Malam itu aku hanya bisa melihat suamiku pulang kembali ke rumah istri sahnya. Meski kecewa aku tidak marah, kami menikah siri enam tahun lalu saat aku bahkan belum lulus SMA. Demi karirnya suamiku rela menikah dengan anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
Kadang aku bertanya, kenapa aku yang istri pertama harus mengalah?
Enam tahun kami menikah, aku tidak dikaruniai seorang anak. Aku yang sebatang kara ini hanya bisa bergantung hidup pada suamiku. Lagi pula aku sangat mencintainya hingga rela di madu. Tapi, lambat laun hatiku terasa begitu hancur dan remuk, apalagi saat mengetahui kalau vitamin pemberian suamiku sebenarnya adalah obat KB agar aku tidak memiliki anak dengannya.
Aku melihat wanita itu, wajah cantik, kulit putih, dan pembawaan yang anggun. Siapa yang tidak menyukai wanita secantik ini??
Dari pakaian dan juga penampilannya sudah pasti dia adalah wanita kaya, mana mungkin aku yang hanyalah seorang satpam bisa menaruh hati padanya?
Tapi, wanita ini terlalu menarik perhatian, terlalu susah untuk tidak mengagumi kecantikannya, terlalu susah untuk tidak menyukainya. Siapakah yang akan memiliki wanita itu??
Hasrat ini harus disembunyikan, di tekan, jangan sampai membuatnya sadar, kalau aku menyukainya.
Bila mencintaimu adalah sebuah kesalahan, aku tak ingin menjadi benar. ~ Raksa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devy Meliana Sugianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trio Kwek Kwek
Satu Minggu kemudian.
Raksa melajukan motor 250 cc warna hitam dengan cepat menuju ke bangunan belakang vila tua miliknya, terpencil di tengah hutan belantara. Bagian terbengkalai di belakang Vila lawas itu tampak gelap, tidak ada cahaya apa pun. Raksa tetap melaju, masuk ke pekarangan besar di mana pagar besi karatannya sudah hilang sebelah. Tembok Villa sudah dipenuhi dengan lumut, atapnya juga banyak yang berlubang.
Dedaunan kering berserakan, pohon pohon menjulang tinggi menutupi area itu hingga sulit terlacak. Rumput liar tumbuh subur, menghilangkan jejak roda motor Raksa.
Di belakang Raksa ada sebuah mobil jeep, dua orang ada di dalam sana. Mereka mengekor, tak menurunkan kecepatannya meski pun sudah masuk ke dalam area Villa.
Saat Raksa tiba, tanah terbuka, muncul lubang besar menuju ke area bawah tanah. Motor dan mobil jeep masuk ke dalam lorong menuju ke bawah, lalu lubang itu menutup kembali. Ada semacam mekanisme canggih sebagai jalan masuk ke dalam markas rahasia Wijaya.
Motor dan mobil berhenti, Raksa melepaskan helmnya. Di punggungnya ada tas gitar, ia menurunkan tasnya dan mengeluarkan senapan laras panjang dari dalam tas itu. Tas gitar itu hanyalah kamuflase.
Galih meloncat turun, Delfi yang mengemudikan mobil juga bergegas turun. Ketiganya adalah para malaikat pencabut nyawa yang bergerak di balik layar. Siap menghukum siapa pun yang dengan keserakahannya menyengsarakan rakyat.
Kelompok radikan yang tengah naik daun di beberapa media sosial belakangan ini. Juga merupakan Buronan paling di cari oleh pemerintah.
Mereka bertiga kembali, Tiara yang bertugas sebagai hacker dan penjaga gawang pun menyambut kedatangan mereka. Sore itu mereka telah berhasil mengeksekusi target bernama Danang Yanuar.
"Hai, Baby! Aku bawakan banyak tas untukmu." Galih melemparkan enam tas bermerk pada kekasihnya. Tiara langsung menerimanya dengan mata berbinar. Gadis itu memilahnya, "Barkin, barkin, kelly, Chanel, LV, yang ini aku sudah punya."
"Ini untuk kekasihmu saja!" Tiara melemparkan dua tas yang tidak disukainya pada Delfi.
"Thanks, tapi aku belum punya pacar well...!" Delfi bergeleng. Raksa hanya diam di pojokan sambil mengutak atik ponsel, mengirim pesan pada Mira, tampaknya Raksa tak tertarik dengan tas tas mahal hasil rampokan Galih. Ia lebih tertarik dengan balasan pesan dari Mira dari pada tas mahal.
Semua tas itu hasil rampasan, dari rumah pejabat kaya raya yang baru saja di tembak mati oleh Raksa. Yang saat ini beritanya tengah di siarkan di seluruh negeri. Penembakan ke tiga dalam satu bulan belakangan. Yang kembali menggemparkan Nusantara.
"Kita dapat apa malam ini?" Raksa duduk di dekat lemari senjatanya. Di dalam lemari tanam itu ada banyak sekali senjata laras panjang. Juga peranti tambahan untuk memperlebar jangkauan tembakan, ada juga teropong, barometer, sampai kompas.
"Ada emas, seratus kilo mungkin. Terus ada uang dollar, aku tak sempat menghitungnya, sepertinya ada satu juta an. Uang tunai ada satu tas besar. Gila sih tu orang, nyimpen emas banyak banget."
Galih dan Delfi bahu membahu melemparkan tas tas hitam besar berisikan hasil jarahan.
"Ya biar kelakuan laknatnya tidak terendus, dia menukar uangnya dengan emas. Aku yakin masih ada banyak harta yang tersembunyi." Galih meloncat turun dari atas jeep dan langsung melangkah ke singgasana Tiara.
"Kita tidak bisa mencari semuanya. Waktunya terbatas." Delfi membenarkan.
"Delfi benar, waktu kita tidak banyak." Galih mengambil sebatang rok, ia membagikan rokoknya pada Raksa dan Delfi. Semuanya merokok kecuali Tiara, ia memilih lolipop rasa buah saja.
Galih memangku Tiara dan mengecupi tengkuk gadis itu. Rasanya menyenangkan bisa memeluk kekasihnya setelah bekerja keras seharian.
"Kau suka tasnya?"
"Yah, apa sebaiknya yang lama aku jual saja di pasar gelap?" Tiara merasa tas nya sudah terlalu banyak, Galih terus membawakan tas bermerk paling mahal di rumah rumah para pejabat itu.
"Jangan, berikan saja pada Kak Raksa!" Delfi menimpali. "Pacarnya pasti akan kegirangan saat mendapatkan tas bermerk, meski pun ia pikir pasti tas yang dibeli oleh Kak Raksa pasti adalah tas palsu karena seorang satpam tidak mungkin bisa membeli tas bermerk dengan harga ratusan juta."
"Tidak, Mira tak pernah kekurangan benda seperti ini, dia lebih suka bila aku memberinya coklat." Raksa bergeleng. Thanks to Ardan yang memanjakan Mira dengan barang barang mewah.
"Mau kita apakah emas ini?" Tiara berjongkok, ia memeriksa banyaknya emas dan uang yang berserakan di lantai. Dan herannya, mereka berempat sama sekali tidak tertarik untuk menyentuh uang haram itu. Raksa sudah kaya sejak lahir, Tiara punya banyak royalti untuk program yang ia kembangkan, Galih adalah dosen dengan gelar profesor, sementara Delfi punya chanel khusus di pasar gelap.
"Seperti biasa, ambil sepuluh persen untuk mendanai proyek kita. Dan bagikan sisanya pada fakir miskin." Raksa mengambil lap micro fiber yang lembut, ia mengelap dulu slongsong pistolnya.
"Siap!!" Galih dan Delfi berseru bersamaan.
"Tolon ya, Baby!!" Galih mencubit pipi Tiara. Gadis itu manyun, mereka tak mengerti susahnya menjual emas batangan di pasar gelap karena tiap tiap emas punya kode khusus yang bisa dilacak. Dasar menyebalkan, lagi lagi dia yang kebagian jualan dan bersih bersih.
Delfi membuka kulkas dan mengambil bir untuk merayakan keberhasilan mereka hari ini. Ia melemparkan birnya pada Galih dan juga Tiara. Raksa tidak minum, ia ingin piket ke rumah Mira. Tak boleh minum saat harus berkendara. Tiara menghidupkan speaker dan mulai memainkan lagu. Mereka tertawa melihat Delfi menari sambil minum.
Raksa membersihkan senjata apinya sampai ke dalam dalam selongsong. Raksa tersenyum melihat teman temannya sudah berpesta merayakan hasil jarahan mereka malam ini. Mereka berempat bagaikan Robin Hood di era dunia yang sudah rusak ini. Banyak orang berterima kasih, namun tak sedikit yang mengutuki aksi main hakim sendiri ini.
Raksa melirik sekilas ke arah ponselnya, entah kenapa ia terus melirik ponsel itu dari tadi. Raksa pikir Mira akan membalas pesan teksnya, namun sepertinya tebakan Raksa lusut. Mira sama sekali tidak menghubunginya.
"Apa dia bersama suaminya??" Raksa memejamkan matanya menahan resah. Lebih baik dia beritahu Mira, sebjingan apa suaminya itu. Dengan begitu Mira akan mengacuhkan pria itu bukan?!
Obat pemberian Ardan adalah obat KB, padahal Mira begitu mengharapkan kehadiran seorang anak.
"Kau mau kemana, Kak?" Tiara melihat Raksa menyahut jaket dan juga kunci motor.
"Pacaran lah ..." Galih menimpali.
"Aku harap Kak Raksa cepat bosan dan meninggalkan wanita itu. Kalian tidak akan menyangka dengan apa yang aku temukan." Tiara berbisik begitu Raksa sudah pergi.
"Apa??" Delfi ikut memasang telinga.
"Wanita itu istri dari Ardan Putra Mahendra ... pemilik rumah sakit Arkana Medika."
"APA??!" Delfi berteriak.
"Ssstt ... dasar ember!" Tiara menjitak Delfi.
"Pokoknya kakak harus lekas putus dengan gadis itu. Bagaimana pun dia adalah istri dari musuh! Bagaimana kalau Kak Raksa --yang polos-- terlalu terbawa perasaan dan dimanfaatkan olehnya??" ucap Tiara.
Ketiganya diam sesaat ...
"Bagaimana kalau kita ikuti Kak Raksa??" Tiara memberi ide, ketiganya mengangguk bersama. Trio kwek kwek pun beraksi.
......................
keknya semua novel yg aku baca pada pake sabun batang 🤣