NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:54.4k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.

Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.

Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelahiran Kaisar Agung yang Baru

Malam telah turun sempurna di langit utara. Angin dingin dari lautan menyapu lembut menara tertinggi Istana Sayap Kebebasan yang menggantung di angkasa. Zhang Wei duduk diam di ujung balkon batu yang menghadap ke utara, tempat Samudra Petaka terbentang dalam kabut kelam yang tak pernah sirna.

Ia menggenggam gagang pedangnya dengan satu tangan, sementara mata tajamnya menatap jauh ke horison. Meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, kekuatannya sudah cukup stabil untuk duduk tanpa terjatuh. Tapi hatinya… masih jauh dari tenang.

“Master…” gumamnya lirih, nyaris terbawa angin. Namun tak ada jawaban.

Sudah beberapa hari ini ia mencoba memanggil Lian Xuhuan, tapi tak sekalipun ada respons dari dimensi pedang. Seolah sang master menghilang… atau lebih buruk, mengalami sesuatu yang tak dapat dijelaskan.

Zhang Wei akhirnya menarik napas panjang dan berdiri. Satu langkah ia ambil, lalu tubuhnya terselimuti cahaya redup. Dalam sekejap, ia melintas masuk ke dalam ruang dimensi pedang.

Di sana, kesunyian terasa menyesakkan. Jiwa Lian Xuhuan duduk diam di atas batu yang menggantung di tengah kekosongan, jubahnya lusuh, rambutnya tak rapi, dan tatapannya kosong. Tak seperti biasanya. Tak seperti dewa manusia yang ia kenal selama ini.

“Master…” panggil Zhang Wei pelan.

Namun Lian Xuhuan tiba-tiba bergerak cepat. Dalam sekejap ia mencengkeram bahu Zhang Wei dan menatapnya dengan tatapan kosong tapi penuh tekanan.

“Siapa sebenarnya dirimu, Wei’er?!” Suaranya meledak, bergema ke segala arah, membuat dimensi pedang bergetar.

Zhang Wei terkejut, “Master, aku… tidak mengerti. Apa yang terjadi padamu?!”

“Apa kau tidak tau?” Lian Xuhuan tertawa, namun tak ada kegembiraan di sana. “Kau tak ingat ketika kehendak itu mengambil alih tubuhmu dan hampir memusnahkan jiwaku? Jika bukan karena kesadaran pedang ini melindungiku, aku pasti sudah lenyap...”

Zhang Wei mundur selangkah, napasnya tercekat. “Aku hanya ingat... aku ditusuk oleh cakar Kui di dada... setelah itu semuanya kabur.”

Lian Xuhuan memejamkan mata, lalu membuka kembali dengan tatapan berat. “Tubuhmu berubah, Wei’er. Telingamu meruncing, auramu berubah menjadi milik makhluk setengah elf… dan kekuatan yang muncul saat itu mengguncang seluruh Alam Rahasia Qianlong. Tidak, lebih dari itu... kekuatanmu meruntuhkannya. Dan aku yakin, itu bukanlah kehendak fana.”

“Apa…?” Zhang Wei nyaris tak bisa mempercayainya.

“Kehendak itu menyebutmu putranya…” lanjut Lian Xuhuan. “Dan dia berkata: 'Berani kalian membuat putraku mengalami hal ini lagi… makhluk hina dan terkutuk…'.”

Zhang Wei menahan napas. Kata-kata itu seperti retakan yang menghancurkan tembok keyakinannya selama ini.

Lian Xuhuan berdiri perlahan, kini lebih tenang namun tatapannya tajam. “Wei’er… kau bukan anak biasa. Kau pasti berasal dari alam atas, dan aku berasumsi bahwa kau pernah mengalami kematian sebelumnya. Kehendak itu telah tertanam di tubuhmu sejak kecil. Ini bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba.”

Zhang Wei menggenggam gagang pedangnya lebih erat. Tangan kirinya sedikit gemetar. “Tidak… aku… aku hanya anak yatim piatu dari benua timur…”

“Tidak,” potong Lian Xuhuan. “Mungkin ingatanmu sengaja disegel atau diubah!.”

Sunyi kembali melanda dimensi itu. Zhang Wei menunduk, pikirannya kacau. Tapi dalam hatinya… muncul pertanyaan yang sudah lama mengendap.

Siapa sebenarnya aku?

Dan kenapa... kehendak itu menyebutku sebagai putranya?

***

Zhang Wei masih terduduk, kedua matanya nanar menatap kehampaan. Kata-kata sang master terus terngiang di benaknya, menghujani pikirannya seperti hujan lebat tanpa henti.

“Mantra mungkin itu ditanamkan saat kau masih sangat kecil… itu bukan kehendak biasa, melainkan kehendak seorang yang mengaku sebagai ibumu. Seorang elf kuno yang telah melampaui batasan fana.”

Zhang Wei mengepalkan tangannya, jari-jarinya bergetar. “Tapi… aku hanya ingat kehidupanku saat di usia sepuluh tahun,” gumamnya lirih, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri. “Keluarga Lin memungutku di reruntuhan hutan timur. Aku jadi pelayan, tidak berguna, dan akhirnya diusir.”

Lian Xuhuan menatap muridnya dalam diam. Suaranya kemudian mengalun tenang, namun terasa berat seperti membawa beban sejarah yang panjang. “Sepertinya kita harus kembali ke benua timur untuk memecahkan misteri ini. Jejakmu mungkin telah tertinggal di sana. Siapa dirimu sesungguhnya... apa yang sebenarnya terjadi sebelum ingatanmu dimulai… semua itu ada di sana.”

Zhang Wei memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam. “Jadi semua ini memang sudah ditentukan sejak awal? Sejak aku masih bayi… bahkan mungkin sebelum aku lahir?”

“Mungkin begitu,” jawab Lian Xuhuan pelan, “dan itulah mengapa kau harus tetap berjalan, Wei’er. Jawaban hanya datang bagi mereka yang mencari. Tidak semua kebenaran harus diketahui sekarang, tetapi kau harus siap ketika waktunya tiba.”

Hening menguasai ruang antara mereka. Tapi hanya sesaat.

Tiba-tiba seluruh ruang di dalam dimensi pedang berguncang hebat. Aura spiritual liar berputar, seolah dunia itu sendiri tercekik. Lian Xuhuan langsung berdiri tegak dan mendongak.

“Ini…”

Gemetar tak tertahankan menjalar hingga tulang Zhang Wei. Bahkan dimensi pedang—tempat yang biasa sunyi dan stabil—bergetar seperti akan runtuh.

Guncangan itu bukan hanya terasa di dimensi itu. Di seluruh Alam Dongtian, dari pegunungan terpencil hingga ibukota besar kekaisaran, dari kedalaman laut hingga puncak langit, semua merasakannya.

Zhang Wei melesat keluar dari ruang pedangnya. Di sana, langit malam yang biasanya jernih kini berwarna kelam, berputar bagaikan pusaran mimpi buruk. Petir berwarna ungu kehitaman menyambar tanpa aturan, menggores langit seperti luka yang tak tersembuhkan.

Lalu sesuatu yang lebih mencengangkan terjadi.

Di atas sana, di cakrawala tertinggi, terukir sebuah nama dengan cahaya hitam keemasan—seperti ukiran ilahi yang tak bisa dihapus oleh waktu.

Peng Shao — Kegelapan Mutlak.

Semua makhluk yang memandang ke langit melihatnya, dan seluruh dunia gemetar.

“Peng… Shao?” bisik Zhang Wei, napasnya membeku. Dia tak tahu siapa nama itu, tapi namanya saja membuat jantungnya berdetak tak menentu. Sesuatu dalam dirinya bereaksi... gelisah? atau mungkin... marah?

Lian Xuhuan muncul di sampingnya, wajahnya serius dan tajam. “Seorang Kaisar Agung baru… telah lahir. Sepertinya dunia benar benar akan mengalami kekacauan lagi.”

Langit mendidih. Tanah bergetar. Dunia berubah.

Dan Zhang Wei tahu, petualangannya belum akan usai… tapi kini, semuanya menjadi jauh lebih berbahaya.

Langit yang penuh awan pekat tak henti bergemuruh, mengiringi detak waktu yang perlahan terasa berat. Di tengah puncak menara, Zhang Wei berdiri diam, memandangi langit yang kini bersinar dengan cahaya aneh.

Sebuah bisikan halus memasuki kesadarannya—telepati. Suara Rong Fan, datar dan berat, namun mengandung desakan yang tak bisa diabaikan.

"Temui aku di Tebing Batu Putih, pesisir barat. Cepat."

Mata Zhang Wei menyempit. Tidak ada penjelasan, tidak ada salam. Hanya perintah singkat itu. Dan ia tahu, Rong Fan bukan orang yang mudah diguncang, apalagi sampai bertindak gegabah. Hati Zhang Wei pun bergetar, nalurinya sebagai pendekar yang telah menapaki ujung jalan kehidupan dan kematian tahu bahwa ini bukan panggilan biasa.

Dalam sekejap, tubuhnya lenyap dari reruntuhan itu, berteleportasi menembus ruang dan waktu. Aura angin asin langsung menyergap wajahnya saat ia muncul di atas batuan putih raksasa yang menjorok ke arah laut. Deburan ombak tinggi dan langit mendung yang mengaduk warna kelam memberikan nuansa muram yang seolah membekukan udara.

Rong Fan sudah berdiri di ujung tebing, mengenakan jubah kelam panjang, rambutnya diikat tinggi, namun tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang terpancar dari sorot matanya. Tangan kanannya mengepal, dan pandangannya tajam menembus cakrawala barat yang berdenyut dengan cahaya merah darah.

“Kau datang,” ucap Rong Fan tanpa menoleh. “Lihat ke sana.”

Zhang Wei menatap. Dari kejauhan, tampak pusaran langit yang menghitam, membentuk garis vertikal yang menjulur turun ke tanah. Dari dalam pusaran itu, energi mengerikan memancar, menciptakan gelombang demi gelombang kekuatan spiritual yang mengguncang dunia. Suara-suara misterius mengisi udara, seperti bisikan arwah purba yang terbangun dari tidur panjangnya.

“Jadi dari sana…” gumam Zhang Wei.

Rong Fan menjawab lirih, “Seorang Kaisar Agung baru… telah lahir di barat.”

Zhang Wei menoleh cepat. Matanya menajam. Rong Fan mengangguk perlahan.

“Dia bukan manusia. Auranya... terlalu asing, namun tua. Sangat tua. Aku yakin, ini adalah dia—raja siluman yang telah bersembunyi selama ribuan tahun.”

Jantung Zhang Wei berdetak keras. Tak lama setelah itu, ia teringat sesuatu—ramalan.

“Ramalannya…” bisik Zhang Wei pelan.

“Ya,” Rong Fan menimpali. “Satu per satu mulai terjadi.”

Mereka berdiri dalam diam. Seolah waktu membeku bersama deburan ombak. Suasana menjadi berat. Rasa firasat buruk mencengkeram dada mereka. Dan di antara kabut lautan yang perlahan bergerak, sebuah nyala keemasan menyala samar di kejauhan—pertanda bahwa dunia tengah berubah, dan perang lama mungkin akan kembali dimulai.

1
budiman_tulungagung
gass... satu bab satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
gass satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lanjutttt
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lagi
budiman_tulungagung
tetap satu mawar 🌹 satu bab
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
apakah Zhang Wei akan menemukan Lin Mei
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Puitis..
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Kopi... Kopi...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Makjlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Nostalgia
irul
vote meluncur💪💪💪
yuliati sumantri
sehat selalu ya.
yuliati sumantri
haduh kemenangis ......
yuliati sumantri
nangis ya. kalau hutang nyawa susah, sdh Setara dengan ortu.
sie ucup
mantap banget alurnya Thor👍👍
saniscara patriawuha.
wes augustus saiki,, mbokkk mei nya masih turu....
saniscara patriawuha.
gasssss maninggg manggg zhongggg.....
saniscara patriawuha.
manggg lin yanzai lagi retret tertutup....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!