NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

Setelah beberapa hari beristirahat, Kiai Syarif, Azmi, dan Rina kembali berkumpul untuk membahas rencana mereka. Bu Ratih duduk tak jauh dari mereka, wajahnya serius, mencerminkan kekhawatiran yang sejak tadi ia pendam.

“Nak Azmi,” ujar Kiai Syarif dengan suara tenang namun tegas, “kamu harus fokus memulihkan tenagamu dulu. Kecepatan bukan segalanya. Kita tidak bisa terburu-buru.”

Azmi mengangguk. Ia paham benar bahwa melawan Aryan dalam keadaan seperti ini, sama saja ia mencari mati.

Rina maju selangkah, suaranya mantap. “Kiai, saya harus kembali ke rumah itu. Saya bisa mengalihkan perhatian Aryan. Pasti dia tidak menyangka saya akan kembali, apalagi setelah tahu saya bersama Azmi. Ini bisa kita manfaatkan.”

Kiai Syarif mengerutkan kening. “Apa rencanamu, Nak Rina?”

“Saya akan kembali seolah-olah menyesal… atau berpura-pura rindu pada suami saya,” jawab Rina. Ia berusaha terdengar meyakinkan. “Kalau saya berhasil membuatnya percaya, saya bisa mencari tahu di mana dia menyembunyikan benda terkutuk itu sekarang. Benda itu pasti ia simpan dekat dengan dirinya.”

Azmi langsung memasang wajah keberatan. “Itu terlalu berbahaya, Mbak. Dia pasti curiga.”

“Justru sekarang dia lengah,” balas Rina cepat. “Kalian dengar sendiri, dia sedang panik mencari target baru. Dia sedang tidak fokus. Ini kesempatan saya… kesempatan kita.” Tekadnya terlihat jelas, ia ingin membuktikan keberanian sekaligus ketulusannya terhadap Azmi.

Kiai Syarif terdiam beberapa detik, menimbang risiko dan kemungkinan keberhasilan. Akhirnya ia berkata, “Baik. Tapi kamu tidak boleh bergerak sendiri. Aku akan membekalimu perlindungan. Dan kita tetapkan batas waktu. Jika dalam dua puluh empat jam kamu tidak memberi kabar, kita akan bergerak.”

Rina mengangguk mantap. Mereka sepakat dengan rencana Rina. Ia menjadi umpan, sementara Kiai Syarif dan Azmi, setelah energinya pulih, meteka akan menyiapkan serangan dengan kekuatan spiritualnya untuk menumbangkan Aryan.

 

Di sisi lain, jauh dari hiruk-pikuk persiapan rencana di pesantren, Jaka tenggelam dalam urusannya sendiri, urusan bisnis gelapnya.

Setelah pertarungan singkat di rumah Aryan, Jaka mendapat perintah untuk membersihkan kekacauan itu. Dalam kamus Jaka, itu berarti menghilangkan mayat Broto dan anak buahnya yang mati di tangan sosok Pocong pada malam itu.

Sebagai tangan kanan Aryan, Jaka sudah terbiasa menangani hal-hal kotor, mulai dari intimidasi, pemerasan, hingga perintah gelap terbesar Aryan, mencari tumbal manusia. Namun Aryan tidak pernah tahu, Jaka adalah pebisnis kejam dan biadab. Dia terlibat bisnis penjualan organ manusia.

Broto dan anak buahnya memang penjahat, tetapi bagi Jaka, mereka adalah aset yang tidak boleh disia-siakan.

Dengan dibantu beberapa orang kepercayaannya, Jaka menjemput mayat-mayat itu atas perintah Aryan. Itu adalah hadiah besar bagi Jaka.

Mereka membawa tubuh-tubuh itu menuju sebuah gudang terpencil di luar kota.

“Ayo cepat! Jangan sampai ada sisa yang bisa dilacak,” perintah Jaka dingin. Anak buahnya, yang sudah terbiasa dengan pekerjaan semacam ini, hanya mengangguk dan bekerja tanpa suara.

Tak butuh waktu lama bagi jaringan gelap Jaka untuk bergerak. Organ dalam Broto dan para pengikutnya segera dipisahkan, dibungkus, dan dikirim ke penadahnya. Uang mengalir deras ke kantong Jaka.

Moral bukan bagian dari hidup Jaka. Baginya, Azmi, Kiai Syarif, Rina, dan Bu Ratih hanyalah gangguan kecil yang akan diselesaikan Aryan kapan saja. Fokusnya hanya satu, memperkaya diri, walaupun dengan cara yang sangat kejam. Aryan membawa kekuatan gaib, sementara Jaka memanfaatkannya untuk mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

Baginya, selagi uang mengalir, ia tidak peduli seberapa besar dosa yang ia tanggung.

 

​Malam merangkak sunyi, menelan cahaya bulan yang tertutup mendung tebal. Gudang tua di pinggiran kota itu terasa pengap dan berbau anyir, sebuah kontras tajam dengan uang yang sebentar lagi akan berpindah tangan di dalamnya. Lampu neon tunggal di tengah ruangan berkedip-kedip lemah, menyorot noda-noda gelap di lantai semen.

​Di tengah gudang, terhampar beberapa boks pendingin. Jaka berdiri tegap di sampingnya, mengenakan jaket kulit hitam yang memantulkan sedikit cahaya redup. Wajahnya keras, matanya tajam dan penuh perhitungan. Di depannya, berdiri seorang pria paruh baya yang tampak rapi, bernama Hartono, yang sesungguhnya adalah salah satu penadah di jaringan bisnis kotor ini. Hartono didampingi oleh seorang asisten berwajah pucat.

​“Semua sudah sesuai pesanan, Pak Hartono,” ujar Jaka, suaranya pelan namun terdengar mengancam. Ia menunjuk boks-boks di sampingnya. “Enam set lengkap. Usia produktif semua, kondisi... prima. Malam ini juga, Anda bisa membawa barangnya.”

​Hartono, pria yang selalu terlihat tenang dan profesional, mengangguk perlahan sambil melirik isi boks yang sedikit terbuka. Asistennya segera mendekat, membawa senter kecil dan sebuah alat pemindai suhu.

​“Kami sudah cek data awalnya. Usia dan riwayat kesehatan yang Anda saring selalu yang terbaik,” kata Hartono datar. “Tapi saya harus pastikan suhu dan proses pengambilannya sempurna, Jaka. Jangan sampai ada kerusakan organ yang bisa menurunkan harga di pasaran.”

​Jaka tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak ramah. “Anda tahu saya, Pak. Saya tidak pernah main-main soal kualitas. Mayat-mayat itu bahkan belum sempat dingin, Broto dan anak buahnya. Anggap saja ini hadiah dari keributan kemarin.”

​Asisten Hartono menyelesaikan pengecekan dengan cepat. Ia berbisik pelan pada Hartono, yang kemudian mengangguk puas.

​“Bagus,” kata Hartono, lalu mengeluarkan sebuah koper dari balik mantelnya. Ia membukanya, memperlihatkan tumpukan uang tunai yang tersusun rapi, dengan pecahan seratus ribuan yang tebal. Cahaya lampu gudang memantul berkilauan pada gepokan uang itu.

​“Jumlahnya sesuai kesepakatan. Total untuk enam aset.” Hartono mendorong koper itu ke depan Jaka.

​Mata Jaka berkilat penuh keserakahan. Ia tidak langsung mengambil koper itu, melainkan menggesernya sedikit dengan ujung sepatu.

​“Hati-hati di jalan, Pak Hartono. Saya harap ini bukan yang terakhir. Kekuatan Aryan akan terus membutuhkan makanan, dan dengan begitu, stok saya juga akan terus terisi.” Jaka menekankan kata-kata itu dengan seringai dingin. Ia jelas mengisyaratkan janji kematian baru.

​Hartono hanya membalas dengan anggukan formal. “Bisnis adalah bisnis, Jaka. Biarpun aku tidak kenal siapa Aryan, aami selalu siap menerima barang terbaik. Kami tunggu kabar baik berikutnya.”

​Tanpa basa-basi lagi, Hartono memberi kode. Asistennya segera memanggil dua anak buah lain yang berjaga di luar. Mereka bergegas masuk, mendorong troli yang telah disiapkan, dan mulai memuat boks-boks pendingin itu ke dalam sebuah mobil hitam yang terparkir rapi di luar gudang.

​Jaka menyaksikan proses itu hingga mobil Hartono menghilang ditelan kegelapan malam. Setelah sunyi kembali, barulah ia membuka koper aluminium itu, menghirup aroma uang baru yang menyesakkan.

​Ia mengambil teleponnya. “Bersihkan gudang sekarang juga. Bakar sisa-sisa yang tidak perlu. Dan kalian, jaga mulut. Aryan tidak perlu tahu soal ini. Dia hanya perlu tahu, mayat-mayat itu sudah hilang.”

​Urusan Jaka selesai. Bisnis kotornya mengalir lancar, dan ia semakin kaya. Baginya, semua masalah Aryan dan pertarungan gaib yang sedang terjadi hanyalah latar belakang dari pertunjukan kekuasaan dan uang yang sebenarnya ia mainkan.

​---

Kembali Ke Pesantren

​Di pesantren, suasana terasa tegang dan hening, diselimuti doa-doa lirih yang dipanjatkan oleh Kiai Syarif. Azmi duduk bersila di hadapannya, matanya terpejam, mencoba menarik kembali energi yang terkuras habis. Ia merasakan aliran energi Kiai Syarif yang hangat dan menenangkan, perlahan memulihkan energi spiritual di dalam dirinya.

​Sementara itu, Rina telah bersiap. Ia mengenakan pakaian yang rapi. Sebelumya, ia menjual sebagian perhiasan yang ia bawa dari rumahnya, untuk bekal hidup. Ia berusaha membuang kesan buronan yang melekat padanya. Sebelum pergi, Kiai Syarif memegang pergelangan tangannya.

​“Ingat, Nak Rina,” bisik Kiai Syarif, “perlindungan yang kuberi ini hanya untuk menunda, bukan untuk menang. Begitu bahaya datang, segera kabari kami. Jangan sekali-kali mencoba melawan sendirian. Kami akan bersiap.”

​Rina mengangguk, sorot matanya menunjukkan antara rasa takut dan keyakinan. “Saya mengerti, Kiai. Saya akan kembali dengan kabar.”

​Setelah berpamitan dengan Azmi dan Bu Ratih, yang hanya bisa menatapnya dengan penuh kekhawatiran, Rina berangkat, meninggalkan pesantren menuju rumah yang ia tinggalkan beberapa hari lalu. Rumah yang kini terasa dingin, penuh keserakahan dan kekejian.

1
Siti Yatmi
seru dan menegangkan...baca maraton....semoga Mereka baik2 saja .
Siti Yatmi
kasian bapaknya....
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!