NovelToon NovelToon
Petani Hebat Dengan Sistem

Petani Hebat Dengan Sistem

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / System / Militer
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Dyoka

Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.

Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.

Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.

Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.

----

“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.

“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PH 4 Tiga Wortel untuk Miranda

Ketika Seno tengah menikmati makan malamnya, ponsel miliknya berbunyi. Ia kemudian mengecek ponsel miliknya itu. Yang menelfon Seno saat ini adalah Ferdi. Sahabatnya sejak dirinya masih TK. Komunikasi di antara keduanya masih terjalin dengan baik hingga saat ini.

“Hai Ferdi.”

“Hai Sen. Aku turut berduka cita atas meninggalnya kedua orang tuamu. Maaf aku baru sempat menghubungimu sekarang. Aku baru tahu mengenai kabar ini beberapa saat yang lalu.”

Saat ini tengah mengikuti pertukaran mahasiswa di Jepang. Jadi, cukup wajar bagi laki-laki itu terlambat mengetahui kabar tentang kematian kedua orang tua Seno.

“Tidak masalah Fer. Aku tahu kamu pasti sedang sibuk dengan studimu saat ini.” Jawab Seno.

“Tapi aku ngerasa bersalah nggak bisa nemenin Kamu di saat Kamu berada di posisi terpuruk seperti itu.” Jelas Ferdi.

“Nggak usah maksain diri kek gitu nggak masalah Fer.”

“Nggak. Aku tetap harus ngelakuin sesuatu. Aku sudah menyuruh Mira untuk datang ke rumahmu. Kemungkinan baru besok pagi dia akan ke rumahmu. Dia akan memberikan barang pemberianku padamu. Kamu harus menerima barang itu dengan tangan terbuka. Jangan menolaknya.”

Setelah itu, Seno dan Ferdi mengobrol cukup lama. Satu jam kemudian barulah mereka memutuskan sambungan telfon mereka. Sebelum kembali ke dalam rumahnya, Seno menyapukan pandangannya ke sekililing kebunnya.

….

Pagi harinya Seno kembali ke kebunnya. Besok sayuran yang kemarin ia tanam bisa panen. Untuk wortelnya, Seno baru akan menunggu sore hari nanti baru bisa memanennya. Pagi ini tidak banyak yang Seno lakukan untuk sayur yang ada di kebunnya.

Laki-laki itu hanya menyalakan kran air untuk menyiraminya. Ia tidak perlu berjalan menyirami satu persatu sayuran miliknya. Lalu Seno meninggalkan kebunnya untuk sarapan. Bersamaan dengan sarapannya yang habis, Seno mendengar suara deru mobil yang memasuki halaman rumahnya.

“Ah itu pasti Mira. Sepagi ini dia datangnya.”

Langsung saja Seno melangkah menuju halaman depan rumahnya. Di sana ia melihat sebuah mobil Toyota Alphard berwarna hitam terparkir di halaman rumahnya.

Dari dalam mobil itu, keluar seorang perempuan cantik yang memakai kemeja biru polos dipadukan dengan jeans hitam. Rambut panjangnya dikuncir asal, hal itu membuat beberapa anak rambutnya terlihat menutupi wajahnya.

Matanya sekarang tertutupi dengan sebuah kacamata minus. Pemilihan model kacamata yang pas membuat kecantikan perempuan itu bertambah. Ia kemudian memajang senyum terbaiknya ketika melihat Seno.

“Hai Mas Seno.” Sapa Miranda.

“Hai Mira. Aku nggak nyangka Kamu bakal datang sepagi ini.” Jawab Seno.

“Tentu saja aku datang lebih awal. Akukan ingin jalan-jalan di kebun sayur milikmu Mas.”

“Tetapi sebelum itu aku minta maaf nggak datang di pemakaman orang tuamu Mas.” Raut wajah Miranda yang sebelumnya ceria tiba-tiba berubah menjadi sedih.

“Waktu itu aku sedang mengunjungi ibuku yang sedang ada di Singapore. Saat aku tahu mengenai hal ini, itu sudah sangat terlambat.”

“Kamu nggak perlu merasa bersalah seperti itu. Nggak Kamu, nggak kakakmu, kalian sama saja. Dengan kalian peduli seperti ini sudah cukup bagiku. Tidak perlu bersikap seolah-olah kematian kedua orang tuaku ada hubungannya dengan kalian.”

“Hah.” Miranda menghembuskan nafas panjang. “Baiklah aku tidak akan membahas mengenai hal itu. Kita akan membahas yang lainnya. Sebelum aku kelupaan, aku akan menyerahkan titipan dari Mas Ferdi padamu.”

Setelah berucap demikian, Miranda kemudian mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dalam tas kecil miliknya. Ia kemudian menyodorkan kartu ATM tersebut kepada Seno.

“Pinnya angka sembilan sebanyak enam kali.” Ucap Miranda.

Seno tidak langsung menerima kartu ATM tersebut. Ia hanya memandangi kartu berwarna silver yang berada di tangan Miranda.

“Itu apa?” Meski Seno sudah tahu apa itu, tetapi ia ingin memastikan kembali.

“Itu adalah pemberian dari Mas Ferdi. Tolong terimalah Mas. Itu tidak seberapa isinya. Setidaknya uang itu bisa membantu meringankan beban Mas Seno yang sekarang menjadi kepala keluarga.” Jelas Miranda.

“Tidak. Aku tidak mau menerima itu.”

Melihat Seno yang menolak, Miranda langsung mendekat. Ia kemudian berusaha memasukkan kartu ATM tersebut di saku baju Seno.

“Terima saja Mas. Anggap ini rezeki untuk kedua adik Mas Seno. Nggak baik rezeki ditolak.”

Setelah menolak dan merayu dilakukan oleh Seno dan Miranda secara bergantian, pada akhirnya Seno menerima kartu ATM tersebut.

“Aku anggap ini adalah uang yang aku pinjam dari kalian. Aku akan mengembalikan uang ini jika aku sudah memiliki uang nanti.” Ucap Seno.

Meski sekarang Seno tidak dalam membutuhkan uang dalam jumlah besar, tidak ada salahnya ia memiliki uang ini. Nanti jika dirinya memiliki tabungan banyak, Seno akan mengembalikan kartu ATM ini kepada Ferdi.

Jadi, Seno akan menerima uang dari Ferdi ini. Seno anggap ini adalah uang yang ia pinjam dari temannya itu. Ia uang di dalam rekening ini tidak akan ia ambil sama sekali.

“Bagus kalo Mas Seno mau menerimanya.” Jawab Miranda seolah-olah tidak mendengar bahwa Seno hanya menganggap uang itu sebagai pinjaman bukan pemberian.

“Sekarang, aku ingin melihat kebun sayur milik Mas Seno. Apakah ada sayuran yang bisa dipanen sekarang?” Tanya Miranda.

“Sayur di kebunku yang ada di sini belum siap panen.”

“Kalau kebun satunya?”

“Sama saja.” Jawab Seno singkat.

“Ya sayang sekali. Padahal aku udah berencana buat panen sayur langsung di kebunnya. Tapi nggak masalah. Aku tetap akan melihat-lihat kebun sayur milikmu. Tidak masalah kan Mas?”

Miranda memang beberapa kali berkunjung ke rumah Seno. Tidak jarang ketika berkunjung Miranda akan memanen beberapa sayuran secara langsung dari kebun.

“Tentu.”

Seno kemudian mengajak Miranda ke kebun sayur yang ada di belakang rumahnya. Di sana, Seno menjadi fotografer dadakan. Itu karena Miranda ingin mengambil beberapa gambar dengan dirinya berpose layaknya tengah menanam sayur.

“Sini-sini Mas kita foto bareng.” Ucap Miranda.

Perempuan itu kemudian menarik Seno ke sampingnya. Ia lalu merebut ponselnya dari tangan Seno. Miranda mengambil beberapa gambar mereka bedua. Seno sama sekali merasa tidak canggung dekat dengan Miranda seperti ini.

Laki-laki itu sudah mengenal Miranda sejak dia masih kecil. Jadi, Miranda sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

“Nah aku nanti akan unggah gambarnya ke IG.”

“Cewek mah selalu aja gitu. Foto terus dikit-dikit unggah. Itu IG udah kayak diary harian aja. Semua orang bisa tahu kegiatan harianmu dari foto.”

“Eh ini namanya mengabadikan momen. Kalo nggak diabadikan, momennya nggak akan dapet.” Jelas Miranda.

Hampir seharian Miranda menghabiskan waktu bersama dengan Seno. Ia juga makan siang bersama dengan Seno. Sebenarnya, sekarang ini hati Miranda sangat senang. Ini adalah pertama kalinya dirinya berdua dengan Seno dalam waktu yang cukup lama.

Bisa menghabiskan seharian bersama orang yang disukainya sejak SMP, membuat Miranda tidak berhenti tersenyum. Seharian ini mereka seperti tengah melakukan kencan. Meski Seno tidak menanggapnya demikian, tetapi tidak masalah bukan jika Miranda menganggap ini adalah kencan mereka?

Meski sudah lama menyukai Seno, Miranda tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Ia cukup senang hanya dengan memandangi dari jauh. Apalagi ketika ia mendengar bahwa Seno sudah memiliki pacar.

Hal itu membuat harapan Miranda menjadi pacar Seno pupus. Meskipun begitu, rasa sukanya kepada Seno belum juga padam. Semoga saja di lain waktu dirinya bisa mengungkapkan perasaannya kepada Seno.

Itu dilakukannya bukan dengan harapan menjadi pacar Seno. Tetapi untuk membuat dirinya lega setelah memendam perasaannya bertahun-tahun.

“Sebelum kamu pulang, aku akan bawakan sayuran untukmu.” Ucap Seno setalah mendengar Miranda pamit pulang.

“Lah katanya nggak ada yang bisa dipanen?” Tanya Miranda heran.

“Ada cuma sayurnya dikit banget.”

Seno kemudian berjalan menuju ke arah petak kebunnya yang sebelumnya ia tanami dengan benih wortel dari sistem. Meski ini sedikit terlalu awal untuk memanennya, tetapi itu tidak akan menjadi masalah besar.

Seno berencana memberikan tiga dari sepuluh wortel yang ia tanam kepada Miranda. Ia ingin menyimpan wortel yang lainnya untuk menjadi pembanding dengan wortel biasa.

1
Sampah Satu
semangaaat
Anonymous
Cerita konyolnya ini…mana ada dizaman hukum sudah berjalan orang bisa berbuat seenaknya….dasar author kotor otaknya….
Anonymous
Author begho taiklah….bikin cerita kok kek gini dasar
Sampah Satu: bagus kok ceritanya. ada bagian realistisnya
total 1 replies
acid
lagi dan lagi.. kalimat yang paling kubenci...
Go Anang
Luar biasa
Khasna
sayangnya cuma Seno yang bisa mengalahkan inti dimensi itu.....🤭🤭
Pi Man
alah rj banyak bacot
Pi Man
alah bacot kau yuce
Pi Man
author peak atau gimana sih , ya kali kekuatan segitu gitu aja , padahal udh beberapa kali dapat poin kekuatan
Pi Man
jual lah brokoli ke militer
Pi Man
kalah sama kangkung wkwkwk
Khasna
siap² aja jadi tawanan 🤣🤣
Khasna
🤣🤣🤣 kecebong yang meresahkan...
Khasna
perjuangan Seno untuk calon keluarga SenDiRa (Seno Dina miRanda) 💪💪🥰🥰
S.NK.W❇️
bukannya kebun sama lebahnya level 7??....
Travel Diaryska
udah bagus2 cewe nya 1 dina aja, malah ditambahin mira hadehh
Elok Fauziah
Aduh ceroboh seno
Elok Fauziah
sebesar kalkun mungkin atau bahkan sebesar burung unta
Jai Nuri
Luar biasa
Elok Fauziah
buncis thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!