Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Nyosor Duluan
Nyosor Duluan
Sepanjang menyusuri lorong-lorong rumah sakit, cemberut di wajah Alexa tak pernah surut. Dalam hati ia menyesali ucapannya beberapa menit lalu saat Kevin meminta dirinya menjadi menantu keluarga Smith.
“I-iya, Om. Saya mau.” Begitu jawaban yang diberikannya atas permintaan Kevin. Menerbitkan senyum lebar di wajah Julian saat ia melirik sekilas pria itu.
Alhasil kini Alexa yang dibuat pusing sendiri. Ia sudah terlanjur mengiyakan, yang berarti mau tidak mau ia harus menikah dengan Julian, si dosen menyebalkan yang paling dibencinya.
“Pak Julian,” panggil Alexa.
Julian yang sudah membuka pintu mobil itu pun menoleh pada Alexa yang berdiri cemberut di belakangnya.
“Ada apa?” Melihat ekspresi wajah Alexa itu membuat ia gemas sendiri melihatnya. Mengenal gadis itu membuat perasaannya seperti roller coaster. Kadang kesal, kadang marah, kadang gemas sendiri, terkadang juga membuat ia tersenyum-senyum sendiri.
“Soal yang tadi itu saya sebetulnya tidak serius. Saya terpaksa mengiyakan karena saya tidak tega.”
Julian menghela napasnya sejenak. Sebelumnya ia juga sudah menebak jika Alexa hanya terpaksa mengiyakan karena ayahnya langsung yang meminta. Alexa mungkin merasa sungkan dan tidak enak hati karena tidak ingin mengecewakan Kevin dan Emilia.
“Aku tahu. Terus kenapa?” Jujur, jauh di lubuk hatinya, Julian merasa kecewa. Menikah dengan Alexa memang bukan impiannya. Tidak pernah terbersit sedikitpun keinginan untuk membangun kehidupan berumah tangga bersama Alexa. Akan tetapi ketika Alexa menolak, perasaan kecewa terasa menyesakkan dadanya.
“Saya tidak mau menikah dengan Pak Julian. Saya tidak mencintai Pak Julian. Bagaimana mungkin kita akan hidup bersama sedangkan kita tidak saling mencintai.”
“Untuk menikah tidak perlu saling mencintai. Yang terpenting kita bisa saling melengkapi. Lagipula mau kamu kemanakan bayi di dalam perutmu itu. Dia butuh seorang ayah. Memangnya kamu mau jadi bahan gunjingan orang?”
“Soal bayi itu urusan saya.”
“Alexa, kamu sedang hamil. Kamu tahu apa itu hamil bukan? Lama-lama perutmu itu akan membesar. Apa kamu pikir kamu bisa menyembunyikan itu dari pandangan orang-orang?”
“Bapak tenang saja. Saya akan menggugurkan kandungan ini. Jadi Bapak tidak perlu bertanggung jawab.”
“Apa kamu bilang?” Julian tersentak. Dahinya berkerut cepat lantaran amarah. Nalurinya sebagai ayah dari bayi yang dikandung Alexa merasa tak terima.
“Saya akan menggugurkan kandungan ini. Jadi kita tidak perlu menikah. Bapak masih bisa menjalani kehidupan Bapak sendiri, begitu juga dengan saya.”
Julian mengusap wajahnya kasar. Amarah yang mulai mengisi dadanya itu harus ia redam. Alexa adalah gadis belia yang mungkin belum siap menjadi seorang ibu. Wajar jika dia berpikir seperti itu.
“Jangan gila, Alexa. Menggugurkan kandungan itu tidak semudah yang kamu pikirkan. Nyawamu yang akan menjadi taruhannya,” kata Julian menatap tajam Alexa.
“Saya tahu. Tapi saya sudah mengambil keputusan. Apapun resikonya akan saya tanggung, meski itu nyawa sekalipun.”
“Kamu yakin?”
Alexa mengangguk cepat, merasa sangat yakin dengan keputusan yang diambilnya. Namun hatinya deg-degan saat diingatkan lagi tentang resiko yang harus ia hadapi.
Jika ditanya kembali, sejujurnya Alexa ragu. Ada sedikit perasaan takut ia rasakan. Namun resiko besar yang harus ia hadapi juga tidak kalah menakutkan. Ia harus siap kehilangan muka di tengah-tengah masyarakat jika mereka tahu ia hamil diluar nikah. Ia juga harus siap menerima kekecewaan dan kemarahan kedua orangtuanya.
Belum lagi ia akan dikucilkan oleh masyarakat. Ia akan menjadi bahan cemoohan para tetangga, kerabat dan teman-temannya.
“Alexa, apa kamu sudah gila?” sentak Julian yang tak bisa meredam amarahnya. Gadis keras kepala itu membuat darahnya mendidih sampai naik ke ubun-ubun.
“Yang gila itu Bapak. Bapak yang sudah membuat saya jadi seperti ini. Bapak sudah merenggut kehormatan saya. Bapak sudah menghancurkan masa depan saya. Saya tidak mau menikah muda. Saya tidak mau menjadi seorang ibu di usia muda. Saya belum siap untuk semua itu. Saya tidak mau. Pokoknya saya ti_ emmmph!” Omelan Alexa langsung terhenti seketika. Mulutnya dibungkam oleh ciuman Julian. Melumat bibirnya rakus sampai rasanya ia tak bisa bernapas.
PLAK!
Namun ciuman itu pun langsung terlepas saat Alexa mendorong kuat dada Julian. Lalu secepat kilat tangannya melayang pada pipi kiri pria itu.
Wajah Julian terpaling ke kanan. Rasa panas dan perih menghantam pipinya, tetapi ia tidak meringis kesakitan. Ia hanya tersenyum kecut menerima perlakuan Alexa.
“Saya tidak mau minta maaf. Salah Bapak sendiri kenapa main nyosor duluan,” kata Alexa yang sebetulnya merasa bersalah sudah lancang menampar Julian. Namun tidak ingin mengakuinya.
“Jadi kamu maunya bagaimana?”
“Ma-maksudnya apaan sih. Pokoknya saya tidak mau menikah muda. Saya belum siap melahirkan anak. Saya tidak mau direpotkan dengan semua urusan rumah tangga. Saya tidak mau.”
“Bukan tentang itu.”
“Terus tentang apa lagi? Sejak tadi yang kita bahas kan tentang itu?” Wajah Alexa semakin berlipat, cemberut sampai tampilan wajahnya terlihat lucu dan menggemaskan.
“Ciuman. Kamu tidak suka aku nyosor duluan. Jadi kamu maunya yang bagaimana? Pelan dan lembut tapi pasti atau ...”
“Bu-bukan yang gimana-gimana. Saya tidak suka Bapak berbuat seperti itu terhadap saya. Bapak bukan siapa-siapanya saya. Jadi Bapak tidak boleh menyentuh saya sembarangan seperti itu. Lain kali kalau Bapak masih berbuat seperti itu maka saya akan me_”
“Akan apa? Hem?” Julian refleks mendekatkan wajahnya karena merasa gemas bercampur jengkel mendengar mulut Alexa yang tidak berhenti mengomel.
Mulut Alexa terkatup seketika. Ia terkesiap sampai tak bisa bergerak karena wajah Julian dan wajahnya yang nyaris tak berjarak.
“Kamu akan apa? Melenyapkanku? Hem?” tantang Julian dengan memelankan suaranya seraya menatap lekat-lekat sepasang mata berbulu lentik Alexa.
Jarak wajah yang teramat dekat itu pun membuat jantung Alexa berada pada posisi yang tidak aman. Jantung itu berdegup kencang sampai membuat aliran darahnya terganggu hingga sekujur tubuhnya pun mendadak meriang.
Wajah Julian memenuhi pandangan Alexa sampai menghalangi pemandangan di sekitanya. Sejak menjadi dosen pembimbingnya, Alexa tidak menyukai Julian karena kerap membuatnya jengkel.
Namun satu hal yang dilewatkan Alexa selama membenci Julian. Yaitu pesona Julian. Pria itu memang tampan dan berkharisma. Pantas saja dia disukai banyak gadis.
Alexa menelan ludah. Kemudian mendorong dada Julian agar Julian menjauh.
“Bapak jangan salah paham. Saya hanya tidak suka Bapak bersikap semena-mena terhadap saya. Saya ini bukan cewek gampangan,” ujarnya membela diri.
Julian pun tersenyum miring. “Ya sudah, naik ke mobil sekarang. Masalah tentang kehamilan kamu dan pernikahan kita, aku anggap sudah selesai. Kamu sudah setuju, berarti kamu mau menikah denganku,” ujarnya kemudian berbalik dan membuka pintu mobil lebar-lebar.
“Bukan seperti itu maksud saya. Saya ti_”
“Bicara lagi, aku cium,” sela Julian. Membuat Alexa mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tidak bisa membantah lagi, ia pun terpaksa menuruti perintah. Naik ke mobil itu dan duduk dengan tenang.
***
Julian menyandarkan punggung pada tempat tidur. Duduk berselonjoran sambil membuka ponsel. Kegaduhan pada grup WA kampus ia lupakan sejenak. Tadinya ia pikir kegaduhan itu akan mereda. Namun ternyata malah semakin gaduh saat ia mengintip kembali grup itu.
Tidak sedikit yang menyuarakan agar Julian dikeluarkan dari kampus. Tidak sedikit pula yang meminta agar Julian diberi kesempatan dan berita yang sudah beredar tersebut diselidiki dahulu kebenarannya.
Namun, sebelum semua itu terjadi, Julian sudah mengambil keputusannya sendiri.
“Mohon maaf sekali Pak Julian. Kampus sekarang sedang dihebohkan dengan kabar bahwa Pak Julian menjalin hubungan dengan mahasiswi kampus ini sampai hamil. Nama kampus tercoreng dengan beredarnya kabar itu. Sebagai rektor, saya harus menjaga nama baik kampus ini. Maka dari itu dengan mengambil banyak pertimbangan, maka dengan sangat berat hati saya ...”
“Pak Sanusi tidak perlu repot-repot. Dengan kesadaran penuh saya memutuskan mengundurkan diri hari ini juga.” Julian menyela ucapan rektor ketika keesokan harinya ia diminta menghadap.
To Be Continued ...
nanti setelah nikah
kamu jerat dia dengan perhatian tulusmu
Maka cinta Akan melekat dalam hati alexa
jangan lupa
sering Bawa ke panti asuhan
melihat bagaimana kehidupan kecil tanpa ibu /ayah
akhirnya menerima pernikahan
kamu gak tau alexa, klo pak Julian anak tunggal perusahaan yg kau incar ditempat lamaranmu kerja
selamat buat nona kecil/Rose//Rose//Rose/
kaget gak tuh Al