Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-03
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹
Aluna masuk kedalam mobil Yura. Dari tadi Yura terus saja mengomeli Aluna yang lambat dan yang paling buat Yura jengkel, Aluna masih sempat-sempatnya tertidur diruangan nya.
"Nggak sekalian setahun aja Lun?". Gerutu Yura menjalankan mobilnya.
"Nggak usah ketus gitu Yur sama sahabat sendiri, masuk neraka nggak gue tolongin elu". Yura dan Mira mendelik. Apa hubungannya coba dengan neraka.
"Apa hubungannya sama neraka?". Tanya Yura heran.
"Karena elu suka protes sama bidadari surga ini". Aluna dengan percaya dirinya sambil mengedipkan alisnya.
Sumpah demi apapun Yura dan Mira ingin rasanya menenggelamkan Aluna ke dasar laut.
"Elu.......".
"No debat. No protes. Gue emang paling cantik dari elu berdua". Aluna dengan cepat memotong ucapan Aluna. Aluna dengan kepercayaan tingkat dewa, menyisir poninya kedepan, hal itu membuat nya terlihat imut dan juga menggemaskan.
"Nihh, gueee tunggu dirumah Kak Ray. Jangan lupa bawa Bang Yuyu sama Bang Yayan". Aluna menyerahkan kaset DVD pada Mira.
"Ck, pacar gueee namanya Bayu bukan Yuyun, Lun. Elu ntar gueee aduin loe sama Bapak gueeee". Protes Yura tak terima nama Bayu diubah.
"Ya Lun. Nama bagus-bagus elu ubah. Dasar elu yaaaa". Gerutu Mira menyambung.
"Alah sama aja. Mau Bayu, mau Yandi. Mau Yuyun. Mau Yayan sama aja". Ujar Aluna tak mau kalah. Dia melipat kedua tangan didada dan bersandar dengan nyaman dibangku penumpang.
Yura dan Mira mencebik kesal. Meski begitu, dengan adanya Aluna membuat hidup mereka berwarna. Mereka sama-sama somplak dan berisik. Namun Aluna lah yang paling somplak, manja dan berisik luar biasa.
Sampai dirumah Aluna. Aluna langsung turun dari mobil. Tak lupa ucapan terima kasih untuk kedua sahabatnya.
"Jangan lupa ntar malam gueee tunggu". Aluna menutup pintu mobil.
"Iyeee udah tahu". Ketus Mira.
Aluna masuk dengan wajah sumringah.
"Bunda". Dia bocah kembar berlari kearah Aluna.
"Haii putra-putra nya Bunda". Aluna menjongkokkan badannya menyamakan nya dengan kedua pria kecil berwajah tampan itu.
"Sayang, Bunda dulu dongggg".
Cup cup cup cup cup cup.
Kedua nya menciumi wajah Aluna, membuat gadis itu terkekeh geli.
"Mami, mana?". Aluna mengandeng tangan kedua pria kembar itu.
"Mami lagi masak". Jawab yang satunya mengandeng tangan Aluna dengan sayang.
"Papi?". Ujar Aluna lagi. Dia seperti anak kecil, hingga membuat kedua bocah itu sangat menyukai nya.
"Papi kelja". Jawab yang paling bungsu.
Mereka masuk dengan tangan saling mengandeng satu sama lain. Kemanjaan Aluna memang nomor satu.
"Kak". Panggil Aluna pada Kakak iparnya.
"Ehhh Lun udah datang?". Lia menghentikan aktivitas nya dan menyambut tangan Aluna
"Iya Kak". Sahut Aluna menyalimi Lia "Kak Arya belum pulang Kak?". Aluna duduk kursi meja makan menyaksikan Kakak ipar nya memasak.
"Belum Lun. Katanya ada jadwal operasi mendadak". Jawab Lia.
"Ayah sama Bunda kemana?". Ucap Aluna sambil memainkan rambut kedua pria kembali yang terus menempel padanya.
Lia tersenyum sambil melanjutkan masaknya dan tersenyum mendengar pertanyaan Aluna.
"Ada di kedai. Sebentar lagi mereka balik". Sahut Mira.
"Sayang, ke kamar yuk. Bunda punya sesuatu buat kalian berdua. Mau?". Rayu Aluna menampilkan wajah imutnya.
"Mau-mau". Kedua bocah kembar itu menyahut dengan cepat.
"Kak, Aluna ke kamar dulu yaaaa". Pamit Aluna.
"Iya Lun". Ucap Lia tersenyum hangat, apalagi melihat kedua putra kembarnya yang terus menempel pada Aluna.
.
.
.
.
Rayyan menyenderkan punggungnya. Dia baru saja selesai merekap semua nilai mahasiswa nya. Pria itu meronggoh ponselnya. Sudut bibirnya sedikit terangkat ketika melihat tampilan layar ponselnya. Fotonya dengan seorang gadis yang sudah lama dia pendam perasaan nya pada gadis itu. Rayyan tak berani mengungkapkan perasaan nya. Takut jika gadis itu tidak menerimanya dan malah pergi meninggalkannya.
"Cantik". Rayyan mengusap layar ponselnya "Aku berharap kita selalu bersama selama nya. Aku berharap kau segera tahu perasaan ku. Aku berharap kita bukan hanya sahabat. Kakak dan adik. Tapi sebagai kekasih yang saling mencintai". Rayyan memeluk ponselnya dengan senyum mengembang.
Lalu Rayyan mengacek ponselnya. Senyum bibirna terlihat jelas saat membaca pesan di group. Dia menggeleng gemes.
"Benar-benar gadis unik". Gumamnya.
Rayyan mengambil jas nya yang sengaja dia gantung di kursi kebesarannya. Lalu mengambil kunci mobil dan bergegas pergi.
"Pak Ray".
Langkah Rayyan terhenti wajahnya langsung dingin.
"Ada apa?". Tanya Rayyan melirik arloji yang melingkar ditangannya.
"Saya mau nebeng sama Bapak. Soalnya mobil saya masuk bengkel". Ujar wanita itu penuh harap.
"Apa nggak bisa pesan taksi?". Seru Rayyan dingin
"Hp aku lowbet". Sahut wanita itu hanya sebagai alasan.
"Ya udah ayo".
Rayyan berjalan duluan tanpa peduli pada wanita itu. Dia tidak suka wanita agresif. Apalagi wanita yang menyukai nya.
Didalam mobil Rayyan sama sekali tak berbicara. Wajahnya dingin dan fokus menyetir.
"Pak.......". Panggil wanita disampingnya.
"Ada apa Bu?". Tanya Rayyan tak melihat kearah wanita itu.
"Apa Bapak punya pacar?". Wanita itu mengigit bibir bawahnya menahan gugup. Dia sudah lama menaruh rasa pada dosen tampan itu.
Kening Rayyan berkerut. Tanpa banyak berpikir dia paham arah pertanyaan wanita itu.
"Punya".
Mendengar jawaban Rayyan wanita itu langsung lemes. Bahkan wajahnya yang tadi ceria dan semangat, kini seperti awan mendung
"Siapa Pak?". Tanya wanita itu penasaran. Siapa gadis yang telah merebut hati pria idamannya?
"Apa tujuan Ibu naik mobil saya untuk menanyakan hal pribadi?". Ucap Rayyan dingin.
Wanita itu langsung bungkam dan tidak mau lagi bertanya tentang Rayyan. Biarlah nanti dia cari tahu sendiri siapa pacar lelaki pujaannya ini.
Wanita itu adalah Marissa usianya 28 tahun, dia salah satu dosen ditempat Rayyan mengajar. Dia putri dari direktur kampus dan wanita itu tidak tahu bahwa Rayyan adalah pemilik kampusnya. Rayyan sengaja menyembunyikan identitas dirinya tentang pewaris kekayaan orangtuanya. Dia bukan pria pamer.
"Terima kasih Pak".
Wanita itu turun dari mobil Rayyan dengan senyuman mengembang dan ucapan terima kasih.
Rayyan langsung melajukan mobilnya tanpa membalas ucapan Marissa. Bukan Rayyan tidak tahu jika wanita itu berusaha mendekatinya dan menarik perhatian nya. Rayyan tidak pernah tertarik dengan wanita mana pun, selain gadis kecilnya. Menurut Rayyan semua wanita sama saja. Hanya mengincar harta dan ketenaran nya. Namun, gadis kecilnya itu berbeda dan selalu membuat Rayyan merasa memiliki.
Bersambung...........