
MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32
MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33
MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34
MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35
MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36
MIPPP 36 — Khawatir
37
MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38
MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39
MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40
MIPPP 40 — Pertengkaran
41
MIPPP 41 — Perdebatan
42
MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43
MIPPP 43 — Rencana Jahat
44
MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45
MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46
MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47
MIPPP 47 — Merasa Gagal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!