Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai ada yang rese
.
.
.
Kesabaran Gery sudah habis, ia tidak bisa menunggu lagi.
" Dave! Cepattt pertajam arah sinyalnyaa.. " perintah Gery geram, dia tidak peduli lagi raut wajah gelap dengan tatapan nyalangnya menarik banyak atensi beberapa orang yang ikut panik di dalam pesantren. Umma juga sudah memerintahkan beberapa santri putra untuk berpencar ikut mencari keberadaan Mecca.
Daviid makin panik ketika menemukan sinyal pelacak semakin kuat, tertuju pada sebuah ruangan besar yang nampak gelap gulita, dia bertatapan dengan Gery beberapa detik sebelaum akhirnya melesat, berlari secepat mungkin menuju ruangan tersebut. Sementara Gangga mencari pos listriknya agar menyalakan kembali lampu di dalam gedung.
" Bosss! Boss mudaaaa... Bossss.. " seru Gery, dengan mata tajamnya, Gery langsung bisa menemukan Mecca dalam keadaan tidak sadar tergeletak di lantai. Tanpa pikir panjang lagi dia segera berlutut, mengangkat tubuh tuan putrinya ke atas sofa bersamaan dengan lampu sudah menyala.
"Dave, ambil obat boss muda di mobil, pasti ada! " seru Gery, dia memang selalu meletakkan obat milik Mecca di dalam dashboard mobilnya untuk jaga-jaga. Tidak lama setelahnya, umma dan eyang masuk bersamaan ke dalam ruangan, diikuti oleh beberapa santri yang ikut mencarinya juga tadi.
Perlahan Mecca mulai mengerjapkan matanya, namun napasnya terus memburu dan keringat dingin belum berhenti mengalir dari pelipis.
Gery berusaha membantuknya duduk, Ken yang baru saja sampai pesantren sempat heran kenapa mobil Gery kembali lagi? Ia pun segera menuju ruangan Mecca yang nampak ramai dan seketika panik melihatnya dalam keadaan kacau. Buru-buru ia menerobos kerumunanan, langsung mendekap tubuh gemetar istrinya. Belum banyak bertanya, ia tahu ada hal buruk yang baru saja terjadi di sana namun ketenangan istrinya yang harus ia dahulukan. Satu tangannya terus mengusap punggung Mecca mencoba menyalurkan ketenangan.
" Mass..." lirih Mecca terisak.
" Iyaa sayangg, aku di sini, maaf yaa aku kemalaman, maaff.. "
" Mass... "
" Kakak iparr ini obatnya boss mudaa .. " Dave menyodorkan sebuat botol kaca kecil berisi puluhan tablet. Lantas memijit kedua pelipisnya dengan wajah penuh amarah. " Apa di sini tidak ada yang tahu kalau boss nggak bisa berada di ruangan gelap?? " suaranya mendesis geram.
Tatapan dingin dan garangnya beredar mengelilingi seisi ruangan, seolah bersiap menelan hidup-hidup siapa saja penyebab masalah yang mengancam keselamatan bos mudanya.
" Udah Dave, thanks yaa kalian cepet datang kesini tadi... " ucap Mecca lirih, usai meminum obat dibantu Kenindra.
Mecca tidak ingin memperpanjang masalah sebenarnya, bagi dia hal ini cukup memalukan, karena sama saja aibnya seperti terbongkar. Orang-orang yang berada di sana pasti akan menganggapnya aneh atau lebay mungkin, masa perkara gelap saja bisa membuat orang pingsan. Mereka tidak tahu saja, seberapa menyakitkannya situasi tadi bagi Mecca. Kalau boleh meminta, ia pun tidak ingin. Mecca jesselyn yang selama ini dikenal netizen sebagai perempuan independent, perfect, dan nyaris tanpa cela ternyata bisa ketakutan separah itu juga.
Bertahun-tahun Mecca terus berdampingan dengan traumanya, dan percayalah itu tidak mudah.
" Siapa yang bertugas keliling mematikan lampu malam ini? " kali ini eyang Ilyas yang bersuara dengan tegas dan lebih menyeramkan daripada suara David tadi. Bukan bentakan, namun vibes-nya memang lebih menakutkan.
Semua orang dalam ruangan itu diam, kemudian nampak ada salah satu santri putra yang membisikkan sesuatu pada Zayn kemudian dilanjutkan pada eyang Ilyas. Dalam daftar piket jelas tertera siapa saja yang bertugas malam itu, namun tidak ada yang berani mengakui atau menunjuk secara terang-terangan.
" Ya sudah, Arsalan, ajak Mecca kerumah dulu biar tenang, ya sayangg yaaa.. " perintah Umma bjiak. Beliau tidak ingin suasana makin memanas, cukup nanti ada dewan asatidz dan pengurus yang memang membahas kejadian malam itu, tanpa memicu keributan lebih parah lagi.
" Kita perlu stay di sini boss? " tanya Dave pada Gery yang masih saja menampakan kekhawatirannya. " Kita tunggu sampai boss muda membaik," sahut gery.
" Nggak usah Ger, kalian balik aja ke resto. Di sini udah ada mas Ken. Aku udah baikan kok.. " sela Mecca, setelah obatnya bereaksi kini ia jauh lebih tenang.
Kenindra menggendong Mecca menuju rumah mereka. Meninggalkan bisik-bisik para santri yang membahas keributan barusan. Sesampainya di kamar, dengan lembut ia membaringkan tubuh Mecca di ranjang. Tanpa ingin membahas bagaimana ruangan itu mendadak gelap, Mecca memilih untuk langsung menyusup ke balik selimut tebalnya.
Kenindra duduk di sisi kanannya, memeluk tubuh Mecca dari samping. Mecca menggenggam tangan Ken sangat erat, seolah takut Ken akan pergi lagi jika ia melepaskannya. Ini kali kedua setelah sekian lama Mecca tidak berada dalam keadaan yang membuat dirinya kembali merasakan trauma seperti tadi. Sebelumnya di apartemennya sendiri, dan sekarang di tempat baru ini. Biasanya Gerry dan teman-temannya yang selalu memastikan Mecca tidak akan melewati hal mengerikan itu.
"Sayang, maaf ya," bisik Ken, mencium puncak kepala Mecca.
Mecca hanya mengangguk pelan, masih memegang tangan Kenindra yang tengah memeluknya di dalam selimut.
"Ken... m-mas," lirih Mecca, mencoba memejamkan mata. Suaranya serak, nyaris tak terdengar.
"Hmm, kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Kenindra menunduk, menangkup wajah istrinya.
"Nggak... cuma pengen manggil," jeda sejenak, Mecca menarik napas, "Jangan pergi lagi, ya..."
Kenindra mengangguk pelan, sembari mengeratkan pelukannya dan mengecup puncak kepala Mecca berkali-kali. Ia merasa sangat bersalah sudah membuat Mecca mengalami hal fatal tadi. Ia seharusnya ada di sana. Seharusnya ia bisa mencari cara agar tidaksampai pulang terlambat dan berakhir membiarkan Mecca sendirian.
"Iya, nggak akan pergi. Kamu tidur ya," janji Ken.
"Mas..." "Hmm..." "Ken..." "Iya..."
Mecca terus memanggilnya sampai benar-benar terlelap, memastikan kalau ia benar-benar sudah aman, tidak lagi berada di situasi mengerikan tadi sendirian. Ken tetap di sana, memeluknya, sampai ia yakin Mecca benar-benar tertidur pulas.
Berkali-kali ia menatap wajah istrinya yang masih menyimpan jejak ketakutan. Hati Ken terasa perih. Ia berjanji penuh dalam hati, tidak akan pernah membiarkan Mecca merasakan ketakutan seperti ini lagi.
***
Keesokan paginya, usai shalat subuh, Eyang Ilyas mengumpulkan seluruh santri di aula pesantren. Beliau ingin memberikan sebuah pengumuman sekaligus memberi hukuman kepada orang yang sudah dengan sengaja mematikan lampu ruangan kerja Mecca. Jelas itu tindakan disengaja, karena biasanya lampu di ruangan itu tidak pernah padam . Apalagi, lampu di masjid dan sekitarnya masih menyala, yang mati hanya lampu di ruangan gedung bagian belakang, yang memang sudah ada peringatan untuk tidak dimatikan sedari Mecca menempatinya.
Kenindra juga mengajakku turut shalat berjamaan di masjid. Hampir seluruh penjuru pesantren sedang berisik terjadi perbincangan hangat mengenai Mecca sebagai penghuni baru di sana sekaligus keributan semalam. Banyak yang belum tahu Mecca adalah istrinya Kenindra. Sebagian besar penghuni pesantren terutama kaum jomblowati adalah fans garis kerasnya Kenindra Delfin Arsalan, ustaz kesayangan mereka yang mereka anggap masih jomblo.
Jadi, wajar kalau kemunculan Mecca yang sering bersama Kenindra menimbulkan banyak tanda tanya dalam otak mereka. Apalagi penampilannya dari awal yang memang cukup aneh di lingkungan pesantren.
Selain menjadi ustaz most wanted, Kenindra juga ternyata cukup terkenal sebagai enterpreneur muda yang sukses. Sudah banyak bisnis eyang yang berhasil di kelola olehnya, Mecca saja baru tahu akhir-akhir ini, kemana saja dia? Sampai tidak menyadari informasi sebagus itu selama ini.
Namun Mecca pun tak kalah populer di sana ternyata, tadi ketika mereka berjalan tak sengaja mendengar obrolan dua santri putra yang sedang berbincang di samping asrama putra.
‘cewek baru yang gue lihat kemarin baru dateng itu ternyata bukan santri, dia Mecca Jesslyn CEO cantik yang terkenal itu. Behhh,, susah gue kalau harus jaga pandangan dari dia,’
‘tul banget, iman gue belum setinggi itu buat menutup mata dari kecantikannya, definisi bidadari surga itu mah,’
‘eh tapi gue lihat kemarin dia lagi jalan sama ustaz Arsalan. Kalau saingan Gue ustaz beken itu bakalan mundur teratur gue sepertinya,’
‘tapi do’i bukan anak santri sepertinya, jadi siapa tahu bukan penggemar fanatiknya ustaz Arsalan,’
'tapi semalam, dia digendong sama ustaz Arsalan. Yakin lo mereka ngakada hubungan?'
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍