Rahasia Dibalik Perjodohan

Ameera tengah duduk termenung di kursi taman belakang rumah Fram.

Dari sejak pulang sekolah siang tadi,dia baru keluar sore ini.

Berjalan-jalan di taman belakang sambil menyirami bunga-bunga.

Sesekali ia menciumi bunga yang mekar.

Menghirup semerbak aroma lembut bunga mawar, dengan mata terpejam.

Tanpa ia sadari sepasang mata terus memperhatikannya.

Tersenyum melihat tingkah gadis manis berambut panjang.

Kaki yang jenjang dengan kulit putih mulus.

Sepasang bola mata bermanik hitam,hidung mancung dan bibir tipisnya .Lesung di pipi menjadi nilai plus kecantikannya.

Erik pria muda yang bekerja sebagai pelayan di kediaman Fram dan juga Rita.

Sudah sejak lama menaruh hati pada nona muda,keponakan majikannya sendiri.

Ia terus berdiri disisi pintu belakang,

memperhatikan gadis itu dari sana.

Tak lama Ia masuk ke dapur,dan kembali saat Ameera terduduk di bangku taman.

"Selamat sore Nona?!"

Suara itu membuat Ameera tersadar dari lamunannya.

Ia menoleh kearah sumber suara.

Dari arah belakang nampak Erik membawa dua gelas jus dan camilan.

"Kaget ya? Minum !"

Erik menyodorkan nampan dengan senyum menghiasi bibirnya.

"Eh hai,Kak Erik! Ngagetin aja sih kak " Ameera tersenyum malu.

"Ngapain disini sendirian ntar kesambet loh "

Ucap Erik menggoda Ameera.

"Ah Kakak bisa aja.Habis bosan kak gak ada kegiatan"

Ameera mencoba menyembunyikan rasa canggungnya dengan menatap bunga-bunga di sekelilingnya.

Sudah dua tiga kali mereka saling menyapa,dan mengobrol.

Walau begitu Ameera masih merasa aneh jika mengobrol dengan pria yang usianya lebih dewasa.

Kecuali mungkin dengan Dimas, kakaknya.

Hampir sama dengan Divya,Ameera juga tidak pernah terlalu dekat dengan laki-laki,kecuali sebatas teman.

Bukan tak ada yang menyukai,

banyak teman pria di sekolah yang mengagumi kecantikan Ameera,namun Ameera tak menghiraukannya.

"Kak,Meera boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Ameera memecah keheningan.

"Iya Non,mau tanya apa?"

Erik yang duduk di sebelah Ameera menatap lekat gadis di sampingnya.

"Kakak sudah lama kerja disini?"

"Ya,sejak lulus SMU .Sudah sekitar tiga tahunan,kenapa Non?"

"Jangan panggil Non ya kak, Meera aja !" Protes Ameera

"Kecuali kalau memang ada paman.Hehe !"

"Kak...!"

"Iya non ! Eh Meera maksudnya"

"Berarti kalau sudah tiga tahun disini,kakak pernah bertemu Tuan Haris?"

Ragu sebenarnya Ameera menanyakan ini,tapi rasa ingin tahunya lebih kuat dibanding rasa takutnya.

"Kan katanya tuan Haris itu anak sahabat paman,pasti pernah kesini dong !"

"Ah itu,eum~Pernah sih "

Erik juga sedikit takut memberi tahu Ameera.

"Memangnya kenapa Meera tanya soal tuan Haris?"

"Kak Erik tidak tahu ya,tuan Haris kan mau nikahin kak Divya"

Saat ini raut sedih tergambar jelas di wajah Ameera.

"O...itu,ya kakak tahu.Kakak kamu Dimas,dia

sudah cerita"

"Terus kenapa Meera sedih,tuan Haris orang yang baik"

Tutur Erik memberi penilaiannya sendiri,tentang tuan muda Haris Santoso.

"Benarkah? Tapi kata kakak~"

Ameera menggantung kalimatnya.

"Dia sombong dan semena-mena ya ? Begitulah orang menilai tuan.Tapi percayalah tuan muda itu orang yang baik"

Sambung Erik.

"Kakak mengenalnya?"

Tanya Ameera lagi.

Bagaimana Erik bisa menilai tuan muda seperti itu,memang seberapa jauh dia mengenalnya?

Pikiran yang sama seperti seseorang yang tengah memperhatikan mereka berdua di balik pepohonan.

Dimas yang juga mengenal Erik sudah hampir tiga tahun.Namun entah kapan Erik mengenal tuan muda.

Rasanya selama tinggal di rumah paman dia tidak pernah bertemu tuan Haris satu kali pun.

Dia sengaja tidak mengganggu Erik yang berusaha mendekati adiknya.

Karena dia tahu bagaimana Erik.

Baginya asal Ameera merasa nyaman dan baik-baik saja,ia tidak mempermasalahkan.

Toh Erik juga pemuda yang baik.

Walaupun banyak gadis di kampus mengagumi ketampanannya ia selalu rendah diri,tak satu pun Erik mau mendekati mereka.

Tentu karena Erik lebih fokus belajar dan bekerja.

Tak ingin mengecewakan kedua orangtuanya.

Lalu siapakah Erik sebenarnya?

Dia juga dekat dengan Kak Dimas.

Apakah mereka teman satu kampus?