NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:499.7k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Badut kecil

Setelah kejadian waktu itu, Mas Setya tak pernah lagi pulang. Dua Minggu, ya, sudah hampir dua minggu lamanya dia tak singgah di rumah yang susah payah dia bangun dahulu. Putra ku pun sudah jarang sekali menanyakan keberadaan Ayahnya. Sepertinya bentakan di waktu subuh saat itu begitu membekas di hati dan otak si malaikat kecil ku.

Sebenarnya aku masih dilanda rasa penasaran, siapakah wanita itu? Dari kalangan mana dirinya, sehingga dia bisa membuat sifat Mas Setya berubah seratus delapan puluh derajat.

**

Malam ini malam Minggu. Aku masih setia dengan profesi ku, menjadi seorang badut lucu untuk menghibur anak-anak.

Uang yang di kasih Mas Setya waktu itu masih aku simpan. Sebagai pegangan bila dalam keadaan mendesak. Aku senang menjadi seorang Badut, penghasilan ku pun lumayan. Aku bisa mendapatkan lima puluh ribu hingga enam puluh ribu tiap malamnya. Itu sangat cukup bahkan lebih untuk makan aku dan putra ku. Tergantung rasa syukur kita saja. Lebih besar kita bersyukur lebih besar pula nikmat yang kita rasa.

**

''Teh Hamidah, aku nitip Arif lagi malam ini ya,'' sapa ku. Tetangga ku yang baik hati itu sedang duduk di teras rumahnya.

''Iya Hanifa. Dengan senang hati akan Teteh jaga si tampan anak Teteh ini. Sini Sayang kita nonton film kartun kesukaan mu lagi.'' Teh Hamidah berdiri, dia menghampiri Arif. Selama ini Teh Hamidah memang sudah menganggap Arif sebagai putranya sendiri. Usia Teh Hamidah lebih tua empat tahun di atas aku. Teh Hamidah masih setia dengan kesendirian nya. Dia bekerja sebagai guru TK dan guru ngaji di lingkungan tempat kami tinggal.

''Enggak mau. Arif malam ini mau ikut Bunda kerja. Arif pengen bantu Bunda.'' celoteh putra ku. Dari tadi Arif memang sedikit ugal-ugalan. Dia begitu ingin ikut aku ke taman kota malam ini.

''Arif mau ikut Bunda main ke taman? Kalau begitu Teh Hamidah juga akan ikut Bunda.'' timpal Teh Hamidah dengan wajah ceria. Teh Hamidah memang pandai sekali dalam urusan membahagiakan anak-anak.

''Hore! Aku dan Ibu mau ikut Bunda. Hore ....'' Arif meloncat kegirangan mendengar perkataan Teh Hamidah. Ibu adalah panggilan yang Arif semat kepada Teh Hamidah.

''Teteh serius?'' tanya ku dengan mata menyipit.

''Iya. Dua rius malah. Sesekali boleh lah jalan-jalan keluar. Apa lagi ini malam minggu. Kasian juga Arif nya kalau harus di rumah terus. Kalian tunggu disini sebentar ya. Teteh akan mengunci pintu terlebih dahulu.'' aku mengangguk, Teh Hamidah berlalu mengunci pintu dan mengambil tas nya.

Kami bertiga berjalan beriringan menuju taman kota. Suara kecil Arif menjadi nyanyian bagi kami selama berjalan kaki. Dia bercerita apa saja yang membuat gelak tawa terbit di wajah ku dan Teh Hamidah. Arif memang anak yang pintar dan ceria.

Sebelum pergi ke taman kota, kami mampir dulu sebentar di rumah Pak Hj Ahmad. Beliau merupakan juragan Badut, tempat aku bekerja selama ini. Hj Ahmad memiliki hati yang mulia. Dia sengaja memproduksi kostum Badut sebanyak-banyaknya, dengan berbagai macam bentuk karakter kartun lucu apa saja kegemaran anak-anak. Pak Hj Ahmad telah banyak membantu warga setempat dengan usahanya itu. Sehingga siapa saja yang ingin bekerja di taman kota malam hari atau siang hari tinggal mampir saja ke rumah Pak Hj Ahmad. Kalau aku lebih memilih menjadi Badut di malam hari saja.

''Assalamu'alaikum Mas.'' sapa aku dengan nada sopan kepada Mas Yusuf anak nya Pak Hj Ahmad. Mas Yusuf yang sedang duduk di teras membaca buku sedikit kaget karena sapaan ku itu.

''Walaikumsallah Hanifa.'' Mas Yusuf menjawab cepat. Matanya menatap ke arah kami. ''Eh ada si ganteng Arif sama Ustadzah Hamidah juga.'' seru Mas Yusuf. Mas Yusuf merupakan Ustadz muda di tempat tinggal kami. Wajahnya begitu rupawan. Dia juga masih bujangan.

Aku melihat ke arah Teh Hamidah, wajah Teh Hamidah sedikit merona dengan menunduk malu. Wajar saja, karena sebenarnya Teh Hamidah sudah lama sekali menyukai Mas Yusuf. Dia menyimpan rasa sukanya itu dalam diam.

''Mau ambil Kostum Badut ya.'' tanya Mas Yusuf.

''Iya, seperti biasa Mas.'' jawabku.

''Ya sudah yuk masuk, Abi dan Umi sedang keluar, mengisi pengajian di komplek sebelah.'' Mas Yusuf berdiri, lalu membuka pintu. Kami mengikuti dia di belakang.

''Wah, ternyata baju Badut nya banyak banget. Aku juga pengen pake baju Badut.'' ucap Arif dengan senyum mengembang saat kami sudah sampai di ruangan tempat penyimpanan kostum badut.

''Arif mau, ayo silahkan di pilih.'' kata Mas Yusuf ramah.

''Mas beneran ini.'' timpal ku.

''Iya beneran Fa. Kalau Ustadzah Hamidah mau pakai juga boleh. Enggak perlu nyetor juga enggak apa-apa. Untuk seneng-seneng aja lah, hiburan buat kalian di malam minggu.''

''Masya Allah, terimakasih Mas.'' ujar ku.

''Iya. Sama-sama Hanifa.'' balas Mas Yusuf.

Teh Hamidah masih tetap dengan sikap kalemnya. Diam dengan wajah merona.

Setelah itu aku mengambil kostum badut yang biasa aku pakai. Arif mengambil kostum badut dengan karakter Boboiboy, kartun kesukaan nya. Kostum itu begitu pas di tubuh kecilnya. Sedangkan Teh Hamidah memilih kostum badut bewarna biru.

***

Kami sudah berada di taman kota. Taman kota nampak begitu ramai malam ini, muda mudi dan keluarga kecil dengan dua orang anak tampak memenuhi tempat ini, tidak luput juga sepasang kakek nenek yang tidak mau ketinggalan. Di tambah lagi di taman kota sedang ada pasar malam. Berbagai macam hiburan tersedia disini.

Aku, Teh Hamidah dan Arif menggoyang-goyang kan tubuh kami yang sudah di balut kostum badut menghibur pengunjung. Anak kecil berantrian ingin di foto bersama kami. Yang paling di gemari mereka adalah kostum Badut Arif. Mereka begitu senang melihat karakter kartun Boboiboy. Arif menggoyang-goyang tubuhnya dengan senang. Saat berfoto, dia akan menunjukkan dua jarinya. Sepertinya Arif begitu menikmati. Tapi aku merasa was-was aku takut Arif kecapean dan jatuh sakit. Berbagai macam bayaran kami terima, ada yang memberi 5 ribu, 10 ribu dan 15 ribu.

''Udah, Arif kalau mau istirahat gih kesana sama Teh Hamidah, biar Bunda saja yang kerja.'' teriakku kencang supaya Arif kedengaran. Suara bising di taman kota membuat ucapan kita tak jelas, susah kedengaran. Mumpung lagi sepi, makanya aku ngomong.

''Arif masih belum capek Bunda.'' balas Arif.

''Iya Hanifa. Teteh juga senang menghibur anak-anak. Nanti sajalah kita istirahat bersama-sama.'' timpal Teh Hamidah.

Saat kami tengah mengobrol, tiba-tiba seorang anak perempuan dengan rambut di kucir dua berlari ke arah kami.

''Yey, Badutnya banyak banget. Lucu-lucu sekali. Apalagi yang ini.'' kata anak perempuan itu kegirangan. Dia menyentuh kami satu persatu. Arif yang di sentuh semakin kesenangan. Arif semakin cepat menggoyang-goyangkan tubuhnya kekiri ke kanan. Wajah ku yang di tutupi kostum badut menatap dalam ke arah anak perempuan. Anak perempuan ini mirip sekali sama anak perempuan waktu itu. Iya tidak salah lagi, ini memang anak perempuan yang di gendong Mas Setya waktu itu.

Saat aku tengah melamun. Tiba-tiba suara seorang wanita terdengar.

''Caca, kamu nakal, kamu meninggalkan Mama dan Papa begitu saja. Lain kali jangan gitu lagi ya, Papa sampai panik ngejar langkah kamu. Kami takut putri kesayangan kami hilang.''

Degh!

Jantung ku rasanya mau copot. Aku melihat mereka lagi.

Bersambung.

Jangan lupa like komen dan subscribe ya.

1
Haerul Anwar
halah bacot anying lu Arumi dasar govlok
Tijanud Darori Tiara
lah thorr,,
DNA ga mungkin langsung keluar gitu aja,,,😁
Herma Wati
begitu cepatnya hasil DNA keluar?/Sob//Sob/
Sutiani Sutiani
kecewa
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!