Olivia Wijaya, anak kedua Adam Wijaya Utama pemilik perusahaan Garda Utama, karena kesalahpahaman dengan sang Ayah, membuat dirinya harus meninggalkan rumah dan kemewahan yang ia miliki.
Ia harus tetap melanjutkan hidup dengan bekerja di Perusahaan yang Kevin Sanjaya pimpin sebagai bos nya.
Bagaiman selanjutnya kisah Oliv dan Kevin.. ??
Hanya di Novel " My Perfect Boss "
Follow Me :
IG : author.ayuni
TT : author.ayuni
🌹🌹🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Beberapa hari berlalu, sudah hampir satu bulan Olivia menjadi mahasiswa magang di perusahaan Sanjaya Group. Sore itu di kantor Sanjaya Group terasa tenang. Sebagian besar karyawan sudah mulai berkemas, tapi divisi kreatif masih sibuk memoles desain presentasi untuk klien baru.
Olivia menatap layar komputernya, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard. Matanya sedikit lelah, tapi semangatnya masih menyala. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukan hanya “anak magang biasa”.
Setelah menyimpan file terakhir, ia berdiri dan meregangkan tubuh.
"Gue ke pantry dulu ya, mau buat teh” katanya pada teman magangnya, Dira.
"Oke Liv, hati-hati" balas Dira tersenyum kecil.
Ia berjalan ke pantry kecil di sudut lantai delapan tempat favorit karyawan untuk sekadar mengambil napas di sela pekerjaan. Setelah sampai di pantry ternyata teh disana habis, mau tidak mau ia harus ke pantry utama yang berada di lantai dasar, tempat dimana dirinya melepas lelah setelah seharian menjadi Office Girl, dulu..
Ia berjalan turun ke lantai dasar menggunakan lift, sesampainya di lantai dasar ia berjalan menuju pantry utama, ia sudah sangat paham area pantry ini, terlihat meja resepsionis sudah kosong pertanda Wika sudah pulang.
Olivia menatap seluruh ruangan pantry, masih seperti beberapa bulan lalu, bahkan tatanan kopi, gula, teh, krimer masih sama, tidak berubah, ia mengarahkan pandangannya ke pojok dekat meja, disana masih ada kursi kecil, dulu ia duduk untuk rehat disana, sambil membuat sketsa pada Sketchbook nya.
" Masih sama" gumamnya tersenyum kecil.
Ia langsung meraih gelas, lalu mengisi nya dengan teh dan air dispenser panas.
Tanpa Olivia sangka Rey datang tak lama kemudian, menenteng dua botol air mineral.
“Eh, ada Oliv ” ucapnya ramah.
Olivia tersenyum sopan.
"Iya, Pak Rey. Kepala rasanya udah penuh banget sama revisi desain, jadi butuh teh biar tenang.”
Rey terkekeh kecil.
“Wah, itu penyakit umum anak kreatif. Kalau bukan revisi, ya deadline.”
Olivia tertawa kecil setelah mendengar ucapan Rey.
Lalu Rey duduk di kursi pantry dan menunjuk kursi di seberang.
“Sini, duduk dulu. Nanti keburu air tehnya dingin.”
Olivia pun duduk, sambil memegang gelas hangatnya. Suasana tiba-tiba terasa akrab. Tidak canggung seperti biasanya ia bicara dengan Kevin.
“Gimana magangnya, betah?” tanya Rey sambil tersenyum.
“Lumayan Pak” jawab Olivia.
"Tapi, suasana beda ya Pak, dulu saya hanya tahu tempat ini, tapi sekarang saya terlihat seperti karyawan yang profesional" ucapnya lagi.
Rey hanya tersenyum kecil.
“Di divisi desain kreatif itu kan memang bidang nya kamu Liv, kamu cepat belajar, lho. Pak Kev aja sampai komentar, desain kamu rapi dan punya karakter.”
Olivia nyaris tersedak tehnya.
Uhuk Uhuk
"Pak Kev?"
“Iya” jawab Rey santai, tanpa sadar telah memancing reaksi itu.
"Kamu lebih tau Pak Kev pastinya, dia gak banyak ngomong, tapi kalau sudah bilang bagus, itu berarti dia benar-benar memperhatikan.”
Oliv terdiam sejenak. Ia menatap teh di tangannya, uap hangatnya menari pelan di udara.
Oliv tersenyum kecil, tapi matanya menerawang jauh. Ia tahu kebiasaan itu karena Kevin memang orang yang perhatian.
"Oya Pak Rey, beberapa waktu lalu maaf pesan Pak Rey tidak saya balas"
"Hm.. Pesan? Yang mana?" Rey hampir lupa.
"Hm.. Kalau sudah lupa, ya sudah" Olivia kembali meneguk teh nya.
Rey mengingat.
"Oh ya saya ingat pesan dari Pak Kev itu, gak masalah Liv, lagi pula saya hanya menyampaikan pesan dari Pak Kev, dibalas atau tidak itu bukan urusan saya, yang terpenting saya sudah menyampaikan pesannya ke kamu"
Olivia manggut-manggut tersenyum kecil.
Namun, di balik dinding pantry kaca buram itu…
Kevin berdiri diam.
Ia tadinya hanya ingin mengambil dokumen yang tertinggal di ruang meeting samping, tapi langkahnya terhenti begitu mendengar suara tawa yang sangat ia kenal.
Tawa Olivia.
Lalu disusul suara Rey orang kepercayaannya sendiri.
Dari celah pintu, Kevin melihat keduanya duduk berhadapan, tertawa ringan, tanpa jarak. Wajah Olivia tampak cerah, matanya berbinar ketika berbicara.
Senyum itu… senyum yang dulu hanya ditujukan padanya.
Kevin mematung beberapa detik, sebelum akhirnya mengetukkan jarinya perlahan ke meja pantry, seolah memberi tanda kehadirannya.
“Rey" panggilnya tenang, tapi suaranya cukup membuat udara di ruangan seketika menegang.
Rey spontan berdiri, hampir menjatuhkan botol air minumnya.
“P...Pak Kev Saya cuma ngobrol sebentar sama anak magang.”
Kevin melangkah masuk, posturnya tegap dan tenang tapi tatapannya dalam.
“Begitu ya" katanya datar, lalu menatap ke arah Olivia.
“Bagus. Setidaknya kamu cepat beradaptasi.”
Olivia berdiri cepat, menunduk sopan.
“Terima kasih, Pak. Saya hanya… sekadar istirahat.”
Kevin menatapnya sesaat lebih lama dari yang seharusnya.
Kemudian ia berbalik pada Rey.
“Kalau sudah selesai bercanda, tolong ke ruang kerja, ambilkan laporan yang harus saya lihat.”
Rey mengangguk cepat, tapi sempat melirik ke arah Olivia dengan tatapan minta maaf.
Setelah teguran halus tadi, suasana pantry berubah drastis.
Olivia masih berdiri di dekat meja, memegang cangkir tehnya yang kini sudah mulai dingin, sementara Kevin berdiri tidak jauh di depannya postur tegapnya memancarkan wibawa yang membuat udara terasa berat.
Olivia menunduk, pura-pura sibuk dengan sendok teh di tangannya. Suara logam beradu dengan cangkir menjadi satu-satunya suara di ruangan itu.
Sementara Kevin, berdiri diam selama beberapa detik sebelum akhirnya melangkah perlahan ke arah meja. Langkahnya tenang, tapi entah kenapa suara sepatunya terdengar begitu jelas di telinga Olivia.
“Kamu lebih akrab sama Rey kayanya” ucap Kevin datar. Nada suaranya rendah tidak marah, tapi ada sesuatu di baliknya.
Olivia buru-buru menatapnya. “Nggak, Pak. Kami cuma ngobrol biasa. Pak Rey cuma nanya soal magang.”
Kevin menatapnya lurus, bola matanya hitam pekat, sulit terbaca.
“Obrolan biasa sampai bisa bikin kamu tertawa seperti itu?”
Olivia terdiam. Wajahnya memanas.
“Itu cuma kebetulan lucu aja, Pak…” katanya pelan, nyaris berbisik.
Kevin tidak langsung menjawab. Ia justru memutar tubuh sedikit, menatap ke arah jendela pantry, kemudian berujar lirih.
“Bahkan aku lupa… terakhir kali dengar kamu tertawa, kapan ya?”
Suara itu begitu tenang, tapi menusuk dalam. Olivia terdiam, jari-jarinya mencengkeram cangkir makin kuat.
Kevin akhirnya berbalik, menatapnya lagi kini lebih lembut.
“Kamu terlihat bahagia kali ini, Liv.”
Kalimat itu sederhana, tapi tatapan matanya… menyimpan campuran rindu, lega, sekaligus luka.
Olivia menunduk, tak sanggup menatap balik.
“Bapak salah. Saya cuma berusaha profesional.”
Kevin tersenyum samar. “Profesional ya…”
Ia melangkah sedikit lebih dekat, cukup membuat jantung Olivia berdetak tak karuan.
“Tapi jujur aja, Liv. Kenapa rasanya kamu lebih berusaha menjauh dari aku, daripada fokus sama kerjaanmu?”
Olivia langsung menatapnya, terkejut dengan keberanian Kevin yang tiba-tiba.
“Karena sekarang, saya cuma anak magang, Pak” jawabnya pelan tapi tegas.
"Dan Bapak atasan saya di sini"
Keheningan kembali jatuh. Kevin memejamkan mata sejenak, lalu menghela napas.
"Atasan ya..?"
Olivia terdiam. Napasnya tercekat, matanya berkaca.
Tapi sebelum ia bisa menjawab, Kevin melangkah mundur.
“Kembali ke meja kerja, Liv. Jangan sampai lembur sendirian.”
Ia berbalik, meninggalkan ruangan dengan langkah perlahan.
Begitu pintu pantry tertutup, Olivia melepaskan napas panjang yang ia tahan sejak tadi.
Dadanya terasa hangat, tapi juga berat.
Sementara di koridor, Kevin berhenti sejenak. Ia menatap bayangan dirinya di dinding kaca, tersenyum miring.
"Dia masih keras kepala. Tapi paling tidak… dia masih di sini.”
🌹🌹🌹
Jangan lupa untuk dukung author dengan vote, like dan komennya ya❤️