Aku adalah seorang gadis biasa-biasa saja. Aku tergila-gila pada seorang Super Model yang begitu tampan bagiku.
Keberuntungan membawaku kepadanya dan menjadikan ku asisten pribadinya. Namun keberuntungan itupula yang menjadi petaka bagiku ketika sosok mahluk tak berdosa tumbuh di rahimku akibat kebodohan ku. Aku membiarkan sosok Idolaku mengambil kesucianku. Dan menanamkan benih yang seharusnya tidak pernah hadir diantara kami.
NOTE : Buat Readers, tolong lah jangan di judge dulu tokoh cewek nya sebelum membaca ceritanya sampai habis.
Tokoh wanita yang bernama Ge, disini mendapatkan balasan yang setimpal akibat kebodohan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Alessandro
Sesampainya didepan gerbang, tubuh ku didorong oleh kedua keamanan itu,
"Pergi! Dan jangan pernah muncul lagi!" ucap salah seorang dari mereka.
Aku menangis, si Tukang Ojek Iba padaku dan membantu ku bangkit.
"Kamu tidak apa-apa, Mbak?!" tanya si Tukang Ojek.
"Terimakasih, Pak. Aku tidak apa-apa." ucap ku sambil menyeka airmata ku yang tiada hentinya keluar.
Aku kembali menuju Rumah Sakit. Di halaman depan Rumah Sakit, aku turun dari motor Tukang Ojek dan melepaskan helm yang melindungi kepalaku.
Tepat disaat itu, EL menghampiri ku dengan wajah panik. "Darimana saja kamu, Ge?! Aku mengkhawatirkan keadaan mu?!"
"Mas, aku tidak bawa uang. Aku tidak bisa membayar jasa bapak ini!" sahut ku,
Bukannya menjawab pertanyaanya dengan benar, aku malah minta EL membayar jasa si Tukang Ojek itu. Karena di kantong ku hanya ada selembar uang, dan sudah aku serahkan sama Sopir Taksi.
Setelah membayar si Tukang Ojek, EL mengajakku untuk kembali ke ruangan Fariz.
"Sayang, tangan mu berdarah?!" ucap EL sambil memeriksa tangan ku.
Ternyata benar, tanganku terluka dan mengeluarkan darah cukup banyak. Entah mengapa aku tidak merasakan sakit sama sekali. Mungkin karena sakit di hatiku sudah mengalahkan rasa sakit ditubuh ini.
Dan aku tidak tahu kapan aku memperoleh luka itu. Mungkin disaat aku diseret oleh kedua keamanan tadi atau ketika Nona Sarra mendorong ku. Entahlah...
EL begitu mengkhawatirkan aku, dia membawaku menemui salah satu perawat dan perawat itupun segera membersihkan luka ku kemudian mengobatinya.
Aku masih mematung, pikiran ku kosong. Hatiku kembali hancur berkeping-keping. Harapan ku sirna, aku tidak yakin Tuan Alessandro akan menolong ku saat ini.
Setelah beberapa saat dalam keheningan ditempat itu, EL kembali bertanya padaku.
"Ge, kamu dari mana?!" tanya EL lagi,
EL menatapku dengan tatapan sendu, akhirnya akupun tak sanggup menahan tangis ku. Tangis ku kembali pecah. Aku terisak di pelukan EL, aku ingin mengeluarkan semua beban di hatiku saat ini.
"Aku akan kehilangan Fariz, Mas!" ucap ku disela-sela isakan tangis ku.
"Jangan berkata seperti itu, Ge! Tidak baik. Yakinlah, Fariz akan baik-baik saja!" ucap EL, menenangkan aku.
Aku masih terisak di pelukannya. Airmata ku bahkan membasahi kemeja yang melekat di tubuhnya. EL terus mengusap lembut rambutku dan terus mencoba menghibur ku.
"Ge, kamu belum menjawab pertanyaan ku! Kamu darimana? Aku sudah cukup lama menunggu mu disini. Nur segera menghubungi ku ketika kamu pergi membawa Fariz ke Rumah Sakit." ucap EL sambil menatap lekat mata ku.
"Aku mencari Ayah kandung Fariz, aku meminta lelaki itu untuk mendonorkan darahnya demi kesembuhan Fariz. Karena hanya dia yang bisa menyelamatkan nyawa Fariz saat ini namun sepertinya dia tidak bisa membantuku..." sahut ku,
Tangis ku semakin kencang, apalagi aku teringat sosok Fariz yang sedang tidak sadarkan diri di ruangannya.
"Sudahlah, Sayang! Tenanglah... Jangan berputus asa seperti itu. Yakinlah dan terus berdoa untuk kesembuhan Fariz." ucap EL menyemangati ku.
Disaat aku dan EL tengah berpelukan didepan ruangan Fariz dirawat, seseorang memanggil namaku.
"Ge!"
Suaranya terdengar lirih dan sepertinya aku mengenali pemilik suara itu.
Sontak aku menoleh, begitupula EL. Ternyata orang itu adalah Tuan Alessandro. Kulihat tangannya ditutup perban, mungkin itu artinya dia sudah mendonorkan darahnya untuk Fariz.
Tanpa sadar, aku berlari kearah Tuan Alessandro kemudian berhenti tepat dihadapan nya. Aku menatap matanya dan tangis bahagia ku pun tumpah,
"Terimakasih, Tuan! Aku berhutang budi padamu!" ucap ku
Berkali-kali aku membungkuk hormat kepadanya sambil menyeka airmata ku. Tuan Alessandro pun tersenyum padaku,
"Itu kewajiban ku, Ge! Karena Fariz adalah anakku dan aku akan lakukan apa saja untuknya dan juga Farissa!" sahutnya.
Aku terharu sekali mendengarnya, aku bahkan sampai tidak menyadari kalau EL sudah berada dibelakang ku dan memeluk tubuhku.
"Sudah ku bilang, kan? Fariz akan baik-baik saja. Karena aku tahu, Alessandro tidak akan sejahat itu." ucap EL sambil tersenyum padaku.
Aku mengernyitkan kening ku. "Jadi kamu sudah tahu siapa Ayah kandung Fariz dan Farissa?!" tanyaku
"Tentu saja! Karena Alessandro adalah Adikku!" sahut EL.
Aku membulatkan mataku, aku tidak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Alessandro dan Michael ternyata bersaudara. Aku menoleh kearah Tuan Alessandro, diapun mengangguk dan tersenyum padaku.
"Apa-apaan ini?! Kalian bersaudara, tapi kenapa kalian tidak memberitahu ku?!" ucap ku kesal sambil menjauhi EL maupun Tuan Alessandro,
Aku sangat kesal saat ini, aku benar-benar merasa dipermainkan oleh mereka. Jadi mereka saling berbagi informasi tentang diriku dan bodohnya aku, aku tidak pernah menduga kalau kedua orang ini berhubungan darah.
"Aku tidak bisa memberitahu mu, Ge! Aku yakin kamu pasti akan menjauhi ku jika kamu tahu Alessandro adalah adikku!" sambung EL,
EL mencoba menenangkan aku yang mulai emosi. Kulihat Tuan Alessandro hanya terdiam, bibirnya seolah terkunci sempurna. Tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya.
"Pantas saja kamu selalu membanding-bandingkan dirimu dengan Tuan Alessandro, ternyata dia adalah adik mu dan bodohnya aku, aku tidak pernah menyadarinya!" sahut ku.
EL mendekati ku kemudian meraih tubuhku, "Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu. Dengarkanlah aku, Ge! Ku mohon..." pinta EL.
Akupun luluh, EL menuntun ku untuk duduk disebuah kursi panjang didepan ruangan Fariz. Setelah aku duduk, EL pun turut duduk disamping ku. EL menatapku lekat,
"Ge, sebenarnya aku sudah mengetahui semua tentang dirimu. Disaat pertama kita saling berbagi cerita. Aku sangat penasaran dengan sosok mu. Apalagi kamu bilang kalau kamu pernah bekerja dengan Alessandro, adikku. Dan kamu terlihat sangat kesal dengannya. Aku mencoba mencari informasi melalui Mami Angel dan dengan sedikit paksaan akhirnya Mami Angel menceritakan semua tentang dirimu termasuk siapa Ayah dari bayi yang sedang kau kandung. Aku shok berat saat mengetahui bahwa Alessandro adalah biang dari penderitaan yang kamu tanggung selama ini. Sejak saat itu aku bertekad akan mempertanggung jawabkan semua kesalahan yang telah dilakukan oleh Alessandro kepadamu. Perasaan ku yang pada mulanya hanya iba kepadamu perlahan berubah menjadi perasaan cinta. Aku jatuh cinta padamu yang setelah aku mengenal dirimu yang sebenarnya. Seorang wanita tegar dan pantang menyerah." ucap EL,
Aku terdiam, namun Alessandro mulai membuka suaranya.
"Semoga saja cintamu tidak tergoyahkan, EL! Dan tidak akan mengecewakannya!" sahut Alessandro ketus,
Aku memperhatikan ekspresi Alessandro saat itu, ia melirik tajam kearah EL.
Entah apa maksud Alessandro mengatakan hal itu. Aku kembali menatap EL, EL sama sekali tidak berani menjawab perkataan sinis Alessandro. Dia hanya diam sambil membalas tatapan ku.
***