"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
status pak!
"pak, mau tanya!" salah satu siswi mengangkat tangannya. dia tersenyum tipis mendapati tatapan Vallerio,
"kenapa?" tanya pria itu
"kayaknya perkenalan bapak tadi ada yang kurang deh!" ujar siswi itu, semua anak anak mengalihkan pandangan ke arahnya.
"apa?" tanya Vallerio lagi menghampiri mejanya.
"status pak, status bapak apa? Udah punya istri atau pacar apa belum?" semua orang diam, antara menunggu dan takut karena itu harusnya sesuatu yang privasi. Apalagi saat ini wajah Vallerio tidak terlihat memberi senyum hangat lagi, pria itu kembali ke meja, membuka buku lalu mulai menjelaskan materi tanpa berniat menjawab pertanyaan basi itu.
aku harap belum! Aurora yang sejak tadi menunggu jawaban, terpaksa menekukkan wajahnya saat tidak di tanggapi. Padahal pertanyaan siswi itu harusnya mewakili pertanyaan yang ada di benaknya.
Dia membuka buku, berusaha untuk mengalihkan fokus agar tidak terus terusan menatap pria tampan di depan yang tidak kunjung menatapnya balik. Entah, Aurora pikir Vallerio memang tidak lagi mengenalnya, cukup lama dia tidak pernah mendengar kabar pria itu, pertemuan terakhir mereka saat Aurora masih kecil di pesta pernikahan Wiliam dan Alena.
Vallerio mulai memaparkan beberapa materi, setiap kalimat penjelasan yang dia keluarkan dapat dengan cepat masuk di otak mereka, sangat berbeda saat pak Karlo yang menjelaskan, sebenarnya cara mereka mengajar agak mirip, mungkin karena pada dasarnya tidak suka dengan gurunya jadi setiap materi yang di jelaskan pun jadi ikut tidak sampai di otak. Hanya beberapa orang saja yang menyukai guru disiplin itu, yang tidak pernah terlambat sekalipun satu detik ketika ada les.
Hingga jam pertama sudah hampir selesai, mereka yang biasanya terus lirik jam saat ada pelajaran matematika kini seolah di bawa terbang, semua fokus tanpa ada lagi yang bersahutan satu sama lain untuk sekedar bertanya tentang selesainya jam pertama.
"baiklah, ada yang kurang paham? Mau bertanya?" setelah cukup lama menjabarkan materi dengan serius, Vallerio mulai bertanya. Tidak ada jawaban sama sekali, mungkin semuanya pada paham, pikir Vallerio.
"tidak ada? Berarti sudah paham semua ya?" sambungnya lagi.
"iya pak!!" serempak para murid.
"kalau begitu, waktu sepuluh menit terakhir kalian kerjakan soal di halaman empat puluh lima, jam istirahat nanti di kumpulkan ke ketua kelas ya!!" perintah Vallerio, setelah itu dia mulai merapikan bukunya lalu keluar dari dalam kelas. Pandangan mata Aurora tak pernah beralih hingga pria itu hilang dari pandangannya.
.
.
.
jam istirahat tiba, di dalam kelas Aurora, para siswa sedang sibuk mengumpulkan tugas matematika pada Cava.
"Cav, aku aja yang pergi bawa ke pak Vallerio, boleh?" Aurora berujar dengan wajah datarnya. Dia tidak menampilkan banyak ekspresi, Cava bingung sendiri, tumben tumbennya gadis cantik itu ingin melakukan pekerjaan seperti itu. Biasanya di jam istirahat seperti ini, Aurora dan Caca pasti sudah berada di kantin.
"tidak usah Rora, biar aku aja" jawab Cava dengan suara lembutnya.
"ayolah Cav, aku juga ada perlu di ruang guru, biar sekalian aja!" sedikit memaksa, tidak lagi protes karena sebetulnya Cava hendak ke toilet karena sudah menahan pipis sejak tadi, pada akhirnya, Cava membiarkan Aurora membawa lembar tugas itu ke Vallerio. Tidak lupa dia berterima kasih pada gadis itu.
Aurora berjalan santai, menelusuri setiap lorong kelas menuju ruang guru berada. Senyum tipisnya terbit sejak tadi, hingga sampai di ruang guru dia melangkah masuk. Memperhatikan dengan saksama para guru disana, Vallerio tidak terlihat sama sekali.
"permisi pak, mau kumpul tugas dari pak Vallerio,, dimana ya?" tanya Aurora pelan.
"di ruang pribadi pak Karlo Rora, bawa saja kesana!" pak Dimas menjawab, setelah itu Aurora kembali keluar dan memasuki ruangan sebelah yang memang ruang pribadi pak Karlo sejak dulu.
Di sekolah itu, para guru mempunyai ruangan pribadi tersendiri, di ruang guru mereka hanya berkumpul saat tengah membicarakan sesuatu atau kepentingan lainnya.
Tok
Tok
Aurora mengetuk pintu itu dengan keras,
"masuk" terdengar suara berat Vallerio mempersilahkan dia masuk dari dalam. Aurora menekan handle pintu secara perlahan, hal pertama yang dia lakukan adalah mengintip. memastikan Vallerio sedang apa di dalam, setelahnya Aurora masuk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪