Kayyana Putri hanyalah seorang gadis yang sedang berusaha ingin membahagiakan ibunya. Di tengah kehidupannya yang serba kekurangan, suatu malam, Kayya kebetulan menolong seorang gadis bernama Vira.
Bermula dari sana, Nasib Kayya perlahan berubah. Seperti apa perubahan nasib Kayya? Apakah nasib baik atau nasib buruk? Simak kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Jangan Takut! Ada Saya
Semua orang memuji masakan Bu Rahayu, Meski mereka semua berasal dari keluarga kaya raya, mereka tidak ada yang merendahkan Kayya dan Bu Rahayu.
Bu Rahayu dan Mbak Sita pulang terlebih dulu. Karena besok itu akhir pekan, Kayya dipaksa tidur di sana oleh Vira. Sebelum meninggalkan kediaman keluarga Lesmana, tante Kinan memberi bu Rahayu beberapa kantong belanja berisi baju dari butiknya.
Bu Rahayu sampai bingung untuk menolaknya, tetapi karena mereka cukup keras memaksa bu Rahayu untuk menerima baju baju itu, akhirnya bu Rahayu pulang dengan membawa banyak kantong belanja. Bu Rahayu dan mbak Sita bahkan pulang diantar oleh supir keluarga Lesmana.
"Saya kok jadi ga enak ya, mbak Sita. Datang cuma bawa Rendang, pulang bawa baju seabrek."
"Ga apa-apa, Bu. Keluarga mereka memang sangat baik."
"Saya sebenarnya trauma mbak berurusan sama orang kaya. Saya takut," ujar Bu Rahayu lirih.
Sita yang tahu bagaimana kisah kehidupan Bu Rahayu langsung menggenggam tangannya.
"Bu, ga semua orang kaya itu buruk. Mungkin nasib ibu saat itu kurang mujur sehingga bertemu dengan orang yang salah."
"Ya, Mbak, kamu benar."
Sementara itu di kediaman Lesmana, Kayya sedang menonton film di ruang keluarga bersama Vira. Saat film hendak dimulai, Nicky tiba-tiba masuk.
"Kakak ngapain, sih?" tanya Vira kesal.
"Kakak mau ikut nonton." Nicky langsung duduk begitu saja di sebelah Kayya. Malam ini penampilan Nicky terlihat begitu santai. Hanya memakai kaos putih dan celana pendek.
Kayya melirik penampilan atasannya sekilas. Jika seperti ini kesan wibawanya langsung menghilang. Nicky tak ubahnya seperti pria pria tampan pada umumnya.
Saat film mulai diputar, Kayya menegakkan tubuhnya. Kebetulan film yang dipilih Vira bertema horor thriller. Dia agak sedikit tegang saat menonton. Di ruangan itu, lampu sengaja diredupkan. Saat adegan pem*unuhan, Kayya menutup wajahnya sedangkan Vira memekik ketakutan.
Nicky menggelengkan kepalanya melihat kedua gadis ini. Jika seperti ini Kayya terlihat lebih imut. Saat film selesai, Vira tertidur di sofa, sementara Kayya masih terjaga. Nicky menoleh, melihat Vira sudah tidur dia berdecak.
"Selalu saja ketiduran."
"Kayya, kamu ikut saya," lanjut Nicky. Kayya mengangguk dan mengikuti Nicky keluar dari ruang keluarga. Suasana di rumah besar itu sudah sepi. Waktu baru menunjukkan pukul 10 malam.
Nicky mengajak Kayya masuk ke ruang kerjanya. Nicky mempersilahkan Kayya untuk duduk di sofa.
"Kayya, apa pendapatmu soal gaji yang saya berikan?"
"Saya juga ingin menanyakan hal ini, Kak. Apakah saya layak mendapatkan gaji itu?"
"Kamu layak, sangat layak. Saya puas dengan kinerja kamu selama sebulan ini, tapi apakah menurutmu itu kurang?"
"Menurut saya itu kebanyakan, Kak."
"Kalau begitu kamu harus bekerja lebih giat lagi."
"Saya pasti akan bekerja lebih giat, Kak."
"Besok lusa saya ada perjalanan ke luar negeri. Kamu ikut saya. Besok saya akan ke rumah kamu untuk meminta ijin pada ibumu."
"Lu_luar negeri, Pak?"
"Iya, saya harus mengikuti KTT kewirausahaan global di Dubai. Saya tidak bisa pergi dengan Jovan. Jadi saya harus mengajak kamu."
Kayya terdiam agak lama. Dia membayangkan berada di pesawat berjam-jam. Hatinya seketika berdesir.
"Kenapa? Kamu tidak ingin ikut?"
"Sa_saya mau, Pak," kata Kayya ragu.
"Kamu takut?"
Kayya menatap mata Nicky dan mengangguk. Nicky mengetuk jarinya di meja dengan tempo pelan. Dia juga menatap Kayya dengan lembut.
"Apa yang membuat kamu takut?"
"Saya takut ketinggian."
"Kamu pasti bisa melawan ketakutan kamu itu. Suatu hari saya akan sering mengajak kamu pergi dengan memakai pesawat. Jika kamu takut. Perjalanan ini tidak akan menyenangkan." Nicky terdiam sejenak, menunggu respon Kayya. Melihat jemarinya yang sejak tadi bertaut resah. Nicky tahu trauma itu bukan trauma biasa.
"Kalau saya boleh tahu kenapa kamu begitu takut dengan ketinggian."
Kayya seketika menunduk. Nicky berdiri dari kursinya dan mendekati Kayya. Dengan lembut dia menyentuh pundak gadis itu.
"Kamu bisa ceritakan semuanya pada saya."
Mata bulat jernih milik Kayya perlahan memerah. Gadis itu terlihat sangat menyedihkan. Tak tega melihat air matanya mengalir, Nicky menarik Kayya kedalam pelukannya.
"Jangan takut! Ada saya di sini."
Kayya tertegun saat Nicky menariknya. Ia merasakan kenyamanan di balik pelukan itu. Setelah merasa Kayya cukup tenang, Nicky langsung melepaskan pelukannya.
"Bagaimana? Apakah kamu ingin bercerita?"
Kayya pun mengangguk. Dia memang perlu seseorang yang bisa menampung semua hal yang dia pendam selama ini.
Akhirnya mengalirlah cerita dari bibir Kayya, jika sewaktu SMA dia pernah mengalami perundungan parah. Kayya yang saat itu hanyalah murid beasiswa tidak memiliki kekuatan untuk melawan anak-anak dari para donatur. Suatu hari saat acara diluar, Kayya dibawa oleh beberapa temannya untuk ke tebing melakukan bungee jumping, tetapi hal keterlaluan yang mereka lakukan adalah membiarkan Kayya tergantung di atas selama dua jam.
Mendengar cerita Kayya, tanpa sadar tangan Nicky terkepal. Sorot matanya berubah dingin. Dia harap dia bisa membalas mereka semua. Selesai Kayya bercerita, dia menghela napas panjang, gadis itu tersenyum tipis.
"Kak Nicky, terima kasih."
"Kalau kamu merasa ada hal lain yang menganggu pikiranmu dan membuatmu merasa tidak nyaman, datang saja padaku. Aku tidak akan membiarkan penyelamatku dirugikan oleh siapapun."
"Apa yang kakak katakan? Aku hanya melakukan hal yang memang seharusnya aku lakukan. Meski pun jika itu bukan kakak, aku pasti akan menolong."
"Kayya, saya suka kamu yang sekarang. Jangan menjadi penakut. Jika ada hari dimana kamu ditindas lagi oleh orang-orang. Kamu tinggal bilang pada saya, saya yang akan melindungi kamu."
"Sebaiknya kita bangunkan Vira. Ini sudah sangat larut."
Nicky berjalan keluar bersama Kayya, sedangkan Varo yang hendak mengambil air minum, seketika mematung ditangga. Melihat mata Kayya yang sembab dan keduanya keluar dari ruang kerja Nicky, berbagai pikiran buruk seketika berkelebat di pikirannya.
Varo mengepalkan tangannya, dia berbalik dan kembali ke kamarnya. Rasa hausnya sudah menguap digantikan oleh rasa sakit yang tiba-tiba menyerang hatinya.
Kayya melihat Vira meringkuk di sofa. Dia pun mendekat dan mengusap pipi gadis itu. "Vira, ayo bangun! Filmnya sudah habis."
Vira mengerjapkan matanya dan menatap sekelilingnya dengan linglung. "Hah, udah habis, ya?"
"Iya, ayo. Ini sudah malam."
"Hmm, ya, iya."
Vira pun bangkit. Nicky yang berdiri di belakang Kayya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Vira.
Saat Vira dan Kayya tiba di depan pintu kamar Vira. Nicky menarik pergelangan tangan Kayya dengan lembut. "Selamat malam."
Kayya menoleh dan mengangguk perlahan, "Ya, selamat malam juga."
Nicky tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Kayya yang masih mematung di depan pintu.
Varo, kamu sama aku aja deh. ikhlas aku/Joyful/
klo kay dek mu