NovelToon NovelToon
LAYAR SAKTI ARIEF

LAYAR SAKTI ARIEF

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Cinta Beda Dunia / Action / Sistem / Fantasi / Harem
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sourcesrc

menceritakan kisah Arief Indiyanto (18), seorang pelajar SMA Indonesia yang ganteng, soft spoken, rajin nabung, dan kocak. Kehidupan tenangnya sebagai anak SMA berubah drastis ketika ia menemukan Kristal Biru Misterius. Kristal tersebut mengaktifkan Sistem Hologram Sarkastik yang memaksanya menjalani serangkaian quest konyol namun berbahaya.

Tujuan utama Sistem? Mentransformasi Arief menjadi "Pemain Kunci Semesta Harem" dengan meningkatkan kekuatan dan Relasi Harem-nya. Arief dipaksa berpetualang mulai dari membasmi kejahatan-kejahatan kecil di Indonesia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sourcesrc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5

Kamis siang, suasana di kelas Arief terasa lebih dingin dari biasanya, dan itu bukan karena AC.

Tiara Anggun, yang biasanya menyambut Arief dengan senyum malu-malu, kini menatapnya dengan tatapan tajam, mirip seperti saat ia memarahi siswa yang kedapatan merokok di kamar mandi sekolah. Arief tahu ini adalah dampak dari insiden "Angin Nakal" yang ia hadapi saat melindungi Ustadzah Sofia.

“Ehm, beb? Kamu kenapa? Kok mukanya kayak kucing Mochi lagi ngambek gara-gara enggak dikasih snack?” Arief mencoba mencairkan suasana.

Tiara meletakkan buku catatannya keras-keras di meja. “Enggak usah ngegombal! Jujur sama aku, Arief! Kenapa kamu bisa sampai terluka begitu saat melindungi Ustadzah Sofia?! Dan apa maksudnya ‘Angin Nakal’?! Kamu pikir aku anak TK?!”

Arief menghela napas. Kecemburuan Tiara ini adalah indikasi bahwa Energi Keintiman mereka kuat, tapi ia harus berhati-hati agar tidak menimbulkan keretakan serius.

[Wah, Arief! Drama cemburu! Gunakan Karisma 25 kamu! Ini adalah ujian kesetiaan! Kalau kamu lulus, Energi Keintiman akan boost signifikan! Jangan bohongi dia, tapi ubah faktanya jadi cerita romantis heroik!], Sist memberi instruksi cepat.

Arief menatap mata Tiara dalam-dalam, menyingkirkan semua unsur komedi. Ia harus tulus.

“Oke, aku jujur, Tiara. Aku memang enggak bohong kalau ada bahaya di dekat Ustadzah. Aku enggak tahu itu apa, tapi rasanya ada energi gelap yang ingin melukai dia.”

Arief menceritakan versi heroik: bagaimana ia melihat bayangan gelap melompat, dan bagaimana refleksnya bekerja untuk melindungi sosok yang ia hormati—sebagai guru. Ia sengaja tidak menyebut kata Shadow atau minion iblis.

“Aku terluka, beb, tapi aku enggak pernah menyesalinya. Tau enggak kenapa? Karena saat itu, yang ada di pikiran aku cuma satu: Aku harus jadi cowok yang bisa melindungi orang yang aku sayangi.” Arief memegang tangan Tiara.

“Enggak peduli itu Ustadzah, teman sekelas, atau kamu. Kalau ada bahaya, aku janji, kamu yang akan aku lindungi duluan.”

Tiara mendengarkan, wajahnya yang tadi marah kini melunak. Arief sangat tulus. Kejadian kemarin memang aneh, tapi pengakuan Arief tentang janji untuk melindunginya berhasil meredakan amarahnya.

“Arief…”

“Aku tahu, beb. Aku tahu kamu cemburu. Itu wajar. Tapi, kamu kan tahu, aku cuma cinta sama kamu. Aku cuma bantu Ustadzah sebagai murid yang berbakti, enggak lebih. Kan enggak lucu kalau aku yang ngajak kamu berubah jadi lebih baik, tapi aku enggak ngehargain guru agama kita,” Arief membelai rambut Tiara.

Tiara akhirnya tersenyum. Senyum kemenangan Arief.

“Iya deh, aku percaya. Tapi janji ya, kamu jangan pernah bohongin aku,” Tiara membalas genggaman tangan Arief. “Aku cuma minta kamu video call nanti malam. Kita ngobrol lama. Aku mau lihat kamu latihan kultivasi itu lho, biar kamu tambah kuat!”

[Energi Keintiman +15! Hubungan Tiara Anggun diperkuat! Arief, kamu hebat! Kecemburuan cewek itu boost terbesar!], Sistem bersorak kegirangan.

Arief mengangguk. “Siap, beb! Nanti malam video call sampai kamu ketiduran!”

Latihan Kultivasi dan Perkenalan dengan Dunia Lain

Jumat sore, setelah pulang sekolah dan berhasil menghindari Ayahnya yang sedang cosplay jadi tukang tambal ban keliling (kedok yang baru), Arief langsung menuju kamar. Ia harus membuktikan pada Tiara bahwa ia rajin latihan.

Ia duduk bersila di kasur. Ia mencoba Teknik Pernapasan Naga Langit. Kali ini, dengan boost dari Kopi Tujuh Rupa yang masih sedikit terasa efeknya, ia merasa jauh lebih fokus.

[Arief, aku akan bantu kamu memvisualisasikan energi. Ingat, tarik napas panjang, bayangkan udara yang kamu hirup itu adalah kabut suci dari puncak gunung naga di dimensi lain.], Sist memandu dengan suara lembut.

Arief mengikuti instruksi itu. Setelah beberapa menit, ia merasakan hawa dingin yang familiar mengalir di tubuhnya. Ia melihat di layar hologramnya, status MAG-nya kembali naik mikro.

[MAG: 2.2 (Peningkatan mikro 0.1 dari sesi latihan). Latihan berhasil! Energi di tubuhmu mulai stabil, Arief. Pertahananmu akan lebih kuat jika ada serangan spiritual.], Sist menjelaskan.

Saat Arief sedang meditasi, handphone-nya berdering. Itu adalah video call dari Tiara.

Arief menjawab panggilan itu, masih dalam posisi meditasi. Wajah Tiara muncul di layar. Ia sedang memeluk Si Mochi.

“Wih, rajin banget, beb! Jadi ganteng lho kamu kalau lagi serius gini,” puji Tiara.

“Iya dong, beb. Aku harus kuat biar bisa ngelindungi kamu. Lihat nih, Energi Naga Langit gue sudah mulai terasa!” Arief pamer sambil menggerak-gerakkan tangannya.

Tiara tertawa kecil. “Ya ampun! Konyol. Tapi, gimana kabar luka kamu, Rief? Ustadzah Sofia ngobatin kamu enggak?”

Arief memindahkan kamera ke lengannya yang sudah tertutup plester. “Udah, beb. Ustadzah Sofia baik banget. Dia ngobatin aku pakai minyak kayu putih ajaib.” (Arief berbohong, sebenarnya hanya plester biasa dari UKS).

Tiara memasang wajah cemberut lucu. “Hm, iya deh. Aku percaya kamu cuma nganggap dia guru. Udah ya, aku mau tidurin Mochi dulu. Bye, Imam-ku!” Tiara memutus panggilan dengan senyum.

Arief menghela napas. Ujian kecemburuan lulus.

Senin sore, Arief menggunakan hak istimewanya sebagai "siswa yang sedang mencari jati diri spiritual" untuk menemui Ustadzah Sofia lagi. Kali ini, ia tidak memakai peci, tapi ia membawa buku tebal tentang sejarah peradaban Islam yang ia pinjam dari perpustakaan (tentu saja ia tidak membaca isinya).

Ustadzah Sofia menyambutnya dengan senyum hangat di ruang guru yang sepi.

“Silakan duduk, Arief. Gimana? Sudah mulai rajin sholat di awal waktu?”

“Alhamdulillah, Ustadzah. Berkat bimbingan Ustadzah, saya merasa lebih tenang. Tapi, saya ada pertanyaan lagi, Ustadzah,” Arief berkata sambil meletakkan buku tebalnya di meja, seolah ia adalah akademisi.

[Arief, ini kesempatan! Flirting halus, touching spiritual. Jangan konyol!], Sist mengingatkan.

“Pertanyaan apa, Arief?” Ustadzah Sofia bersiap mendengarkan.

“Begini, Ustadzah. Saya membaca di buku ini, bahwa cinta itu adalah anugerah Tuhan. Tapi, saya bingung, bagaimana cara membedakan antara cinta biasa (nafsu) dengan cinta yang tulus dan tujuannya untuk beribadah?” Arief bertanya, matanya menatap lembut Ustadzah Sofia.

Ustadzah Sofia terkejut dengan pertanyaan itu. Wajahnya yang damai sedikit merona. Pertanyaan itu terlalu intim dan mendalam untuk seorang siswa SMA.

“Masya Allah, Arief. Pertanyaan kamu berat sekali. Ini sudah bukan materi Fiqih lagi,” Ustadzah Sofia tersenyum.

“Enggak apa-apa, Ustadzah. Saya kan butuh bimbingan soulmate spiritual. Enggak bisa tanya ke sembarang orang,” Arief membalas, nadanya dipenuhi pujian tersembunyi.

Ustadzah Sofia mendesah pelan. “Ehm. Baik. Cinta yang tulus dan bertujuan ibadah itu, Arief, adalah cinta yang membawa kita kepada kebaikan. Cinta itu membuat kita ingin menjadi orang yang lebih baik, lebih soleh, lebih bermanfaat. Dia tidak menuntut, tapi menuntun. Cinta yang tulus itu adalah cinta yang membuat hati kamu tenang, bukan gelisah.”

Saat Ustadzah Sofia menjelaskan, Arief menatap lekat-lekat ke matanya. Postur tubuh Ustadzah Sofia yang anggun, meskipun tertutup hijab syar’i, tetap memancarkan aura feminin yang kuat. Payudara cup F-nya terlihat jelas ketika ia sedikit condong ke depan. Arief harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk fokus pada kata-kata Ustadzah, bukan pada detail fisiknya.

Arief kemudian maju selangkah lagi. “Subhanallah, Ustadzah. Penjelasan Ustadzah membuat hati saya terasa sangat damai. Sepertinya, saya sudah menemukan orang yang membuat hati saya tenang.” Arief menatap Ustadzah Sofia.

Wajah Ustadzah Sofia kembali memerah. Ia tahu Arief sedang merujuk kepadanya. Ia buru-buru memalingkan wajah, mengambil cangkir kopi kosongnya.

“Arief... kamu ini. Jangan ngomong begitu. Fokus pada tujuan kamu untuk menjadi orang yang lebih baik. Ehm, saya harus membuat kopi lagi. Kamu mau Kopi Tujuh Rupa lagi?”

[Energi Keintiman +12! Flirting halus sukses! Dia malu dan nervous! Ustadzah Sofia tertarik, Arief! Terus tekan dia dengan kejujuran tulus!], Sist berteriak bangga.

“Tentu saja, Ustadzah! Kopi Tujuh Rupa Ustadzah itu kopi terbaik yang pernah saya minum. Apalagi kalau yang bikin Ustadzah sendiri,” Arief membalas.

Ustadzah Sofia hanya menggelengkan kepala, tapi bibirnya tersenyum. Ia bangkit dan berjalan ke dispenser di pojok ruangan.

Saat Ustadzah Sofia memunggunginya, Arief melihat kesempatan. Ia mengeluarkan handphone dan dengan cepat mencari di Google: "Puisi Romantis Sufi untuk Guru Spiritual."

Ketika Ustadzah Sofia kembali dengan dua cangkir kopi, Arief sudah siap.

“Ustadzah, ehm... saya ada bikin puisi kecil. Boleh saya bacakan?”

“Puisi? Masya Allah. Boleh, Arief,” Ustadzah Sofia penasaran.

Arief berdeham, lalu membaca puisi yang ia copy-paste itu dengan penuh penghayatan, menatap Ustadzah Sofia.

“Ketika hidayah Engkau kirimkan, Hati yang gelap menjadi terang benderang. Engkau datang membawa kedamaian, Bagaikan bintang paling indah di ufuk timur, Yang membuat saya ingin selalu menjadi makmum, Dalam setiap langkah kehidupan, Ustadzah.”

Ustadzah Sofia diam mematung. Matanya yang indah menatap Arief, kali ini dengan ekspresi yang sangat kompleks—terkejut, tersentuh, dan sedikit ketakutan.

“Arief... itu...” Ustadzah Sofia menelan ludah. “Itu puisi yang sangat indah. Tapi, saya harap kamu mengartikannya dalam konteks yang benar, Arief. Sebagai murid kepada guru.”

“Tentu, Ustadzah. Saya hanya ingin menyampaikan betapa berharganya Ustadzah bagi saya,” Arief mengakhiri sesi itu dengan senyum manis dan mengambil kopinya.

Arief tahu, ia baru saja menembus batas. Hubungan murid-guru sudah mulai bergeser ke ranah yang lebih pribadi. Misi The Solehot Challenge kini resmi berada di zona berbahaya dan menggoda.

1
Adrian Koto
Arief Indiyanto itu siapa thor? jangan2 nama aslinya ya thor? 🤓
Hesperia: nama char andalan dari pertama kali nulis 🗿
total 1 replies
Ardi Provision
pacar SMP sudah jadi Dr mc masih aja SMA itu pun bakal gak lulus karena gak sekolah asik kerjakan misi
Hesperia: wkwk emang aslinya belom final kak, tapi udah ku upload
total 1 replies
Ardi Provision
pdkt terlalu rame akhirnya satu pun gak hasil 😁
Ardi Provision
hadiah uang nya terlalu dikit berat di ongkos
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!